Pojok Istana

Kisah Perjalanan Presiden Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta (Bagian 8)

Oleh : budisanten - Kamis, 20/09/2018 05:30 WIB

Pasangan Jokowi-Ahok resmi menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang akan mengelola kota Metropolitan Jakarta Raya sejak tanggal 15 Oktober 2012. (Foto Istimewa)

Jakarta, INDONEWS ID - Tak heran karir dan kesuksesan Jokowi yang memegang pucuk kepemimpinan Solo dengan gaya blusukannya dilirik oleh masyarakat bahkan oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkannya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI tahun 2012.

Karena merupakan kader PDI Perjuangan, Jusuf Kalla meminta dukungan dari Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih ragu. Sementara itu Prabowo Subianto juga melobi PDI Perjuangan agar bersedia mendukung Jokowi sebagai calon Gubernur karena membutuhkan 9 kursi lagi untuk bisa mengajukan Calon Gubernur.

Pada saat itu, PDI Perjuangan hampir memilih untuk mendukung Fauzi Bowo dan Jokowi sendiri hampir menolak dicalonkan.

Sebagai Wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR dicalonkan mendampingi Jokowi dengan pindah ke Gerindra karena Golkar telah sepakat mendukung Alex Noerdin sebagai Calon Gubernur.

Pasangan ini awalnya tidak diunggulkan. Hal ini terlihat dari klaim calon pertama yang diperkuat oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) bahwa pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli akan memenangkan pilkada dalam satu putaran. Namun LP3ES sudah memprediksi bahwa Jokowi dan Fauzi Bowo akan bertemu di putaran dua.

Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada hari pemilihan, 11 Juli 2012 dan sehari setelah itu, memperlihatkan Jokowi memimpin, dengan Fauzi Bowo di posisi kedua.

Jokowi-Ahok Mengelola DKI Jakarta
Pasangan Jokowi-Ahok resmi menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang akan mengelola kota Metropolitan Jakarta Raya sejak tanggal 15 Oktober 2012.

Jokowi tetap memainkan gaya blusukannya selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, buktinya saja 11 hari kemudian, ia melakukan inspeksi dadakan (sidak) ke Rusunawa Marunda Cilincing, Jakarta Utara. Kedatangan Gubernur DKI Jakarta ini bertujuan mengecek berbagai kesiapan hunian di Rusun Marunda.

Dalam blusukannya yang kedua tersebut, ia tidak pandang tempat yang akan ia kunjungi, ia mengecek gorong-gorong yang terletak di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI). Ia langsung turun melihat kondisinya.

Dipertengahan Januari 2013, jalan MH Thamrin dilanda banjir. Hal ini mendapatkan perhatian Jokowi. Bukan Jokowi bila ia tidak blusukan. Lagi-lagi dengan gayanya yang khas ia menaiki gerobak untuk memantau banjir di wilayah tersebut.

Kepemimpinan Jokowi diperkuat dengan Wakilnya, Ahok yang mendukung kesuksesan program yang telah dicanangkan. Reformasi birokrasi pada era Gubernur Jokowi lebih banyak dikontrol oleh Ahok.

Ia begitu ketat mengawasi kinerja PNS di Pemprov DKI. PNS yang berada di bawah Instansi Pemprov DKI Jakarta wajib hadir di kantor maksimal pukul 07.30 WIB.

Setiap lantainya dipasang CCTV di kantor Pemprov DKI untuk memantau kinerja SKPD di jajaran Pemprov DKI. CCTV ini tidak hanya ada di Pemprov DKI, tetapi ia juga meminta untuk disediakannya perekam tersembunyi itu di setiap kantor Kecamatan dan Kelurahan.

Kemudian pemerintahan DKI Jakarta ini juga menertibkan PKL di sekitar pasar Tanah Abang. Sejumlah ratusan PKL di jalanan direlokasi ke Blok G pasar Tanah Abang. Alhasil, jalan yang macet total tersebut sudah terurai.

Dan tidak kalahnya lagi, terobosan yang mereka lakukan yaitu pembenahan Waduk Pluit yang bertumpuk dengan sampah. Yang hasil akhirnya dibangun taman indah. Sementara warga yang tinggal di wilayah tersebut direlokasi ke rumah susun.

100 Hari Pertama Jokowi-Ahok
Seratus hari pertama Jokowi yang berpasangan dengan Ahok masih berjalan direlnya yang tepat. Selama kurun waktu itulah Jokowi-Ahok bekerja dengan cepat, tanggap dan tahu prioritas.

Beberapa kebijakan, baik makro maupun mikro telah diputuskan. Pada bulan Oktober misalnya, pasangan ini telah mendistribusikan Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Pasangan ini berhasil menaikkan upah buruh menjadi Rp2,2 juta. Begitu juga di bidang transportasi, pasangan ini berhasil menambah bus transjakarta, meneruskan konsesi pembuatan monorail, dan menyetujui pembangunan MRT.

Memang diakui selama 100 hari pertama sangat sulit untuk melahirkan ketepatan. Butuh keberanian untuk eksekusinya.

Secara keseluruhan, kinerja Jokowi-Ahok masih bagus. Tentu semua masalah tidak bisa diselesaikan secara instan, butuh proses, dan dari proses ini kita lihat Jokowi-Ahok masih di rel yang benar. Hal inilah yang dituturkan oleh Fadli Zon (Abdi.K/Bersambung)

Artikel Terkait