INDONEWS.ID

  • Minggu, 26/12/2021 12:05 WIB
  • Tokoh dan Aktivis Agama Bentengi Masyarakat dari Virus Radikalisme Berbasis Keagamaan

  • Oleh :
    • very
Tokoh dan Aktivis Agama Bentengi Masyarakat dari Virus Radikalisme Berbasis Keagamaan
Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI Nisan Setiadi, S.E., menghadiri Kegiatan Silaturahmi Kebangsaan Membangun Harmoni Indonesia bersama Forum Komunikasi Aktivis Masjid Indonesia di Surakarta, Selasa (21/12/2021). (Foto: ist)

Surakarta, INDONEWS.ID --- Virus radikalisme bisa menyebar dari berbagai lini kehidupan masyarakat. Mereka menggunakan berbagai macam cara untuk mengajak, merekrut, dan mendoktrin masyarakat. Salah satunya melalui dakwah dan kajian keagamaan.

Hal itu dikatakan oleh Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI Nisan Setiadi, S.E., menghadiri Kegiatan Silaturahmi Kebangsaan Membangun Harmoni Indonesia bersama Forum Komunikasi Aktivis Masjid Indonesia di Surakarta, Selasa (21/12/2021).

Baca juga : Darurat Vaksinasi Ideologi Bentengi Masyarakat dari Narasi Intoleransi dan Provokasi

“Tempat ibadah kerap dieksploitasi dan dimanfaatkan kelompok radikal untuk mengajak, merekrut, dan mendoktrin masyarakat dengan ajaran yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan ideologi Pancasila. Karena itulah tokoh agama khususnya aktivis masjid mempunyai peran penting menjadi garda terdepan dalam menangkal virus radikalisme sekaligus membentengi umat dengan pencegahan berbasis keagamaan,” kata Mayjen TNI Nisan Setiadi.

Untuk itu menurutnya, para aktivisi rumah ibadah harus bisa menjadi bagian komponen bangsa yang sangat strategis untuk tetap menjaga harmoni Indonesia dari gangguan kelompok yang dapat merusak persatuan dan kesatuan. Karena rumah ibadah ini tidak hanya sebagai tempat ibadah mahdhah (murni), tetapi rumah ibadah ini juga menjadi tempat merekatkan persatuan dan kesatuan.

Baca juga : Refleksi Akhir Tahun: Perkuat Barisan Guna Menetralisasi Virus Radikalisme

“Karena rumah ibadah seperti masjid juga menjadi corong dan mimbar agama yang dapat menyatukan dan menyejukkan masyarakat. Selain itu masjid ini juga sebagai rumah tuhan untuk mendidik umat agar selalu merawat persatuan dan persaudaraan,” ujar mantan Komandan Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Danpussenarhanud) Kodiklat TNI-AD ini.

Dirinya memberikan contoh peradaban madinah yang luar biasa yang dibangun oleh Nabi Muhammad di tengah masyarakat yang multikultural yang mana sesungguhnya dimulai dari masjid. Karena itulah, masjid harus berperan penting dalam membangun peradaban Indonesia yang harmonis.

Baca juga : Santri Berperan Penting Membentengi Masyarakat dari Paham Radikalisme Terorisme

“Tentu saja, peran ini membutuhkan keterlibatan dan partisipasi aktivis masjid untuk selalu memberikan pencerahan kepada masyarakat,” ujar mantan Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Provinsi Gorontalo ini.

Pada kesempatan itu, perwira tinggi yang pernah menjadi Kabinda Sulawesi Selatan ini mengajak semua pihak untuk terus memperkuat nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dengan menjunjung tinggi konsensus nasional Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Menurutnya banyak negara luar yang iri dengan bangsa Indonesia yang mampu mengelola dengan baik berbagai perbedaan dan keragaman.

“Di berbagai belahan dunia, banyak negara yang tidak mampu mengelola kondisi pluralitas dan multikulturalitas bangsanya secara baik. Seperti contoh di negara-negara Timur Tengah, dengan sedikit suku tetapi selalu dihantui dengan perang domestik yang bernuansakan sekteranisme. Konflik sesama bangsa Arab terus bergejolak bahkan menimbulkan resonansi konflik hingga ke berbagai negara termasuk ke negeri kita tercinta ini,” tutur alumni Akmil tahun 1988 ini. 

Hal itu tidak lepas dari keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Menurutnya, Pancasila merupakan anugerah dari Allah SWT kepada bangsa Indonersua sebagai satu pandangan hidup bernegara yang disepakati bersama dan sebagai salah satu konsensus nasional yang harus terus dihormati.

 "Dan Indonesia mempunyai semboyan, “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai semboyan falsafah hidup Pancasila yang menjaga keragaman dalam persatuan hingga saat ini. Hai ini yang membuat Indonesia sampai detik ini mampu mengelola dengan baik berbagai keragaman yang ada. Tentu saja, kita juga harus bersyukur,” ucap mantan Danrem 084/Bhaskara Jaya ini.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang bisa menjadi persoalan sosial yang pada akhirnya memunculkan konflik. Dimana benih-benih konflik ini akan dimulai dari pra sangka (prejudice), kecurigaan, etnosentrisme, fanatisme kelompok, dan perasaan tidak percaya antara satu dengan lainnya. 

“Kondisi masyarakat dengan indikator di atas merupakan masyarakat rentan dari gejolak konflik sosial apalagi dengan tingkat keragaman yang tinggi,” ujar mantan Komandan Pusdik Arhanud ini.

 

Oleh karena itu menurutnya, pentingnya sejak dini penting seluruh pihak untuk selalu mengajarkan, menanamkan dan mempraktekan kerukunan, toleransi, dialog, kerjasama dan juga saling menghormati satu sama lain dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dan forum silaturrahmi kebangsaan adalah salah satu momen penting bagi kita bersama untuk selalu membangun saling percaya antara pemerintah dan masyarakat dan antar masyarakat dalam rangka mencapai Indonesia yang harmoni,” kata pria yang pernah menjabat sebagai Asintel Kasdam Iskandar Muda ini mengakhiri.

 

Dakwah dengan Konsep Islam Wasathiyyah

Sementara itu, Ketua Umum FKAM, Ustadz Umaier Khaz, Lc., M.H. mengatakan, Indonesia adalah gambaran ideal yang termaktub dalam Piagam Madinah di mana negeri ini menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, toleransi, dan sama-sama menjaga keutuhan negara, baik serangan dari dalam maupun luar.

“Posisi Indonesia sebagai Darul Ahdi Wasysyahadah sebagaimana istilah Muhammadiyah, sebagai Darus Sulhi was Salam sebagaimana istilah Nahdhatul Ulama, juga sebagai Darul Mitsaq (negara kesepakatan), sebagaimana yang disebutkan oleh Wapres kita KH. Ma’ruf Amin adalah komitmen kebangsaan yang harus kita jaga bersama, sehingga kita dapat hidup secara damai dengan prinsip muahadah dan muwatsaqah, bukan dengan posisi muqatalah (saling membunuh) atau muharabah (saling berperang),” terangnya.

Ia mengungkapkan, FKAM dalam hal ini, berada di garda terdepan menjaga komitmen kebangsaan ini dengan berkontribusi dalam core dakwah dan kemanusiaan.

“Dakwah dengan konsep Islam wasathiyyah yang syarat akan akhlak karimah, toleransi, kedamaian, dan kesejukan. Serta kemanusiaan, demi mewujudkan keadilan dan kesejahteran di negeri kita tercinta,” tutup Ustadz Umaier Khaz.

Turut mendampingi Deputi I BNPT pada acara tersebut yakni Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM. ***

Artikel Terkait
Darurat Vaksinasi Ideologi Bentengi Masyarakat dari Narasi Intoleransi dan Provokasi
Refleksi Akhir Tahun: Perkuat Barisan Guna Menetralisasi Virus Radikalisme
Santri Berperan Penting Membentengi Masyarakat dari Paham Radikalisme Terorisme
Artikel Terkini
Didik J Rachbini: Gagasan Menyatukan Anies dan Ahok di Pilgub Jakarta Eksperimen yang Baik dan Berani
Menkes Ungkap Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting
Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas