Sosial Budaya

Pramono: Batik Perekat Bangsa dan Simbol Persatuan

Oleh : very - Senin, 02/10/2017 17:41 WIB

Sekretaris Kabinet, Pramono Anung bicara tentang makna berpakaian batik. (Foto: Setkab.go.id)

Jakarta, INDONEWS.ID - Batik merupakan perekat bangsa sekaligus menjadi simbol persatuan. Dengan berbatik, tidak ada lagi strata sosial, kaya maupun miskin. Karena batik menunjukkan kolektivitas dan kebersamaan.

Hal ini disampaikan Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menanggapi makna yang bisa dipetik dari Peringatan Hari Batik Nasional, pada 2 Oktober 2017.

“Sekarang orang pakai batik hampir sama aja. Kalau dulu kan begitu orang memakai pakaian, pejabat dengan masyarakat itu kan beda. Kalau sekarang masyarakat ya pakai batik, pejabat pakai batik. Sehingga ini bagus untuk bangsa ini,” kata Pramono Anung, di ruang kerjanya Lantai 2 Gedung III Kemensetneg, Jakarta, seperti dikutip Setkab.go.id.

Pramono, yang hampir setiap hari mengenakan baju batik ini mengatakan, saat ini hampir semua pejabat tinggi negara dari atas hingga bawah semua mengenakan batik, tidak lagi mengenakan pakaian safari. Masyarakat pun, lanjut Seskab, mengenakan batik tidak lagi semata-mata karena tanggal 2 Oktober menjadi Hari Batik Nasional. Batik sudah menjadi kebanggaan, dan memakai batik itu sudah seperti orang barat memakai jas dengan dasi.

Seskab mengatakan, batik juga sudah menunjukkan identitas bangsa Indonesia, yaitu bangsa yang sedang tumbuh menjadi bangsa yang besar dan tidak lagi terjebak sebagai bangsa kelas menengah.

Bahkan, lanjut Seskab, saat ini, kepala-kepala negara dalam forum-forum internasional - bukan hanya di Indonesia namun di luar negeri - seringkali memakai batik dengan corak yang dibuat sendiri. Para tamu dari negara lain yang datang ke kantor Seskab pun, seperti halnya Duta Besar, menurut Seskab, banyak yang mengenakan batik.

Dengan semakin mendunianya batik, Seskab tidak khawatir jika negara lain ikut menggunakan batik. “Bagaimanapun kita sudah menjadi leader di dalam batik. Dan itu sudah diakui dunia bahwa batik milik kita. Kalau kemudian negara-negara lain menggunakan batik, ya bagus bagus aja,” ujar Seskab.

Terkait penetapan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, Seskab Pramono Anung mengatakan, warisan inilah yang harusnya dirawat bersama-sama.

 

Batik Sangat Berkembang

Menurut Seskab, saat ini, batik sudah sangat berkembang dan telah diproduksi di berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, Bali dan sebagainya.

Walaupun dengan corak kedaerahannya masing-masing ya, batik itu menjadi kuat. Dan sekarang ini, dengan industri batik sudah mendunia, Endek misalnya di Bali. Itu sudah menjadi pakaian yang di kalangan menengah ke atas, di luar negeri, mereka sering menggunakan itu untuk acara-acara resmi ketika musim panas,” kata Pramono.

Dengan masuknya batik ke pagelaran fashion show di New York, di Milan, dan di kota-kota fashion dunia lainnya, Seskab mengingatkan bahwa batik harus dijaga terus-menerus. Karena di industri pakaian pasti ada kompetisinya.

Dengan banyaknya daerah yang saat ini mendorong industri batik, menurut Seskab, tantangannya adalah bagaimana batik Indonesia tetap bisa bersaing secara harga. Pemerintah, sebut Seskab, tidak mungkin melakukan campur tangan di industri batik. Namun, pemerntah akan mendorong dengan membuka market, dan membuka lapangan pekerjaan.

“Itu diperlukan. Dan saya melihat, sekarang ini sebenarnya kompetisi batik sudah sangat sehat,” jelas Pramono.

Seskab meyakini jika semua masyarakat menghargai batik sebagai hasil karya anak bangsa, maka warisan budaya batik akan semakin mendunia. Karena kepercayaan diri memakai batik menjadi salah satu upaya untuk merawat warisan budaya bangsa.

“Bagaimanapun warisan budaya ini perlu  dirawat, dikembangkan, dan jangan sampai kemudian proses pengembangan itu hanya angin-anginan,” pungkas Seskab. (Very)

 

 

 

Artikel Terkait