Nasional

Kasus Novel Baswedan, Orang Kuat dan Keterlibatan Jokowi

Oleh : Rikard Djegadut - Kamis, 18/06/2020 09:30 WIB

Penyidik seniro Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dan Presiden Joko Widodo (Foto: Collage)

Jakarta, INDONEWS.ID - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan meminta keterlibatan Jokowi dalam hal memberukan sikap dalam kasus penyiraman air keras terhadapnya. Permintaan itu, menurutnta, karena ada orang kuat yang berada di balik serangkaian serangan terhadap dirinya.

"Kalau kita lihat negara kita presidensial, artinya seluruh aparatur itu di bawah presiden. ketika melihat hal itu sangat relevan sebetulnya. Ditambah lagi ini masalah sudah melibatkan orang yang begitu kuatnya," kata Novel menjawab soal penuntasan kasusnya dalam program Mata Najwa, Rabu (17/6) malam.

Dia tak menyebut gamblang orang kuat yang dimaksud. Namun Novel meyakini dengan keberadaan orang kuat itu, mustahil kasusnya terbongkar tanpa dukungan Presiden Jokowi.

"Oleh karena itu wajar saya meminta ke presiden," ujar Novel.

Sidang kasus Novel masih berjalan di pengadilan. Jaksa menuntut dua terdakwa pelaku penyiraman air keras, Rahmat Kadir Mahulette dan Ronny Bugis dengan tuntutan satu tahun penjara. Keduanya yang masih berstatus anggota polisi aktif juga sudah menyampaikan pleidoi.

Di sisi lain Novel tak yakin persidangannya berjalan fair. Menurut pengamatannya, ada banyak kejanggalan. Dia bahkan meyakini kedua terdakwa yang disidang bukan pelaku penyiraman yang sebenarnya.

Atas dasar itu, Novel kembali menyampaikan bahwa dirinya telah pasrah atas pengungkapan kasusnya. Hanya saja, ia mengingatkan bahwa kasusnya tidak berdiri sendiri.

Novel menyebut bahwa rekan-rekannya di KPK juga mendapat serangan.

"Lebih dari 10 kasus, tidak ada satupun yang diungkap bahkan fakta-fakta sedemikian jelasnya," katanya.

"Kalau sudah begitu terang-terangan, apakah negara ini benci dengan upaya pemberantasan korupsi?" imbuh Novel.

Ia pun menduga kasus yang menimpa rekan-rekannya melibatkan pelaku dan kelompok yang sama. Orang kuat yang sama, yang terlibat dalam kasusnya.

Mereka, menurut Novel, adalah orang-orang yang merasa kepentingannya terganggu oleh kerja-kerja KPK. Orang-orang itu menjadi kuat karena semua yang dilakukan tak pernah diproses secara hukum.

"Ketika ada kejahatan dilakukan terus menerus, menghalangi atau menghambat suatu upaya kebaikan maka kalau dibiarkan seolah-olah kuat. Oleh karena itu harus direspons agar mereka tidak kuat," ujar Novel.

Presiden Jokowi sendiri dalam beberapa kesempatan telah memberikan perhatian khusus terhadap kasus Novel. Salah satunya ketika Jokowi mengultimatum Kapolri agar dapat menangkap pelaku penyiraman air keras terhadap Novel.

Selain itu, Jokowi juga pernah mengingatkan Kapolri Jenderal Idham Azis agar segera menuntaskan kasus penyiraman air keras.

Novel pun tak menampik peran dari Presiden Jokowi. Dia bilang dalam beberapa kesempatan Jokowi sudah sangat baik dalam merespons kasusnya.

Satu hal yang Novel pertanyakan adalah iktikad pejabat-pejabat yang mendapat mandat dari presiden dalam menuntaskan kasusnya.

"Kok iya tidak digubris sama yang di bawahnya itu, saya heran. Apakah iya presiden harus melihat lagi kok bawahannya tidak melaksanakan perintah?" ujar Novel.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait