INDONEWS.ID

  • Sabtu, 03/06/2017 12:02 WIB
  • Sarasehan Purwakanthi, Jangan “Lestarikan” Tradisi

  • Oleh :
    • Abdi Lisa
Sarasehan Purwakanthi, Jangan “Lestarikan” Tradisi
Pemimpin Umum Indonews.id saat membuka acara tarian klasik Jawa. (Foto: Indonews.id)
  Jakarta, INDONEWS.ID - Banyak orang salah mengartikan kata lestari. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1990) mendefinisikan kata lestari sebagai “tetap seperti keadaannya semula, tidak berubah, kekal”. Melestarikan yaitu “menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah, membiarkan tetap seperti keadaannya semula; mempertahankan kelangsungan”. Karena itu, kata lestari tidak cocok disematkan dan dilakukan terhadap tradisi. Melestarikan tradisi sama artinya dengan mengawetkan tradisi, membekukan tradisi. Padahal, tradisi (seni tradisional) itu merupakan hasil karya budaya yang dinamis, terus berkembang, karena itu jangan dibekukan. “Tradisi jangan dilestarikan, dalam arti pembekuan. Melakukan pembakuan boleh, karena tradisi itu hidup. Kesenian itu harus dimaknai kembali sesuai zamannya,” ujar sastrawan yang juga pengamat wayang, Yanusa Nugroho dalam Sarasehan Budaya di Balai Sarwono, Jeruk Purut, Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (31/5/2017). Sarasehan menghadirkan tiga pembicara yaitu Pendiri Komunitas Purwakanthi Yoesi Ariyani, Master Tari Jawa solo Daryono, pengamat seni/kebudayaan Yanusa Nugroho, dan moderator Ki Nanang Hape, Dalang Wayang Urban. [caption id="attachment_3828" align="alignnone" width="300"] Yoesi Ariyani, pendiri dan penggagas komunitas Purwakanthi. (Foto: Indonews.id)[/caption] Yanusa mengatakan kesenian wayang masih digemari hingga saat ini karena para pemainnya tidak sekadar menampilkannya tanpa pemaknaan kembali. Para dalang justru mampu memaknai tradisi sesuai konteks kekinian. “Wayang masih disukai karena orang masih suka memaknainya,” ujarnya. Yanusa mengatakan prihatin dengan kebijakan pemerintah, baik pusat hingga daerah, yang kurang memperhatikan kesenian tradisional. Hal itu, katanya, terlihat dari para kontingen yang hadir dalam acara teater tradisi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) beberapa waktu lalu. Dari 33 provinsi, hanya 6 provinsi yang mengirim kontingen ke acara tersebut. Hal tersebut, menurutnya, terjadi karena setiap Kabupaten/Kota selalu saja mengganti personil yang menangani kesenian tradisional. “Ternyata personil yang mengurus kesenian di daerah itu selalu berubah. Mereka sering lempar-lemparan karena tidak mau mengurus kesenian tradisional,” ujarnya. Daryono mengatakan, kesenian tradisi merupakan abstraksi dari nilai-nilai lokal yang genius. Karena itu, kesenian tradisional mampu mempersatukan bangsa besar seperti Indonesia. “Sesungguhnya kesenian mampu mempersatukan dan menyatukan bangsa ini dari ancaman perpecahan yang terjadi akhir-akhir ini. Karena kesenian mengandung nilai-nilai universal,” ujarnya di sela-sela sarasehan. [caption id="attachment_3829" align="alignnone" width="300"] Tari Gembyong Pangkur yang dipentas di Balai Sarwono, Rabu (31/5/2017). (Foto: Indonews.id)[/caption] Yoesi Ariyani menjelaskan, menari klasik Jawa tidak dimaksudkan untuk menjadi yang terbaik di antara semua penari yang lain. Menari adalah menyambungkan rasa, dengan teman kiri kanan, dan depan belakang. Menari itu untuk melepaskan keegoan diri. “Menari itu jangan bagus-bagusan sendiri, cantik-cantikan sendiri itu gak boleh. Menari itu satu grup, jadi harusnya saling menyambung rasa dengan sesama teman agar terbentuk harmoni, satu dalam rasa, satu dalam raga, dan satu dalam irama, wirasa, wiraga dan wirama,” kata Yoesi. Purwakanthi Menjaga Tradisi Sarasehan tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara “Gathering Purwakanthi Menjaga Tradisi”. Selain sarasehan, acara juga diisi Pertunjukan Wayang Urban yang menampilkan beberapa tari Klasik Jawa Gaya Surakarta. [caption id="attachment_3830" align="alignnone" width="300"] Tari Rantoyo. (Foto: Indonews.id).[/caption] Penyelenggaraan gathering kali ini sangat istimewa karena bertepatan dengan ulang tahun Dani W Sarwono, owner Waroeng Solo yang juga merupakan suami dari Yoesi Ariyani. Dalam sambutannya Dani mengatakan, kesuksesan yang diraihnya saat ini tak lepas dari peran istri yang selalu memberinya motivasi. “Kalau orang bilang di setiap pria sukses itu selalu ada wanita di belakangnya. Inilah wanita yang mengantar saya menuju sukses,” ujar Dani. Purwakanthi adalah komunitas yang terdiri dari pencinta tari Jawa dengan latar belakang profesi yang berbeda, masyarakat, kaum muda dan pelajar. Purwakanthi yang berarti “Awal dari Kebersamaan” merupakan kebersamaan semangat untuk selalu bersama mengolah rasa, mengolah raga dan mengolah irama, dalam rangka melestarikan dan mengembangkan budaya tari Jawa. Dalam acara ini, Purwakanthi mementaskan Tari Gembyong Pangkur, Tari Rantoyo, dan Tari Topeng Gunung Sari yang menampilkan 27 penari. Mereka tidak hanya mengibur, tapi juga mendidik dengan mengembangkan rasa dan melepas “keakuan diri”. Pemimpin Umum media online Indonews.id Rio Sarwono mengatakan, mengapresiasi acara yang digelar Purwakanthi. “Kami selalu mendukung acara yang digelar Purwakanthi ini. Mudah-mudahan tidak berhenti di sini, tetapi terus berlanjut di masa datang,” ujarnya. [caption id="attachment_3833" align="alignnone" width="300"] Pemimpin Umum Indonews.id saat membuka acara tarian klasik Jawa. (Foto: Indonews.id)[/caption] Komunitas yang dibentuk pada Juli 2013 itu awalnya hanya beranggotakan sembilan orang (Yoesi Ariani, Janti, Mia, Tari, Sori, Martini, Tina, Mitha dan Mercy). Namun kini peminatnya bertambah hingga mencapai 75 orang. Yoesi menambahkan, Purwakanthi selalu mengadakan latihan tari pada Sabtu atau Minggu setiap pekan, yang bertempat di Balai Sarwono, Kemang, Jakarta Selatan. Kegiatan tersebut terbuka untuk umum, khususnya para pecinta tari Jawa klasik. Para anggota cukup membayar iuran sebesar Rp 250.000 per bulan dan membeli kostum yang akan digunakan saat pentas. (Very)
Artikel Terkait
Tips Memilih Jasa Penagihan Hutang yang Terbaik
Jakarta Street Jazz Fes,val (JSJF) 2024 Suguhkan Penampilkan Berkelas Puluhan Musisi
TB dan "Airborne Infections Defense Platform" di Serang
Artikel Terkini
Didik J Rachbini: Gagasan Menyatukan Anies dan Ahok di Pilgub Jakarta Eksperimen yang Baik dan Berani
Menkes Ungkap Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting
Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas