Opini

Pandemi Chaos Vs Pandemi Covid

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 14/10/2020 17:45 WIB

Foto Jendral Nasution dan Prabowo (Ist)

Pandemi Chaos Vs Pandemi Covid

Oleh: Christianto Wibisono, penulis buku Kencan Covid Dinasti Menteng.

Opini, INDONEWS.ID - Muhamad Harris Indra kelahiran Jakarta 22 Maret 1985 ini adalah politisi muda yang melejit masuk DPP Gerindra meski kemudian dipinggirkan karena sejak 2014 sudah mbalelo mendukung Jokowi dan tetap setia memilih Jokowi 2019.

Ia gemar menulis status panjang lebar yang cepat menguap sebelum terfile di cloud, tapi pengetahuan intelnya mengingatkan seolah ia reinkarnsi bapak intel Indonesia, Zulkifli Lubis KSAD maker yang akhrnya ikut PRRI jadi tapol dan jadi intel partikelir lagi dizaman Orde Baru.

Kemarin Harris menulis tentang perjalanan Menhan Prabowo ke AS dan ikut membantah analisis Prof Hikmahanto Juwana dan tentu saja heboh misi Prabowo ke AS ini cukup ramai didiskusikan juga oleh Prof Salim Said di medsos.

Menhan Prabowo djadwalkan berkunjung ke AS atas undangan rekannya Menhan AS Marc Expter 15-18 Oktober, suatu hadiah ulang tahun ke 69 untuk Prabowo yang lahir 17 Oktober 1951 setahun sebelum Nasution Simatpang sebagai KSAD dan KSAP menggerakkan semi kudeta 17 Oktober 1952.

Kedua jendral itu mengarahkan Meriam ke istana mendukung demo menuntut pembubaran DPRS. Tapi Bung Karno dengan kharismanya minta pendemo bubar dengan melambaikan salam tangannya bersemangat.

Maka para pendemo yang dibayar untuk berteriak bubarkan parlemen, DPRs malah berteriak Hidup Bung Karno. Pasukan pun mundur bubar dan Kol Zuklifli Lubis yang pro Bung Karno dan anti 17Oktoberdiangkat jadi Wakil KSAD pertama dalam sejarah RI.

Sejarah Indonesia penuh patpatgulipat gonta ganti mitra seperti ganti pacar politik. Karena demo 17 Oktober 1952, KSAP Simatupang dipensun dini, dan KSAD Nasution diganti oleh Kol Bambang Sugeng pada 22 Desember 1952 hingga 6 Mei 1955.

Kol Zulkifli Lubis jadi pejabat KSAD antara 8 Mei 1955- 26 Juni 1955. Nasution yang non job sejak 22 Des 1952 frustrasi dan pada 20 Mei 1954 mendirikan partai IPKI ikut dalam Pemilu 1955 tapi hanya jadi partai gurem dengan 4 kursi di DPR dan 8 kursi Konstituante.

Zulkifli Lubis lahir 26 Des 1923 dan wafat 23 Juni 1993 adalah pendiri dan kepala Brani ( 1945-1958). Badan Rahasia Negara) cikal bakal BIN sekarang.

Ketika Bambang Sugeng berhenti sebagai KSAD ke-3, sebagai Wakasad Lubis merasa dia akan naik, ternyata disalip oleh Bambang Utoyo *20 Agustus 1920 – 4 Juli 1980) pada 27 Juni 1955 dan Lubis memboikot pelantikan hingga korps music pemadam kebakaran DKI mengganti korps musuk AD yang absen dalam acara itu.

Bambang Utoyo hanya menjabat KSAD 4 bulan hingga 28 Oktober 1955 dan pada 7 November 1955 Nasution diangkat kembali sbg KSAD ke-5 oleh PM BUrhanudin Harahap dari Masyumi.

Ironisnya di tahun 1958 PM Burhanudin Harahap akan ikut dalam pemberontakan PRRI/Permesta dan akan menjadi tahanan politik, yang dilakukan olehKSAD Nasution selaku Penguasa Perang Pusat.

Zulkifli Lubis juga akan ikut PRRI dan akan ditahan sejak 1960 hingga Orde Baru dan wafat 23 Juni 1993.

Nasution akan naik jadi Menko Hankam KSAB dan diganti oleh Mayjen Achmad Yani pada 23 Juni 1962. Yani gugur pada 1 Oktober 1965 dan setelah 2 minggu, Kamis 14 Oktober, Mayjen Soeharto dikukukhkan jadi Men Pangad.

Nasution sendiri akan di-reshuffle pada 24 Februari 1966 dari jabatan Menko Hankam/KSAB tapi berbelok jadi Ketua MPRS pada 22 Juni 1966 dan akan melantik Soeharto sebagai Pejabat Presiden 1967 dan Presiden kedua RI 1968 menggantikan Bung Karno yang dilengserkan bertahap sejak demo berdarah 24 Februari 1966 berbuntut Supersemar 11 Maret 1966.

Jendral Nasution dilengserkan dari posisi ketua MPRS sejak 1971 ketika KH Idham Khalid terpilih sebagai Ketua MPR hasil pemilu 1971 dan Nasution kembali jobless.

Pada tahun 1980 Nasution akan memimpin pensiunan jendral seperti Ali Sadikin dan Hugeng kelompok Petisi 50 sebagai oposisi terhadap Soeharto. Tapi Petisi 50 meskipun dikucilkan dari daftar undangan elite Indonesia baik mantu, kondangan atau kayatan Petisi 50 tidak boleh hadir bila Presiden Soeharto menjadi tamu di acara tersebut.

Baru setelah Habibie naik dan berpengaruh pada kebijakan Soeharto, Juni 1993 terjadi rujuk antara Nasution (lahir 3 Des 1918 = wafat 6 Sep 2000) Soeharto.

Pada 5 Oktober 1997 keduanya memperoleh pangkat Jendral Besar Bintang Lima Kehormatan Ironis dan tragis bahwa Soeharto justru akan menjotake (Bahasa Jawa, tidak menyapa) Habibie sampai wafat 27 Jan 2008 atau 20 tahun setelah lengser diganti Habibie yang juga menyesal hingga wafat 11 Sep 2019) tidak sempat bertegur sapa dengan mentor yang mengangkatnya jadi Menristek 20 tahun dan wapres 66 hari sebelum jadi presiden ke-3 yang didukung 15 menteri Soeharto yang mbalelo.

Ini juga karma karena Soeharto menahan 15 menteri Bung Karno pada 18 Maret 1966. Melengserkan dengan menahan 15 menteri, dilengserkan olehmbalelonya 15 menteri.

Sekarang hari ini 14 Oktober 2020 ,55 tahun lalu adalah pengukuhan Mayjen Soeharto sebagai Men/Pangad menggantikan alm A Yani. Kebetulan situasi politik Indonesia juga menghadapi ancaman “kudeta” model 17 Oktober 1952.

Kebetulan salah satu yang terlibat di KAMI 2020 adalah politisi Achmad Yani Juga ada pensiunan Panglima TNI dalam “wadah KAMI”. Sedang Menhan Prabowo bekas saingan Presiden Jokowi berusaha netral bijak dan malah sudah direestui oleh AS untuk memperoleh visa masuk AS sebagai tamu Menhan Marc Esper.

Nah menurut pengamat politisi Harris Indra, kunjungan Prabowo ke AS tentu akan jadi “panggung” buat bekas menantu Presiden ke-2 itu. Dan menambah prestise Menhan RI ke 26 itu sebagai modal politik pilpres 2024 saat usianya sudah 73 tahun.

Membaca suksesi politik Indonesia, ternyata perang saudara dan perang suksesi bukan berlangsung antara partai yang berbeda ideologi. Tapi justru perang”saudara” dalam sesame partai dan korps bias terjadi dan itu lebih mematikan dan membingungkan karena, terkadang tidak jelas siapa lawan siapa kawan.

Setiap orang berpotensi menjadi Brutus satu sama lain. Dari orang kedua bias mengkhianati orang pertama, Dari ban serep bias melejit mendadak melangkahi “putra mahkota”.

Kadang-kadang kita hran sebetulnya kok bisa terjadi ya pengkhianatan dan perselingkuhan politik bodel BKM 2in1 Brutus Ken Arok Machiaveli yadi satu. Tapi ya itulah yang pernah terjadi di Ineonsai pada 1965 dan 1998 dan hingga detik ini juga masih berlangsung dengan Karma Politik tit for tat, quid pro quo.

Siapa menabur angin akan menuai badai. Sejarah jatuh bangun 7presiden, dan belasan puluhan Menteri dan jendral dalam perselingkuhan dan persengketaan politik dendam kesumat turun temuru tak kunjung selesai.

Mengerilkan bila Tuhan memutuskan ahwa virus Covid lebih “sopan ramah ” dari virus “pandemo” berdarah yang juga memakan korban manusia Indonesia non elite dijadikan alat perang gladiator politik oligarki yang kurang beradab. Stop Pandemo chaos yang lebih merusak dari pandemi Covid.*

 

Artikel Terkait