INDONEWS.ID

  • Selasa, 04/02/2020 13:50 WIB
  • Akui Kewalahan Tangani Virus Corona, China Tingkatkan Manajemen Darurat Nasional

  • Oleh :
    • very
Akui Kewalahan Tangani Virus Corona, China Tingkatkan Manajemen Darurat Nasional
Penanganan virus Corona di Wuhan. (Foto: BBCIndonesia)

Wuhan, INDONEWS.ID -- Kepemimpinan tertinggi China mengakui "kekurangan dan kelemahan" dalam menanggapi wabah virus corona yang melanda negara tersebut.

Komite Tetap Politbiro Partai Komunis China mengatakan sistem manajemen kedaruratan nasional perlu ditingkatkan.

Baca juga : KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia

Seperti dikutip BBCIndonesia pada Selasa (4/2), komite memerintahkan penindakan keras terhadap pasar-pasar satwa liar, yang merupakan asal virus tersebut.

Hingga saat ini, lebih dari 17.000 kasus telah dikonfirmasi di China, dengan 361 kematian, dan lebih dari 150 kasus di negara lain, dengan satu kematian di Filipina.

Baca juga : Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel

Ini adalah angka terbaru dari Komisi Kesehatan Nasional. Namun, televisi China pada Selasa pagi waktu setempat melaporkan angka-angka baru dari Provinsi Hubei, episenter wabah, menambahkan 64 kematian dan 2.345 kasus.

Jumlah korban jiwa di China, tidak termasuk Hong Kong, sekarang melebihi jumlah orang yang mati dalam wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada tahun 2002-03. Wabah tersebut mengakibatkan 349 orang meninggal dunia.

Baca juga : Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat

Kepemimpinan tertinggi China mengakui "kekurangan dan kelemahan" dalam tanggapan negara tersebut terhadap wabah virus corona yang mematikan.

Virus corona baru ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut yang parah. Gejala biasanya dimulai dengan demam, diikuti batuk kering.

Wabah berdampak pada saham China ketika pasar finansial kembali dibuka pada hari Senin setelah liburan Tahun Baru Imlek. Indeks Shanghai Composite menutup pasar dengan 8% lebih rendah, penurunan harian terbesar selama lebih dari empat tahun.

Politbiro mengatakan ada pelajaran yang harus diambil dari apa yang mereka sebut "ujian besar" bagi sistem pemerintahan China.

"Menanggapi kekurangan dan kelemahan yang terungkap dalam menanggapi epidemi ini, kita harus meningkatkan sistem manajemen kedaruratan nasional dan meningkatkan kemampuan kita dalam menangani tugas-tugas mendesak dan berbahaya," kata laporan tersebut.

Salah satu bidang yang harus ditangani adalah perdagangan satwa liar ilegal, yang harus "dilarang dengan tegas", sementara pengawasan pasar harus diperkuat.

Diduga bahwa sebuah pasar di kota Wuhan, Provinsi Hubei adalah sumber penyebaran virus. Pada hari Senin, studi oleh seorang pakar virologi China mengatakan kelelawar kemungkinan merupakan sumbernya.

Wuhan tetap menjadi "prioritas utama" dan staf medis tambahan akan dikirim ke sana, kata komite.

Mereka mengatakan para pejabat harus memikul tanggung jawab penuh atas tugas mereka dalam pencegahan epidemi, dan mereka yang gagal melakukannya akan dihukum.

Terungkap bahwa dua pejabat di kota Huajiahe dicopot dari jabatan mereka setelah seorang remaja yang mengidap lumpuh otak (cerebral palsy) meninggal setelah ayahnya - dan satu-satunya pengasuhnya - dikarantina karena dicurigai terinfeksi virus corona.

 

Kondisi di Lapangan

Peningkatan angka kematian pada Minggu (57 orang) merupakan yang terbesar dalam satu hari sejak virus terdeteksi akhir tahun lalu. Semua korban jiwa kecuali satu berada di Provinsi Hubei. Kematian yang terjadi pada Senin tampaknya melampaui itu.

Dua rumah sakit baru dibangun secara kilat di Wuhan, meskipun belum sepenuhnya beroperasi.

Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 300 juta itu telah diperintahkan untuk mewajibkan penggunaan masker di tempat umum.

Namun ada kekurangan peralatan dan Kementerian Luar Negeri China pada hari Senin meminta bantuan kepada negara-negara lain.

Juru bicara Hua Chunying mengatakan: "Yang paling dibutuhkan China saat ini adalah masker medis, pakaian pelindung, dan kacamata keselamatan".

Beberapa kota, termasuk Shanghai, memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek, dengan banyak sekolah masih tutup.

 

Berapa Jumlah yang Terinfeksi?

Lebih dari 75.000 orang mungkin telah terinfeksi di Wuhan, kata para ahli.

Tetapi perkiraan oleh Universitas Hong Kong menunjukkan jumlah total kasus bisa jauh lebih tinggi dari angka resmi.

Laporan tentang tahap awal wabah yang diterbitkan jurnal medis Lancet mengatakan sebagian besar pasien yang meninggal telah mengidap kondisi lain sebelumnya.

Laporan tersebut menemukan bahwa, dari 99 pasien pertama yang dirawat di Rumah Sakit Jinyintan di Wuhan, 40 memiliki jantung yang lemah atau pembuluh darah yang rusak. 12 pasien lainnya menderita diabetes.

Kebanyakan orang yang terinfeksi cenderung pulih sepenuhnya — sama seperti yang mereka alami dari flu biasa.

Seorang pakar di Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengatakan bahwa satu minggu cukup untuk pemulihan dari gejala virus corona ringan. (Very/BBCIndonesia)

 

 

Artikel Terkait
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Artikel Terkini
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Akses Jalan Darat Terbuka, Pemerintah Kerahkan Distribusi Logistik ke Desa Kadundung
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas