INDONEWS.ID

  • Rabu, 14/04/2021 11:01 WIB
  • Jejak Alumna SMAN III Teladan Jakarta, Sosok Titiek Soeharto, Putri Sang Presiden RI Kedua

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Jejak Alumna SMAN III Teladan Jakarta, Sosok Titiek Soeharto, Putri Sang Presiden RI Kedua
Jejak Alumna SMAN III Teladan Jakarta, Sosok Titiek Soeharto, Sang Putri Presiden RI ke-2

Sosok, INDONEWS.ID - Hari ini, Rabu (14/4/21), Siti Hediati Soeharto, SE atau yang akrab disapa Titie Soeharto, putri Presiden RI kedua HM Soeharto merayakan Hari Ulang Tahun ke-62.

Semenjak hengkang dari Partai Golkar pada 2018 silam dan berhenti mendukui kursi sebagai anggota DPR RI di Senayan, Titiek menjadi Ketua Bidang Tani dan Nelayan pada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Berkarya.

Baca juga : Akhiri Pengabdian di Kampus IPDN Tercinta, Asri Hadi Siap Dedikasikan Diri Bangun SDM NTT

Titiek merupakan salah satu alumna Sekolah Menengah Atas Negeri III Teladan Jakarta atau yang biasa dikenal SMAN III Teladan Jakarta.

Tulisan berseri ini menjadi kado ulang tahun istimewa bagi almamater tercinta yang berlokasi di Jl. Setiabudi II Jakarta Selatan ini, juga bagi Tities Soeharto yang hari ini merayakan hari lahirnya.

Baca juga : Calon Ketum ILUNI FISIP UI, Budi Arie: Prinsipnya, Almamater Panggil Harus Siap

Sebagaimana diketahui, SMAN III Teladan Jakarta akan merayakan hari jadi ke-68 pada 24 Oktober mendatang. Di usianya yang telah lewat dari setengah abad itu, ia telah melahirkan banyak tokoh yang berkiprah di berbagai bidang.

Sehingga, secara tidak langsung, sekolah ini telah berkontribusi dalam perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia.

Baca juga : Dosen Senior Asri Hadi Dihadiahi Buku "Burung Besi Monika" dari Pilot Wanita Monika Angreini

Dalam tulisan kali ini, menyambung tulisan-tulisan sebelumnya, INDONEWS.ID menghadirkan profil sosok Titiek Soeharto, putri Presiden RI kedua yang telah menduduki jabatan penting dan strategis di negeri ini.

Dari penelusuran media ini, ia terakhir menjadi Anggota DPR RI Fraksi Golkar sejak 1 Oktober 2014 hingga 11 Juni 2018.

Dosen Senior IPDN selaku Pemimpin Redaksi Indonews.id, yang juga merupakan salah satu alumnus SMA Negeri III Teladan Jakarta menyampaikan ucapan selamat ulang tahun ke-62 kepada Ibu Titiek Soeharto. Ia menambahkan bahwa setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya.

"Selamat ulang tahun kepada Ibu Titiek Soeharto. Semoga tetap sehat agar terus berkarya bagi bangsa Indonesia dan tetap amanah." ucap Asri Hadi dalam pesan singkta WhatsApp, Rabu (14/4/) pagi.

Pemimpin Redaksi Indonews.id Drs. Asri Hadi, MA dan Titiek Soeharto, SE

Siapa Titiek Soeharto

Titiek Soeharto memiliki nama lengkap Siti Hediati Soeharto, SE. Ia lahir di Semarang, Jawa Tengah pada 14 April 1959. Ia adalah anak keempat Soeharto yang lahir pada saat Soeharto menjabat sebagai Panglima TT-IV/Diponegoro.

Titiek adalah penyuka merek kelas tinggi seperti Harry Winston, Bulgari dan Cartier. Titiek juga dikenal sebagai pengagum para bintang film. Ketika Steven Seagal ke Bali dalam rangka peresmian Planet Hollywood pada 1994, dia dikabarkan berdansa dengan bintang laga itu.

Dunia bisnis tak lepas dari keturunan keluarga cendana. Pada Juli 2005 Titiek yang menjabat sebagai komisaris utama PT Abhitama membeli saham kepemilikan PT Surya Citra Media Tbk sebesar 25 persen dari Henry Pribadi, yang setara dengan 473.437.500 saham (harga per saham Rp 1.225).

Kini kepemilikan saham PT Abhitama meningkat hingga menjadi 77,49 persen. Bisnis lainnya merambah bidang hutan, kimia, keuangan, investasi, listrik, dan transportasi.

Titiek dikenal dekat dengan ayahnya, Soeharto. Namun dia pernah mengalami kekecewaan dengan sikap Soeharto. Perasaan kecewa Titiek kala itu muncul saat dirinya diwisuda sebagai sarjana ekonomi oleh Universitas Indonesia, tepatnya tahun 1985. Setiap mahasiswa yang diwisuda saat itu selalu didampingi kedua orangtuanya.

Tetapi, hal itu tidak dirasakan Titiek. Titiek yang berharap dapat didampingi kedua orangtuanya saat wisuda ternyata tak bisa dikabulkan. Walhasil, hanya Ibu Tien yang menyaksikan Titiek dikalungkan piagam kelulusan oleh pihak kampus. Sedangkan Soeharto, tak muncul meski hanya sekejap.

Rasa kecewa yang dirasakan Titiek ini terus terbawa hingga dewasa. Namun, setelah Indonesia mengalami pergantian kepala negara beberapa kali, Titiek akhirnya menyadari bahwa tindakan Soeharto tersebut menjadi bukti bahwa Soeharto lebih mengedepankan kepentingan bangsa daripada keluarganya.

Titiek dibesarkan oleh dua orang tua yang sibuk. Soeharto adalah jenderal dengan jabatan Panglima Kostrad (Pangkostrad) sejak 1963. Sementara ibunya, Siti Hartinah alias Tien, tentu sibuk sebagai ketua Persatuan Istri Tentara (Persit) Kartika Chandra Kirana.

Sewaktu kecil, Titiek kerap ikut ibunya berkunjung ke rumah ibu-ibu jenderal. Kala Soeharto jadi Pejabat Presiden Republik Indonesia pada 1967, Titiek berusia 8.

Dia pun mendapat predikat mentereng sebagi anak presiden. Dia bersekolah di sekitaran Menteng. Sekolah Dasarnya di SD Cikini, lalu SMP Negeri 1 Jakarta, lalu SMA Negeri 3 Teladan Jakarta.

Setelahnya, Titiek kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) dan Titiek baru selesai pada 1985.

Sepenuturan Abdul Gafur dalam Siti Hartinah Soeharto: Ibu Utama Indonesia (1992), "Titiek berbeda dengan kakak-kakaknya yang mencapai perguruan tinggi tapi tidak sampai selesai, Titiek justru berhasil menyelesaikan studinya" (hlm. 489).

Titiek tentu menjadi sarjana pertama dalam keluarga Soeharto. Soeharto saja cuma lulusan Schakelschool, yang masih setara SD.

Profesor Sumitro Djojohadikusumo, yang kerap dijuluki begawan ekonomi Indonesia, sempat mengajar Titiek di FE UI.

Menurut pengakuan Sumitro dalam biografinya yang disusun Hendra Esmara, Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (2000), Titiek pernah mengulang mata kuliah yang diampunya. Sumitro waktu itu tidak tahu bahwa ada anak presiden yang ikut kelasnya. Kata Sumitro, Titiek lebih suka duduk di belakang (hlm. 420).

Belakangan Titiek dipacari, lalu akhirnya dinikahi anak sang profesor yang kita kenal saat ini sebagai Prabowo Subianto Djojohadikusumo. Setelahnya, mereka menikah dan punya anak.

Titiek menikah dengan Prabowo Subianto pada Mei 1983. Pasangan ini dikaruniai seorang anak yang diberi nama Didiet Hadiprasetyo. Didiet menghabiskan sebagian masa sekolahnya di Boston, AS.

Setelah menikah dengan Kapten Prabowo, mau tidak mau Titiek menjadi bagian dari Persit Angkatan Darat, seperti Ibu Tien di zaman Soeharto masih jadi tentara.

Perkawinan pasangan ini berakhir perpisahan namun belum dijelaskan apakah hanya sekedar berpisah atau perceraian.

Menurut catatan Abdul Gafur, Titiek aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan olahraga. Dalam yayasan-yayasan yang dikelola Tien, Titiek juga dilibatkan.

“Barangkali karena latar pendidikan saya adalah ekonomi, maka saya ditunjuk sebagai bendahara dalam beberapa yayasan yang ibu kelola,” aku Titiek dalam Ibu Tien Soeharto Dalam Pandangan dan Kenangan Para Wanita yang disunting Abdul Gafur (1996: 76).

Yayasan-yayasan yang dikelola Tien di antaranya: Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan dan Yayasan Purna Bhakti Pertiwi. Selain di yayasan, Titiek juga terlibat dalam bisnis, seperti saudara-saudaranya.

Spirit Sang Ayah

Berlatar belakang pendidikan formal dari fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kiprah hidupnya lebih banyak dicurahkan mengikuti spirit perjuangan yang menetes dari kedua orang tuanya.

Titiek Soeharto, bukan hanya menjadi saksi jerih payah Presiden Soeharto mempertahankan kemerdekaan dan kemudian membangun Indonesia.

Interaksi sebagai seorang putri, menjadikan segala dinamika yang dialami Presiden Soeharto merupakan school of live soal hakekat hidup, kepemimpinan, problem kebangsaan maupun desiran penderitaan rakyat yang harus dibela dan diperjuangkan.

Selain pernah aktif dalam Persit Candrakirana (organisasi para istri prajurit), kini aktif sebagai Ketua Umum Persatuan Panahan Indonesia (PERPANI), Ketua Umum Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI), Pembina Yayasan Supersemar, Pembina Yayasan Purna Bhakti Pertiwi dan. Ia juga aktif sebagai pengurus DPP Golkar sebagai Ketua Bidang Tani dan Nelayan.

PERPANI merupakan sarana perjuangan untuk membangun harga diri bangsa melalui olah raga. Sedangkan Yayasan Supersemar merupakan sarana turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanat UUD 1945.

Melalui pemberian bea siswa, Yayasan Supersemar telah melahirkan jutaan sarjana. Prestasi itu tidak boleh berhenti, harus dilanjutkan, dan bahkan direvitalisasi peranannya untuk menjawab tantangan global melalui ketersediaan SDM bangsa yang handal.

Aktivitasnya sebagai pembina Yayasan Purna Bhakti Pertiwi merupakan upaya menghidupkan spirit etos kejuangan para generasi pendahulu, yang telah bekerja keras mempertahankan kemerdekaan dan membangun Indonesia, agar bisa dipantulkan sebagai energi dalam meraih kejayaan bangsa pada masa kini dan mendatang.

Melalui monumen jejak-jejak langkah para pendahulu yang dihimpun kedalam sebuah museum, spirit itu bisa dipelajari para generasi mendatang. Tanpa spirit skala kebangsaan sesuai jati dirinya, sebuah bangsa hanya akan menjadi halaman belakang dari percaturan bangsa-bangsa lain di dunia.

Titiek Soeharto juga mewarisi Presiden Soeharto dalam upaya menghargai penjaga-penjaga kultural nusantara yang diantaranya para pemimpin pondok-pondok pesantren, komunitas-komunitas kreatif, maupun tokoh-tokoh kultural lainnya.

Tanpa diiringi publisitas, Titiek Soeharto tidak jarang berada di tengah-tengah komunitas itu untuk memberi support kepada masyarakat dan para tokoh-tokoh kultural untuk berjuang membangun masyarakatnya.

Menurutnya, hakekat hidup adalah untuk kebaikan hidup bersama, baik skala kecil maupun skala bangsa, Memayu Hayuning Bawana.

“Bapak dan Ibu saya Pejuang. Dengan segala potensi dan jaringan yang ada, saya harus melanjutkan perjuangan itu. Perjuangan membangun masyarakat dan bangsa untuk mencapai keadilan dan kemakmuran serta sejajar dengan bangsa-bangsa lain harus terus berlanjut. Kepemimpinan bukanlah sekedar bagaimana berkuasa. Sedangkan kekuasaan sendiri hanya merupakan bagian kecil dari sekian banyak sarana perjuangan. Maka sarana dan media apapun dapat dipergunakan untuk berdiri beriringan dengan masyarakat dalam mewujudkan peradaban Indonesia yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selebihnya, Tuhan dan sejarah yang menilai kerja kita.”

Setelah bercerai dengan Prabowo pada 1998, Titiek tetap berbisnis dan terjun ke dunia politik.

Di masa Aburizal Bakrie jadi Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar), Titiek pernah menjadi Wakil Sekretaris Jenderal partai berlogo beringin itu.

Semua orang tahu, Golkar punya masa lalu yang teramat manis bersama Soeharto. Pada Pemilihan umum legislatif Indonesia 2014, Titiek Soeharto mencalonkan diri sebagai anggota legislatif untuk daerah pemilihan DIY dengan nomor urut 1.

Ia lalu terpilih sebagai anggota DPR dari Partai Golkar untuk masa jabatan 2014 - 2019. Namun, Titiek tidak rampung menduduki kursi DPR RI karena Ia memutuskan keluar dari Golkar untuk bergabung dengan Partai Berkarya yang dipimpin adiknya, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto). Karena mundur dari Golkar, dia juga harus mundur dari DPR.

Keberadaannya di Golkar pun terhitung hanya bertahan 6 tahun dari 2012 hingga 2018. Aktivitas politik Titiek tetap berlanjut. Bersama adiknya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy, dia aktif di Partai Berkarya.

Tidak ada ideologi hebat atau gagasan baru yang didengungkan Titiek dalam partai barunya. Caranya mengeksploitasi romantisme zaman Soeharto hampir mirip Benito Mussolini yang mendambakan kembali kejayaan Romawi.

Aktif Lestarikan Budaya Jawa

Sebagai seorang putri dari ayah dan ibu yang sangat kental dengan budaya Jawa, pastinya Titiek pun mewarisi budaya asal orang tuanya. Tak ingin ia melihat budaya Jawa hilang.

Sebagai orang Jawa, menurut Titiek, pada akhirnya tentu ia ingin melestarian budaya warisan nenek moyang agar tak punah, dengan cara nguri-uri, meskipun dilakukan dari hal-hal kecil dan kegiatan-kegiatan kecil.

“Tetapi semua harus dengan kesadaran untuk melestarikan. Dan itu jauh lebih baik dimulai bukan dari yang terbesar, dalam arti negara, tetapi harus dimulai dari lembaga terkecil yaitu keluarga dan diri sendiri,” kata Titiek.

Menurut Titiek, setiap masyarakat semestinya wajib mengetahui budaya asalnya masing-masing. Orang Jawa wajib tahu budaya Jawa.

Berdasarkan informasi yang tertera pada laman pribadinya titieksoehato.com, Titiek diketahui aktif dalam paguyuban bernama "Dalam Sekar Kedaton", sebuah perkumpulan ibu-ibu yang diikuti Titiek sebagai salah satu anggotanya. Dalam aktifitas keseharian perkumpulan ini, mereka selalu menggunakan bahasa Jawa krama inggil.

Paguyuban ini memang dibuat dengan niat melestarikan budaya Jawa, seperti bahasa dan tulisan Jawa, di samping juga melakukan aksi-aksi sosial.

“Sekar Kedaton itu kumpulan ibu-ibu yang kalau kumpul semua harus pakai bahasa Jawa dan krama inggil. Bahasa Jawa ngoko tidak boleh. Jadi maklum saja, ibu-ibu di Jakarta diminta berbahasa krama inggil kan susah, jadi kadang-kadang belepotan bahasanya. Sampai-sampai kita sering ketawa-ketawa, tapi saling mengoreksi juga,” cerita Titiek, seraya tertawa kecil.

Profil Singkat

Nama Lengkap: Siti Hediati Soeharto SE,
Tempat Tanggal Lahir: Semarang 14 April 1959
SD Cikini
SMP Negeri 1 Jakarta
SMA Negeri 3 Teladan Jakarta.
FE Universitas Indonesia
Ketua Bidang Tani dan Nelayan DPP Partai Golkar, Ketua Umum Persatuan Panahan Indonesia (PERPANI), Ketua Umum Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI), Pembina Yayasan Supersemar, Pembina Yayasan Purna Bhakti Pertiwi.
Anggota DPR dari Partai Golkar 2014 - 2019.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait
Akhiri Pengabdian di Kampus IPDN Tercinta, Asri Hadi Siap Dedikasikan Diri Bangun SDM NTT
Calon Ketum ILUNI FISIP UI, Budi Arie: Prinsipnya, Almamater Panggil Harus Siap
Dosen Senior Asri Hadi Dihadiahi Buku "Burung Besi Monika" dari Pilot Wanita Monika Angreini
Artikel Terkini
Tanggapi Tuduhan Ade Pencuri, Lawyer Gaul: gak Cocok sama Faktanya
Terus Bermanuver Menuju Pilkada NTT, Cagub Ardy Mbalembout dan Irjen Jonny Asadoma Gelar Pertemuan Tertutup di Jakarta
Tamini Square Gelar Festival Soto dan Masakan Nusantara
Dituduh Curi Iphone, Ade Laporkan AA ke Polres Jaksel
PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas