INDONEWS.ID

  • Selasa, 17/03/2020 09:58 WIB
  • Ditolak Saat Periksa ke RS Rujukan Corona, Ini Penjelasan Achmad Yurianto

  • Oleh :
    • very
Ditolak Saat Periksa ke RS Rujukan Corona, Ini Penjelasan Achmad Yurianto
Juru bicara pemerintah untuk virus corona, Achmad Yurianto. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Seiring jumlah orang terjangkit virus corona yang terus bertambah di Indonesia, masyarakat mulai berbondong-bondong memeriksakan diri ke rumah sakit.

Namun keluhan yang senada belakangan muncul, bahwa rumah sakit dianggap tidak melakukan deteksi dini yang semestinya.

Baca juga : KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia

Kesiapan rumah sakit di berbagai daerah menerima lonjakan pasien yang diduga bergejala kini dipertanyakan, walau pemerintah mendorong masyarakat untuk mengedepankan isolasi diri di tempat tinggal pribadi.

Kekecewaan terhadap layanan rumah sakit dalam hiruk pikuk penyebaran virus corona diutarakan Intan.

Baca juga : Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel

Seperti dilansir BBCIndonesia. Com, warga Jakarta ini selama dua pekan terakhir intens beraktivitas di sekitar Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, yang akhir pekan lalu dinyatakan positif terjangkit virus corona.

Cemas bakal tertular, Intan berinisiatif untuk memeriksakan kesehatan ke rumah sakit.

Baca juga : Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat

Mengaku sempat ditolak beberapa rumah sakit yang tak memiliki alat uji virus corona, ia akhirnya datang ke satu dari delapan rumah sakit rujukan di Jakarta, yaitu RSAL Mintohardjo.

Namun, kata Intan, bukan kepastian kondisi kesehatan yang ia dapatkan. Ia justru disarankan petugas medis di instalasi gawat darurat untuk mengkarantina diri di rumah selama 14 hari.

"Dari awal sampai, saya sudah ditanyai petugas, dicek suhu tubuh dan ditanyai kepentingan saya datang. Itu di depan pos, di depan pagar rumah sakit," kata Intan, Senin (16/03).

"Saya bilang mau cek karena masuk lingkungan menteri. Lalu saya dirujuk ke IGD. Di sana, saya menunggu agak lama karena banyak orang," ujarnya.

"Belum disuruh duduk, saya sudah ditanyai petugas. Saya ceritakan riwayat dan disuruh kantor untuk mengecek kesehatan. Mereka bilang, kalau tidak ada gejala apapun tidak perlu dicek," lanjut Intan.

Intan mengatakan, kecemasan terhadap potensi tertular virus corona belum hilang. Namun ia mengaku tak punya pilihan lain, kecuali menuruti saran petugas IGD tersebut.

"Saya berharap, datang ke sana minimal dicek, dipantau suhu, ditanyai seberapa dekat dan intens bertemu orang yang positif Covid-19. Saya pikir harus ada pengecekan atau minimal pendataan orang yang datang ke IGD," kata Intan.

Juru bicara pemerintah untuk virus corona, Achmad Yurianto, mengatakan kesiapan 24 jam rumah sakit rujukan hanya ditujukan untuk pasien kasus Covid-19 yang datang disertai rujukan dari dokter atau fasilitas kesehatan lain.

"Rumah sakit rujukan tidak pernah menutup pintu dalam 24 jam untuk menerima pasien rujukan. Masalahnya ini bukan pasien rujukan, tapi tiba-tiba datang," kata Yurianto kepada pers di Jakarta, Senin sore (16/03).

"Tentu kami akan beri layanan untuk pasien nonrujukan, tapi terbatas untuk konsultasi. Kalau tidak ada kedaruratan, IGD pasti bertanya. Kalau ada kedaruratan, IGD pasti akan menerima," ujarnya.

Walau begitu, Yurianto berjanji pemerintah akan memikirkan layanan terhadap gelombang masyarakat yang mulai berdatangan ke rumah sakit akibat cemas terjangkit virus corona.

"Kami akan perbaiki ini karena ini sesuatu yang mesti direspons. Tapi kami pelan-pelan dan tidak akan merespons kepanikan masyarakat sebagai sesuatu yang dibenarkan," ujarnya.

"Saya pahami emosional pasien kalau datang harus dilayani, kalau perlu begitu sampai di pintu gerbang," tutur Yurianto.

Mengisolasi diri, menggunakan masker secara tepat, dan menjaga jarak dengan orang lain setidaknya satu meter adalah beberapa hal yang disarankan pemerintah untuk orang yang merasa mulai mengalami gejala virus corona.

"Orang yang pernah kontak dekat dengan yang positif Covid-19 merasa perlu memeriksakan diri. Betul, itu harus dilakukan, tapi tidak dengan cara terburu-buru, ramai-ramai datang ke rumah sakit, padahal tidak ada keluhan atau gejalanya minimal," kata Yurianto.

Seperti diketahui, jumlah orang yang positif terjangkit virus corona per 16 Maret, pukul 17.30 WIB, menjadi 134. Mereka tersebar di belasan kota, antara lain Jakarta, Depok, Bekasi, Solo, Manado, Yogyakarta, dan Pontianak.

Sebanyak 134 rumah sakit rujukan ditunjuk Kementerian Kesehatan untuk menggelar penanganan khusus pada pasien terdampak virus tersebut. (BBCIndonesia.com/Very)

 

Artikel Terkait
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Artikel Terkini
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Akses Jalan Darat Terbuka, Pemerintah Kerahkan Distribusi Logistik ke Desa Kadundung
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas