Nasional

Saat Kepala Titiek Soeharto Kejedot Monas

Oleh : very - Minggu, 19/05/2019 17:40 WIB

Rudi S Kamri, pengamat sosial politik, tinggal di Jakarta. (Foto: Ist)

Saat Kepala Titiek Kejedot Monas

Oleh : Rudi S Kamri *)

"Pemilu 2019 ini lebih curang dibandingkan dengan Pemilu jaman orde baru"

(Titiek Soeharto, 17 Mei 2019)

Bagi orang yang berumur 40 tahun ke atas membaca statement dari anak penguasa Orde Baru tersebut pasti rasanya pingin nguyel- nguyel mulutnya pakai juice cabe level 20. Bapaknya yang seorang diktator adalah  manipulator sejarah bangsa yang paling keji, mulai peristiwa serangan 1 Maret 1949 di Jogja sampai rekayasa sejarah G30S PKI 1965. Dan sekarang anaknya berusaha memanipulasi kebenaran dan fakta. Saya baru tahu bahwa  ternyata jiwa manipulator ini bisa menurun ya.

Sejarah mencatat Pemilu era Orde Baru adalah dagelan demokrasi yang sama sekali tidak lucu. Secara total semua dikendalikan oleh Soeharto. Penuh teror dan ancaman bagi yang tidak memilih Golkar (waktu itu belum menjadi partai). PNS dan keluarganya wajib hukumnya pilih Golkar. Kalau membangkang resikonya karier pasti macet atau dimatikan. Kalau boleh jujur TIDAK ADA DEMOKRASI yang sebenarnya di era Orde Baru. Semua hanya demokrasi dagelan atau demokrasi rekayasa.

Lalu sekarang Titiek Soeharto bilang Pemilu 2019 lebih curang dibanding jaman Orde Baru. Ukurannya apa ? Saya yakin kepalanya Titiek habis kejedot Monas berkali-kali. Sehingga otak dan akal sehatnya jadi goyang dan koplak. Akibatnya omongannya serba ngawur, ngelantur, tidak tahu malu dan asal mangap.

Saya tidak tahu mengapa Titiek Soeharto yang dulu saya kenal santun bermetamorfosis menjadi pribadi yang aneh. Apakah dia stress karena gagal ke Senayan ? Atau karena ikhtiar memanipulasi kendaraan lama Orde Baru yang dipoles jadi nampak baru gagal total remuk redam tidak mencapai ambang batas parlemen minimal 4% ? Dan ditambahkan impiannya untuk mendapatkan mahar gelar ibu negara pecah berkeping-keping. Saya tidak tahu.

Yang saya tahu Titiek Soeharto saat proses kontestasi Pilpres 2019 telah berubah menjadi sosok yang anti tesis dari perempuan yang berakal sehat. Semua ujarannya di medsos maupun di beberapa kesempatan sangat khas kubu 02, yaitu penuh kebohongan dan rajin lempar tuduhan tanpa data dan bukti. Semua ujarannya selalu berbanding terbalik dengan kenyataan faktual.

Seharusnya sebagai orang yang telah menerima kenikmatan ekonomi maksimal saat ayahnya berkuasa 32 tahun, dia bisa belajar jadi rendah hati dan penuh empati. Bukan malah memprovokasi. Seharusnya dengan kondisi negara yang sedang demam tinggi akibat ulah kelompoknya yang tidak legowo, Titiek menahan diri untuk tidak mengeluarkan ujaran yang semakin memperkeruh suasana.

Sudahlah mbak, masamu dan keluargamu sudah lewat. Tidak perlu lagi kau tambah noda hitam pekat keluargamu dengan keserakahan yang tidak perlu. Rakyat sudah tidak mau lagi Klan Orde Baru kembali datang mengacak-acak negeri ini. Rakyat sudah muak tingkat dewa dengan keserakahan yang merajalela. Kode keras penolakan rakyat telah ditunjukkan dengan tidak mau menerima kehadiran partai Berkarya dan putra-putri cendana di parlemen Senayan.

Apa kurang keras kode dari rakyat ? Apa harus kejedot Monas lagi biar akal sehatmu bisa mengerti, mbak Titiek ?

Salam SATU Indonesia,

19052019

*) Penulis adalah pengamat sosial politik, tinggal di Jakarta

Artikel Terkait