Nasional

Sosok Qaboos bin Said dan Perubahan Wajah Oman dari Miskin Jadi Kaya

Oleh : Rikard Djegadut - Minggu, 12/01/2020 10:59 WIB

Sultan Oman Qaboos bin Said meninggal pada Jumat, 10 Januari 2020. Pemerintah Oman menyatakan berkabung selama 3 hari. Sumber: Reuters

Jakarta, INDONEWS.ID - Sultan Oman, Qaboos bin Said Al Said, 79 tahun, meninggal setelah lebih dari empat dekade berkuasa di Oman. Kematian Qaboos bin Said Al Said yang tak punya keturunan, telah membuatnya harus menunjuk sepupunya yang merupakan mantan menteri kebudayaan Sultan Haitham bin Tariq untuk menjadi pemimpin baru Oman.

Sultan Haitham bin Tariq dilantik di hadapan dewan keluarga yang berkuasa pada Sabtu pagi, hanya beberapa jam setelah pengumuman kematian Sultan Qaboos.

Televisi pemerintah mengatakan pihak berwenang telah membuka surat wasiat Sultan Qaboos yang menyebutkan penggantinya, tanpa menjelaskan lebih lanjut, sebelum mengumumkan Haitham bin Tariq sebagai penguasa baru, menurut laporan Al Jazeera.

"Haitham bin Tariq dilantik sebagai sultan baru negara itu ... setelah pertemuan keluarga yang memutuskan untuk menunjuk orang yang dipilih oleh sultan," kata pemerintah dalam sebuah unggahan Twitter.

Dikutip dari aljazeera.com, Qaboos bin Said Al Said lahir pada 18 November 1940 di Kota Salalah, Provinsi Dhofar, Oman. Qaboos bin Said Al Said adalah keturunan langsung dinasti Al Bu Said, yakni dinasti yang menciptakan kesultanan Oman pada tahun 1600-an. Kesultanan Oman dibentuk setelah mengusir penjajahan Portugis dari Kota Muscat yang sekarang menjadi Ibu Kota Oman.

Sultan Oman Qaboos bin Said Al Said diketahui menempuh pendidikan di India dan Akademi Militer Kerajaan Inggris di Sandhurst, Inggris.

Setelah merampungkan pelatihan militernya dengan militer Kerajaan Inggris di Jerman, Qaboos bin Said Al Said mempelajari ilmu pemerintahan daerah dan melakukan tur budaya keliling dunia. Dia kembali lagi ke Oman pada 1964 dan menghabiskan waktunya mempelajari hukum Islam serta sejarah Oman.

Qaboos bin Said Al Said merebut kekuasaan dari tangan ayahnya melalui kudeta yang diwarnai pertumpahan darah pada 1970. Sebelum terjadi kudeta, Oman adalah negara yang terisolasi dan miskin.

Di bawah kepemimpinan Qaboos bin Said Al Said yang berkuasa hampir lima dekade, Qaboos bin Said Al Said menuai pujian karena telah menggunakan kekayaan minyak yang dimiliki Oman untuk mengubah negara itu dari negara miskin menjadi negara yang kaya dan populer di kawasan Teluk. Sultan Qaboos bin Said Al Said menghidupkan sektor pariwisata negaranya dan meningkatkan standar hidup warganya.

“Sultan Qaboos akan menjadi orang pertama yang dikenang karena menginisiasi ‘Renaisan Oman’. Dia melakukan reformasi sosial, ekonomi, Pendidikan dan budaya. Dia juga menjadi sosok yang membuka Oman pada dunia,” kata Jeffrey Lefebvre, profesor bidang ilmu politik dari Universitas Connecticut.

Sultan Oman Qaboos bin Said meninggal pada Jumat, 10 Januari 2020. Pemerintah Oman menyatakan berkabung selama 3 hari. Sumber: Reuters

Sultan Qaboos bin Said Al Said juga dikenal sebagai sosok yang mempromosikan peran perempuan untuk menduduki posisi penting di pemerintahan, salah satu contohnya menempatkan perempuan sebagai Duta Besar Oman untuk Amerika Serikat dan memastikan adanya perwakilan suara perempuan di dewan legislatif.

Ketika merebut kekuasaan dari ayahnya, Sultan Qaboos bin Said Al Said, dia bukan hanya menunjuk dirinya sebagai Perdana Menteri, tetapi juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan Oman, Menteri Keuangan, Menteri Luar Negeri dan Panglima Militer Oman.

Sultan Qaboos bin Said Al Said adalah anak tunggal dari mantan Sultan Said bin Taimur dan Putri Mazoon al-Mashani. Qaboos bin Said Al Said diketahui menikahi sepupunya pada 1976 atau ketika dia berusia 36 tahun.

Sayang, pernikahan Sutan Oman itu tak bertahan lama dan pasangan itu kemudian bercerai. Semenjak itu, Qaboos bin Said Al Said tak pernah menikah lagi atau memiliki anak kandung.*(Rikardo). 

Artikel Terkait