Oleh: Syafri Adnan Baharudin, eks Dubes WTO dan Pengamat Bola
Jakarta, INDONEWS.ID -- Inggris menggebrak sejak menit pertama. Mereka sadar bahwa hanya kemenangan yang bisa memastikan posisi mereka sebagai juara Grup. Lebih dari itu untuk mengangkat moral tim sebagai salah satu favorit juara kali ini, dalam menghadapi babak selanjutnya.
Babak pertama dikuasai oleh Inggris. Coach Southgate menurunkan Grealish sejak awal. Walau posisinya sebagai gelandang tengah, kenyataannya sesuai prediksi, Grealish lebih beroperasi sebagai winger kiri yang menggedor sisi kanan Ceko.
Gol tunggal oleh sundulan Sterling yang bergerak dari tengah ke daerah penalti, diawali oleh gerakan Grealish yang mengirim umpan silang ke tiang jauh.
Setelah itu jual-beli serangan terjadi. Peluang Inggris melalui Harry Kane gagal disentuh Sterling di akhir babak pertama. Sementara peluang Ceko melalui Holes dan Jankto juga gagal melewati kiper Pickford.
Awal babak kedua kembali milik Inggris. Namun lagi-lagi Kane terkunci oleh Kalas. Pergerakan Saka-Henderson-Grealish, kurang memberikan ancaman buat gawang Vaclik. Masuknya Jude Bellingham dan Jordan Sancho agak terlambat. Akibatnya variasi serangan Inggris mudah dipatahkan.
Patrick Schick, top skorer sementara malam ini tidak berkutik sehingga harus diganti Pekhart. Meski coach Silhavy memainkan tiga striker sejak menit ke 70, namun pertahanan Inggris yang sudah memainkan duet Macguire dan Stones (yang kemudian diganti Mings) terlalu tangguh. Inggris juga belum kebobolan di fase grup, menyamai Italia.
Hasil 1-0 cukup mengantar Inggris menjadi juara grup dan tetap bermain di Wembley untuk babak 16 besar. Sebaliknya hasil ini membuat Ceko `hanya` menempati posisi ke 3 Grup D dan harus menanti hingga berakhirnya fase grup untuk menentukan nasibnya apakah ikut lolos ke babak 16 besar.
Walau menjadi juara, adalah PR besar buat Southgate untuk mendapatkan line-up yang pasti dan sesuai dengan karakter menyerang Inggris. Dua gol dalam tiga pertandingan dan keduanya dari satu orang pemain-Sterling, sungguh bukan cerminan calon juara. Bandingkan dengan Italia tujuh gol dari empat orang pemain. Inggris harus lebih agresif.
*) Penulis merupakan eks Dubes WTO dan Pengamat Bola.