INDONEWS.ID

  • Kamis, 17/05/2018 16:51 WIB
  • Mengatasi Intoleransi dan Terorisme Melalui Kebudayaan

  • Oleh :
    • very
Mengatasi Intoleransi dan Terorisme Melalui Kebudayaan
Tolak radikalisme dan terorisme. (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Berbagai kejadian intoleransi, radikalisme, dan aksi terorisme yang terjadi beberapa waktu terakhir menjadi tantangan kebinekaan. Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menekankan bagaimana memahami permasalahan utama yang dihadapi dan bagaimana kebudayaan dapat berperan. 

Baca juga : Sail Nias 2019, 500 Penari Tarian Kolosal Nias Meriahkan di Hari Puncak

Menurutnya Dirjen Hilmar, permasalahan yang terjadi bukan hanya tentang kemananan saja, tapi ada problem sosial budaya. Masalah di hilir yang berupa gangguan keamanan yang menjadi ranah Kepolisian, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Sedangkan, peran Direktorat Jenderal Kebudayaan berada di hulu.  

“Ranah ditjen kebudayaan semakin relevan, di hulu, cara yang paling efektif adalah memperkuat ketahanan masyarakatnya, tidak tanggung-tanggung bahkan sampai level keluarga,” ujar Hilmar dalam Diskusi Budaya di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (16/5/2018).

Baca juga : Atraksi Lompat Batu di Desa Bawomataluo, Melatih Ketangkasan Pemuda Nias

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Andrian Waworuntu, menyampaikan bahwa intoleransi dan radikalisme bukan berasal dari Indonesia. Dari sejarahnya, tidak ada budaya radikal di Indonesia, apalagi melibatkan perempuan dan anak-anak.

Sektor pranata keluarga dan pendidikan juga menjadi sorotan. Fenomena radikalisme dan intoleransi menunjukan Indonesia sedang mengalami bencana budaya. Untuk menanggulangi bencana budaya, pranata keluarga dan pendidikan menjadi instrumen utama.

Baca juga : P-Five Band Unjuk Kebolehan di Penutupan Kejurnas Gokart 2019

Diungkapkan oleh Peneliti Ma’arif Institute, Abdullah, gerakan radikalisme bermula dari generasi muda, pelajar dan mahasiswa. 

“Perlu memperkuat daya pikir dan nalar anak muda, (karena itu) intervensi harus dilakukan dari pendidikan," ujar Abdullah. 

Selain itu, penanggulangan paham radikalisme juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan ruang-ruang publik untuk kegiatan kebudayaan seperti seni, budaya, dan hiburan. Pemanfaatan ruang publik ini seyogyanya langsung menyentuh pranata keluarga dan bahkan individu yang selama ini menjadi hulu dari permasalahan radikalisme.

Selama ini, Direktorat Jenderal Kebudayaan telah memiliki berbagai program Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Sri Hartini, menegaskan akan mengupayakan agar program Direktorat Jenderal dapat diimplementasikan pada ruang-ruang publik, pendidikan, bahkan keluarga untuk mendukung penanggulangan intoleransi dan radikalisme. (Very)

 

Artikel Terkait
Sail Nias 2019, 500 Penari Tarian Kolosal Nias Meriahkan di Hari Puncak
Atraksi Lompat Batu di Desa Bawomataluo, Melatih Ketangkasan Pemuda Nias
P-Five Band Unjuk Kebolehan di Penutupan Kejurnas Gokart 2019
Artikel Terkini
Wawancara Khusus Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Tentang BLBI
Efferty Susu Kambing Malaysia, Solusi bagi Pasutri yang ingin Keturunan
Didik J Rachbini: Gagasan Menyatukan Anies dan Ahok di Pilgub Jakarta Eksperimen yang Baik dan Berani
Menkes Ungkap Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting
Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas