INDONEWS.ID

  • Sabtu, 28/04/2018 09:33 WIB
  • Pengakuan Seorang Guru Korban Penganiayaan Kekerasan KKSB

  • Oleh :
    • luska
Pengakuan Seorang Guru Korban Penganiayaan Kekerasan KKSB
Salah satu guru Kampung Aroanop, Rano Samsul yang merupakan salah satu korban kekerasan KKSB. (Ist)

Timika, INDONEWS.ID - Beberapa waktu lalu, TNI berhasil menyelamatkan dan mengevakuasi para guru yang menjadi korban penganiayaan, penyiksaan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh KKSB Papua, salah satu guru Kampung Aroanop, Rano Samsul yang merupakan salah satu korban kekerasan KKSB kembali menjelaskan secara detail kejadian penyanderaan para guru ini, Jumat (27/4/2018).

Saat dikonfirmasi, Rano menjelaskan dari awal kejadian penyanderaan guru hingga akhir secara rinci.

Baca juga : Hardiknas, KSP: Momentum Percepatan Sertifikasi Guru

Rano menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi pada tanggal 13 April 2018, pada pukul 13.00 WIT, proses belajar mengajar sudah berakhir dan para guru ini kembali ke rumah masing-masing. Untuk para guru perempuan sedang memasak untuk mempersiapkan makan malam, sedangkan para guru laki-laki sudah beristirahat.

Jumlah para guru ini terdiri dari 4 guru perempuan dan 4 guru laki-laki.

Baca juga : Hari ini Pengurus FOKBI Gelar Silaturahmi Jelang Musda di Jakarta

“Pada saat itu juga, para guru perempuan mengetuk rumah para guru laki-laki dan mengatakan bahwa ada masyarakat tetapi guru ini tidak mengenali masyarakat tersebut. Lalu saya langsung keluar dan menyapa masyarakat tersebut tetapi mereka membalas dengan nada yang keras dan tidak enak didengar,” jelas Rano.

Tak selang lama, masyarakat ini (KKSB) seketika menghampiri para guru dan menodong para guru menggunakan senapan. Para guru laki-laki dan perempuan langsung dipisahkan oleh KKSB.

Baca juga : Rajut Rekonsiliasi di Bulan Suci, Gus Fahrur: Ormas Keagamaan Berperan Penting Membawa Pesan Rekonsiliasi

“Kami guru laki-laki dan perempuan dipisahkan, guru perempuan dipisahkan didalam rumah, sedangkan saya sendiri ada di depan teras rumah, tak selang lama 3 guru laki-laki lain yang tinggal di rumah lain dikumpulkan menjadi satu bersama saya yang digiring dengan todongan senjata,” ungkapnya.

Para guru ini dusuruh berlutut dan menghadap ke lantai supaya para guru ini tidak melihat wajah para KKSB yang sedang menodong mereka. Sebelumnya memang para guru ini tidak pernah mengenal mereka dan wajah KKSB ini sangat asing bagi para guru.

“Meraka sangat asing bagi kami disini, karena kita tidak pernah melihat mereka. Mereka datang ke kampung kami kurang lebih 20 orang dimana mereka semua menggunakan senjata api,” ujarnya.

Rano dan ketiga guru laki-laki tidak mengetahui apa yang dilakukan KKSB ini kepada 4 guru perempuan di dalam rumah. Mereka hanya mendengar suara teriakan dan suara pukulan.

“Kami mendengar suara jeritan dari guru perempuan dari dalam dimana saya sempat melihat ada guru perempuan yang mendapat pukulan oleh KKSB,”katanya.

Selang 30 menit kemudian, terdapat salah seorang masyarakat dari kampung sebelah yang datang dan menjelaskan kepada KKSB bahwa yang mereka siksa dan sandera itu adalah guru dan mereka mengajar anak-anak sekolah di kampung Aroanop. Tetapi masyarakat ini juga ditodong dengan senjata.

Para guru ini menerima penyiksaan, pemukulan hingga kekerasan seksual yang dilakukan KKSB. Mereka tidak segan-segan untuk menyiksa.

“Kami disandera selama 45 menit, kami juga tidak tahu apa tujuan mereka datang kesini, mereka merampas harta benda kami, 10 buah HP, 4 Laptop mereka bawa hingga makanan yang kami punya juga mereka bawa,”jelasnya kembali.

KKSB lalu pergi meninggalkan kampung Aroanop dan menuju Kampung Jagamin dimana kampung tersebut juga ada guru pengajar juga.

“KKSB ini menunggalkan Kampung Aroanop dan menuju ke Kampung Jagamin, ada guru juga disana tetapi mereka tidak menyiksa guru di Kampung Jagamin. Saya melihat 4 guru wanita yang sudah disiksa didalam, dan ada yang luka parah di muka dan memar di bagian tubuh,” ungkapnya.

Kemudian para guru ini diungsikan di rumah Bapak Kepala Desa. Mereka mengungsi disana selama 1 minggu.

“Kami diungsikan dirumah Kepala Desa karena kami juga sedang menunggu anak-anak murid kelas 6 akan melaksanakan ujian kelulusan dan anak-anak kelas lain akan melaksanakan ujian kenaikan kelas,” ungkapnya lagi.

Selama 1 minggu mereka mengungsi, pada tanggal 19 April 2018, anggota TNI masuk ke kampung Aroanop untuk mengamankan masyarakat dan akan mengevakuasi para guru yang ada di rumah Bapak Kepala desa maupun para guru di Kampung Jagamin.

Para guru dan masyarakat dikumpulkan di satu tempat oleh TNI untuk proses pengamanan, selanjutnya para guru dievakuasi ke Timika menggunakan Heli.

Total keseluruhan guru yang dievakuasi pada saat itu sebanyak 18 orang terdiri dari 7 guru perempuan dan 11 guru laki-laki.

“Kami dievakuasi oleh TNI menuju Timika dimana kloter pertama 7 guru perempuan dan kloter kedua 6 guru laki-laki,”jelasnya.

Sedangkan 5 orang guru masih tinggal di Kampung Aroanop untuk menunggu evakuasi selanjutnya.

Pada tanggal 20 April 2018, TNI akan melakukan evakuasi kembali tetapi tertunda dikarenakan cuaca pada saat itu tertutup kabut. Akhirnya pada tanggal 21 April 2018, 3 guru berhasil dievakuasi ke Timika dan 2 guru sisanya tinggal karena 2 guru tersebut adalah warga Kampung Aroanop.

Sesampainya di Timika, para guru pengajar ini langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan fisik maupun psikologi hingga saat ini.

Mereka menyesalkan bahwa mereka tidak bisa menemani anak murid yang akan melaksanakan ujian. Tetapi tekad mereka untuk kembali mengajar di Kampung Aroanop dan Jagamin sangat tinggi.

“Kami merasa sedih tidak dapat menemani anak murid untuk melaksanakan ujian, tetapi saya bersyukur dan berterimakasih yang sangat tinggi kepada TNI, karena telah menggantikan kami sebagai guru pengajar disana,”tutupnya.(Lka)

Artikel Terkait
Hardiknas, KSP: Momentum Percepatan Sertifikasi Guru
Hari ini Pengurus FOKBI Gelar Silaturahmi Jelang Musda di Jakarta
Rajut Rekonsiliasi di Bulan Suci, Gus Fahrur: Ormas Keagamaan Berperan Penting Membawa Pesan Rekonsiliasi
Artikel Terkini
Menkes Ungkap Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting
Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Apresiasi Farhan Rizky Romadon, Stafsus Kemenag: Kita Harus Menolak Tindak Kekerasan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas