INDONEWS.ID

  • Selasa, 30/05/2023 17:14 WIB
  • Resensi Buku Demokrasi sebagai Tanggung Jawab: Menjaga Demokrasi Indonesia dari Keterpurukan

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Resensi Buku Demokrasi sebagai Tanggung Jawab: Menjaga Demokrasi Indonesia dari Keterpurukan
Moment Pemred Indonews.id Asri Hadi menerima penyerahan buku dari Prof Muhammad AS Hikam selaku penulis buku Demokrasi sebagai Tanggung Jawab: Menjaga Demokrasi Indonesia dari Keterpurukan" saat acara peluncuran yang digelar di Gedung Widya Graha BRIN, Jakarta pada Selasa (30/5/23/Foto: Indonews.id/Rikard Djegadut)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Negara Riset dan Teknologi RI era Gus Dur, Muhammad AS Hikam akhirnya meluncurkan buku berjudul "Demokrasi sebagai Tanggung Jawab: Menjaga Demokrasi Indonesia dari Keterpurukan". Acara peluncuran digelar di Gedung Widya Graha BRIN, Jakarta pada Selasa (30/5/23).

Acara diisi dengan diskusi yang menghadirkan Menkopolhukam Prof Mahfud MD, Peneliti politik Prof Syamsudin Haris, Kolumnis beken Dr. Mohammad Sobari dan Prof M. Alie Humaedi selaku Kepala Pusat Riset Kesejahteraan Sosial, Desa dan Konektivitas (PR KSDK) BRIN.

Baca juga : Ketua Teladan Pro Ganjar-Mahfud MD, Ica Risanggeni: Kami Optimistis Ganjar-Mahfud Akan Memenangkan Pilpres

Buku setebal 525 halaman ini, berisi kumpulan tulisan-tulisan ringan yang mencoba memahami dan memaknai dinamika sosial yang berlangsung sehari-hari melalui lensa atau perspektif yang bercorak fenomenologis.

Melalui perspektif ini, AS Hikam berupaya menampilkan realitas kepada pembaca agar tak hanya dipandang sebagai objek yang harus dijelaskan menggunakan pengalaman inderawi dengan bantuan penalaran sebagai alat semata, namun juga melibatkan pemahaman maknawi berdasar atas kesadaran subjek sebagai pihak yang mengalami.

Baca juga : Pemred Indonews.id Dampingi Founder Sambas Sinergy Cicipi Menu Jepang di Resto Atsumaru Izakaya

Dengan demikian, dinamika sosial, termasuk di dalamnya politik, ekonomi, budaya dengan segala macam pernak-perniknya, tak cukup bila hanya dijelaskan dengan meletakkannya sebagai objek yang berada di luar, dan karena itu disebut sebagai perspektif yang objektif.

Sebab hal itu justru akan mereduksi fenomena sebagai sesuatu yang bersifat pasif. Menurut perspektif fenomenologis, fenomena sosial justru memerlukan tilikan ke dalam dan dinamis serta tak berpretensi telah sampai pada kesimpulan yang paripurna, pasti, atau tetap.

Baca juga : Kemendagri Gelar Inovative Government Award (IGA) 2023 Apresiasi Inovasi Pemerintahan Daerah

Sebagai seorang pengamat politik, AS Hikam telah cukup lama mengikuti dan mencoba memahami dinamika perpolitikan di negeri ini dan berkonsentrasi pada interelasi antara sektor negara dengan masyarakat sipil (civil society), khususnya dalam konteks upaya membangun dan mengembangkan sebuah tatanan sistem demokrasi konstitusional.

Selain berkiprah dalam dunia akademis dan pernah sebagai peneliti dan kini pengajar di universitas, AS Hikam juga pernah terlibat dalam dunia politik praktis dan pembuatan kebijakan publik strategis di berbagai kelembagaan milik negara maupun masyarakat sipil.

Berpijak pada berbagai pengalaman tersebutlah, AS Hikam berupaya untuk bukan saja mendasarkan pengamatan dan analisisnya kepada fakta yang empiris dan objektif, tetapi juga tilikan mendalam melalui penafsiran (hermeneutika) dan pengalaman yang mungkin saja sangat spesifik dan sulit untuk diverifikasi secara empiris.

Dalam sekapur sirihnya, AS Hikam menggarisbawahi bahwa buku ini sejatinya, dan tanpa disengaja atau direncanakan lebih dulu, mirip dengan sebuah serial atau, katakanlah, sequel dari buku sebelumnya, yang berjudul "Demokrasi Indonesia: Antara Asa dan Realita", yang terbit pada 2018.

Karena itu, format dan substansinya juga tak jauh berbeda: Sebuah mozaik pengamatan terhadap dinamika sosial yang menurut subjektivitas saya perlu direspons, ditanggapi, dicermati, dan dimaknai serta dibagi dengan publik.

Jika dalam buku pertama, AS Hikam memberi judul dan tema terkait dengan tampilan praktik berdemokrasi di negeri ini semenjak reformasi, kali ini dia berusaha mengingatkan pembaca dan publik pada umumnya tentang pentingnya menjaga demokrasi konstitusional dari ancaman keterpurukan.

Oleh karenanya, AS Hikam memberi judul "Demokrasi Sebagai Tanggung Jawab" dengan harapan agar sebagai warga negara di republik ini, kita tak pernah bersikap taking it for granted apalagi masa bodoh atau cuek terhadap demokrasi yang dicita-citakan dan diperjuangkan dengan darah dan air mata sepanjang sejarah pasca-kemerdekaan.

Apalagi ketika akhir-akhir ini ditenggarai bahwa kehidupan demokrasi kita sedang cenderung mengalami penurunan kualitas bahkan setback setelah reformasi yang menumbangkan rezim otoriter berusia lebih dari dua dasawarsa.

Itulah sebabnya, buku ini disusun sedemikian rupa sehingga merefleksikan tema di atas. Bab-bab awal merupakan catatan yang lebih bersifat reflektif mengenai kaitan antara demokrasi dengan sikap tanggung jawab para pengembannya yaitu warga negara dan penyelenggara negara.

Kemudian disusul dengan bab-bab yang lebih bersifat pencermatan terhadap peristiwa-peristiwa konkret dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Bisa dikatakan bahwa bab-bab ini merupakan semacam studi kasus dalam berbagai soal, namun tetap dikaitkan dengan tema besar demokrasi sebagai sebuah tanggung jawab itu.

Agar para pembaca tak terlalu lelah ketika menyimak catatan ini, maka saya selipkan bab khusus yang berisi puisi-puisi yang diciptakan dalam rangka merespons dinamika sosial dengan cara yang berbeda.

Saya bukan seorang penyair profesional sehingga karya-karya puisi tersebut tentu jauh dari berkualitas dari segi karya sastra, dan khususnya perpuisian, namun cukup sebagai bagian refleksi saya dalam bentuk dan format lain (reflections by other means).

Di bagian akhir dari buku ini, tulisan-tulisan saya banyak berbicara tentang berbagai ancaman bagi demokrasi negeri ini. Baik dari internal maupun eksternal. Mulai dari masalah oligarki, partokrasi, mobokrasi, radikalisme, intoleransi hingga perebutan pengaruh politik beberapa negara yang dapat secara langsung maupun tidak memengaruhi demokrasi negeri kita tercinta.

Tentunya, gambaran ancaman-ancaman terhadap negeri ini bukan dimaksudkan untuk menakut-nakuti atau membangun konspirasi akan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah, tetapi berbagai gambaran tersebut harus disikapi dengan baik, dicari solusinya dan dikerjakan dengan kesungguhan. Karena sekali lagi, demokrasi butuh sikap tanggung jawab dari semua elemen.

Buku ini berisi 525 halaman yang dibagi dalam 12 Bab. Dalam setiap topiknya, dicantumkan sumber-sumber yang lengkap. Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh PT RajaGrafindo Persada, 2023

Penulis: Muhammmad A.S Hikam
Editor : Ahmad Adam Husen Selotaritas
Copy Editor: Tim RGP
Tata letak : Eka Rinaldi
Designe cover : Ahmad Adam Husen Selotaritas dan tim kreatif RGP.

Artikel Terkait
Ketua Teladan Pro Ganjar-Mahfud MD, Ica Risanggeni: Kami Optimistis Ganjar-Mahfud Akan Memenangkan Pilpres
Pemred Indonews.id Dampingi Founder Sambas Sinergy Cicipi Menu Jepang di Resto Atsumaru Izakaya
Kemendagri Gelar Inovative Government Award (IGA) 2023 Apresiasi Inovasi Pemerintahan Daerah
Artikel Terkini
Bupati Tanah Datar berikan aspresiasi Loka Karya dan Panen Karya Guru Penggerak
Hari ini Pengurus FOKBI Gelar Silaturahmi Jelang Musda di Jakarta
Pemred indonews.id Hadiri Halal Bi Halal di Kediaman Laksamana Purn Ade Supandi
Menikah di Balai Sarwono, Bregas Ingin Merasakan Atmosfer Adat Jawa yang Kental
Pelepasan 247 Calon Siswa Bintara Bakomsos dan Tamtama Polri Terpadu Tahun Angkatan 2024
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas