INDONEWS.ID

  • Minggu, 10/05/2020 15:30 WIB
  • Coving Indonesia dan Agenda Mei

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Coving Indonesia dan Agenda Mei
Mantan Panglima TNI Purn Joko Santoso dan Ketua BNPB Letjen TNI Doni Monardo ( Foto: Ist)

Oleh: Christianto Wibisono*)

Opini, INDONEWS.ID - Tuhan menciptakan waktu dan timing kronos dan kairus. Setiap hari, tanggal dan bulan bisa merUpakan hari keberangkatan seseroang dari bandara bumi ke destinasi akhirat atau hari kedatangan jabang bayi yang dirayakan sebagai hari ulang tahun.

Setiap hari juga bisa jadi acara pernikahan, perjodohan manusia menciptakan keluarga sebagai bagian populasi bumi yang sudah mencapai 7 milyar pada kurun waktu 10.000 tahun sejak Homo Sapiens menghuni bumi.

Bulan Mei bagi dunia dan Indonesia juga merupakan bulan yang bervariasi antar sejarah kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 dan tragedi nasional penjarahan rasial 13-15 Mei 1998 yang berujung lengsernya presiden ke-2 RI Soeharto.

10 Mei 1963 hari lahirnya Letjen Doni Monardo dan hari ini wafatnya mantan Panglima TNI Jendal Joko Santoso yang lahir 8 Sep 1952 atau setahun lebih muda dari Menhan Prabowo Subyanto yang lahir 17 Oktober 1951.

Setahun setelah lahirnya Prabowo, Indoneia mengalami “kudeta gagal” 17 Oktober 1952 ketika demo yang menuntut pembubaran DPR. Sementara pasukan yang membawa meriam kedepan istana mundur karena rakyat yang dibayar untuk berteriak bubarkan parlemen malah berteriak Hidup Bung Karno.

Akibatnya Mayjen TB Simatupang diberhentikan dari jabatan KSAP dihapus begitu saja. Sedang KSAD Mayjen Abdul Haris Nasution diberhentikan, Simatupang akan pensiun dan lengser dari politik sedang Nasution sempat come back, jadi KSAD kembali pada 1955 dan diganti Mayjen A Yani Juni 1962.

Nasution akan jadi Menko Hankam KASAB sampai meletus kudeta G30S dan dipecat dari kabinet pada 24 Februari 1966 .Blunder politik Bung Karno dengan memecat Nasution semakin bertumpuk Rp 1 uang baru.

Akumulasi gejolak politik karena pembunuhan Jendral Yani cs dan keterpurukan ekonomi berproses pada keluarnya SUPERSEMAR yang melengerkan kepresidenan dari Bung Karno ke Jendral soeharto sejak 11 Maret 1966.

Maka setiap bulan merupakan ajang peristiwa bersejarah dalam makna positiff maupun musibah destruktif bagi bangsa seperti rasialisme 10 Mei 1963 di Bandung.

Yang ditiru oleh Malaysia dengan insiden rasialis terbesar di Kuala Lumpur pada 13 Mei 1969 yang menurut PM Tengku Abdulrahman adalah kudeta oleh Waperdam Tun Abdul ‘Razak dan Dr Mahathir Muhamad.

Mereka menuduh Tengku kurang bisa mengangkat derajat kehidupan orang Melayu di Malaysia ketinggalan dari Tionghoa dan India.

Bulan Mei secara global juga melahirkan hari buruh 1 Mei yang ditetapkan oleh Kongres kaum Sosialis Marxis Internasional di Paris 1889 untuk memperingati tragedi penembakan demo buruh di Haymarket Chicago 1 Mei 1886 yang berlarut sampai 4 Mei 1886.
Perhatikan bahwa Karl Marx lahir 5 Mei 1818 dan buku Manifesto Komunis baru terbit 21 Feb 1848 dan Das Kapital 14 Sep 1867.
Konflik ideologi kapitalisme pasar bebas melawan ideologi komunis Marxis meledak dalam insiden Haymarket Chicago Mei 1886 itu. Para buruh menuntut pembatasan jam kerja dari 12 - 10 menjadi 8 jam sehari.

Presiden Cleveland memutuskan Senin pertama bulan September sebagai Hari Buruh di Amerika Serikat. Sedang 1 Mei justru digulirkan jadi hari buruh dari Paris dan sampai hari ini, AS tidak pernah mengakui 1 Mei sebagai Hari Buruh tapi Senin pertama September.

Di Indonesia, 1 Mei dirayakan sejak 1920 oleh PKI yang pada 1965 merayakan 25 tahun lahirnya secara besarbesaran dan arogan mengklaim sebagai Partai Komnis terbesar di belahan bumi Selatan dan ketiga di dunia setelah RRT dan Uni Soviet.

Ledakan kudeta G30S mengakhiri eksistensi PKJI dan poros Jakarta Beijing putus bahkan hubungan diplomatik RRT Indonesia beku sampai 1990.

Jadi setiap bulan bisa penuh dengan agenda yang saling berkaitan atau saling menegasikan.

Ada Mei yang menjadi kiblat semangat seperti 20 Mei Kebangkitan Nasional, ada yang jadi tragedi 10 Mei dan 13 Mei. Begitu juga September hitam dan Oktober kelabu.

Akhir kata, selamat ulang tahun ke-57 Letjen Doni Monardo. Selamat jalan Jendral Joko Santoso, ketua Badan Pemenangan Pilpres Prabowo Sandi.

Semoga bangsa Indonesia dan Homo Sapiens bisa mengatasi perang lawan virus ini ketimbang berperang saudara satu sama lain. Barangkali kita berharap hikmah dari krisis kemelut Covid ini adalah pertobatan manusia bebas dari benci cemburu, dengki, iri, mental predator, SARA seperti Kabil tega membunuh sesama manusia.

Kita berharap musuh bersama Covid ini dapat memusnahkan sisa genetika DNA Kabil pada diri setiap manusia lintas SARA.*

*) Christianto Wibisono atau Oey Kian Kok adalah seorang analis bisnis terkemuka di Indonesia. Ia adalah pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia 1980. 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Menkes Ungkap Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting
Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Apresiasi Farhan Rizky Romadon, Stafsus Kemenag: Kita Harus Menolak Tindak Kekerasan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas