INDONEWS.ID

  • Senin, 14/11/2022 18:01 WIB
  • G20 Kunci Penting Bangun Arsitektur Kesehatan Global

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
G20 Kunci Penting Bangun Arsitektur Kesehatan Global
Senior Adviser to Director Jenderal World Health Organization (WHO), Bruce Aylward

Bali, INDONEWS.ID - Senior Adviser to Director Jenderal World Health Organization (WHO), Bruce Aylward menyampaikan apresiasi atas inisiatif Indonesia selaku Presidensi G20 mengangkat tema infrastruktur kesehatan global sebagai salah satu agenda G20 tahun ini. Menurutnya, infrastruktur kesehatan global masih menjadi pekerjaan rumah terbesar negara-negara di dunia.

Hal ini terbukti ketika dunia menghadapi pandemi COVID-19 yang tidak hanya menguncang sektor kesehatan, namun juga berdampak pada sektor ekonomi sehingga terjadi pelambatan dan bahkan aktivitas ekonomi terhenti. Bruce menegaskan, selama sistem kesehatan global tidak diperbaiki, dunia tetap akan rentan terhadap bencana yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Baca juga : Terbesar Sepanjang Sejarah, Presidensi G20 Indonesia Sukses Hasilkan G20 Bali Leaders` Declaration Bagi Pemulihan Dunia

"Maka dari itu, kita harus memperhatikan kesehatan masyarakat dunia. Kita membutuhkan penguatan dan stabilitas infrastruktur kesehatan global. Dan sungguh luar biasa Presidensi G20 Indonesia telah melihat dan mengangkat masalah ini sebagai isu prioritas. Kita tidak dapat menyelesaikan isu ini tanpa peran G20," kata Bruce dalam diskuis daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) pada Minggu (14/11/22).

Kabar baiknya, Bruce mengakui, G20 merupakan kumpulan negara-negara yang memegang 60 persen populasi dunia dan 80 persen negera-negara G20 merupakan raksasa ekonomi dunia.

Baca juga : Kontribusi Presidensi G20 Indonesia Lahirkan Dokumen Deklarasi "G20 Action for Strong and Inclusive Recovery"

Tantangan Dunia Hadapi Pandemi Covid-19

Bruce menambahkan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia adalah adanya kesenjangan pada "Primary Health Care" atau Layanan Kesehatan Dasar yang mencakup hampir seluruh dunia, bahkan di negara-negara berpendapatan tinggi. Padahal, layanan kesehatan dasar adalah hal yang penting dan menjadi kebutuhan bagi semua orang.

Baca juga : Presidensi G20 Indonesia Berjalan Extramile, Suarakan Kepentingan Negara Berkembang

"Lebih dari 2 miliar orang tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan dasar. Apa yang terjadi ketika pandemi seperti covid-19 menghantam, sistem kesehatan di seluruh dunia mengalami kerusakan. Karena kita berada dalam dunia yang saling terhubung, kita semua menderita," pungkasnya.

Maka dari itu, kata Bruce menegaskan, masalah sistem kesehatan global perlu kerjasama dan kolaborasi seluruh dunia. "Kita tidak dapat menyelesaikan masalah ini tanpa kerjasama dan kolaborasi seluruh dunia," tukasnya.

Masalah Akses dan Ketersedian Pangan

Pada kesempatan yang sama, Chief Economics Food and Agriculture Organization (FAO) Maximo Torero mengatakan tahun ini dunia sedang manghadapi tantangan terbesar yakni akses pangan. Masalah ini muncul karena harga pangan yang kian mahal dan imbas dari konflik Rusia-Ukraina.

"Dunia saat ini sedang menghadapi tantangan besar yang sangat luar biasa. Tahun ini kita mengalami masalah yang disebut "akses pangan" dan penyebabnya terjadinya kondisi ini adalah harga pangan yang kian mahal," ujar Maximo.

Maximo menyebutkan, kenaikan harga pangan tertinggi sepanjang sejarah terjadi pada bulan Maret tahun ini. Kendati sempat turun namun tetap tidak siginifikan sehingga harga pangan tetap dinilai tinggi.

Masalah akses pangan ini, Maximo menjelaskan, menutup pintu bagi masyarakat pada sumber-sumber pangan. Artinya, banyak masyarakat dunia tidak bisa membeli makanan. Hal itu yang membuat pihaknya menyebut ini sebagai masalah akses pangan.

"Artinya, masyarakat tidak punya banyak sumber pangan dan tidak akan bisa membeli makanan. Oleh karena itu, kita sebut ini sebagai masalah akses pangan," tukasnya.

Maximo menambahkan, masalah akses pangan ini terjadi selain karena pembatasan selama pandemi covid-19 untuk menekan laju penyebaran virus, juga karena perang Rusia-Ukraina.

"Kondisi ini terjadi setelah pandemi covid-19 dimana harga pangan tinggi dan makin meroket karena perang di Ukraina. Alasan utamanya adalah karena Federasi Rusia dan Ukraina merupakan eksportir dari 30 persen biji gandum untuk dunia. Sementara Federasi Rusia merupakan eksportir utama pupuk dunia," tandasnya.

"Jadi tahun ini masalah akses pangan. Tahun depan akan menjadi tantangan terbesar adalah ketersediaan pangan," tambahnya.*(Rikard Djegadut)

Artikel Terkait
Terbesar Sepanjang Sejarah, Presidensi G20 Indonesia Sukses Hasilkan G20 Bali Leaders` Declaration Bagi Pemulihan Dunia
Kontribusi Presidensi G20 Indonesia Lahirkan Dokumen Deklarasi "G20 Action for Strong and Inclusive Recovery"
Presidensi G20 Indonesia Berjalan Extramile, Suarakan Kepentingan Negara Berkembang
Artikel Terkini
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Akses Jalan Darat Terbuka, Pemerintah Kerahkan Distribusi Logistik ke Desa Kadundung
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas