Opini

Karma Dinasti Menteng 1945 - 2020

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 09/12/2020 20:30 WIB

Putra Pertama dan Menantu Presiden Jokowi masing-masing Jadi Walikota Solo dan Walikota Medan (Foto:Ist)

Oleh: Christianto Wibisono, pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia dan penulis buku "Kencan Dinasti Menteng"

Opini, INDONEWS.ID - Pusat Data Bisnis Indonesia hari ini (9/12/20) meluncurkan ke percetakan naskah buku Kencan Dinasti Menteng (KDM). Putusan pencetakan buku yang dikerjakan setahun suntuk yang memantau dinamika elite RI, kami tutup dengan hasil quick count yang mengukuhkan kemenangan Bobby dan Gibran di Medan dan Solo.

Maka hari ini adalah Kencan Bersejarah Dinasti Jokowi dari bantaran Bengawan Dinasti Menteng elite penentu RI sejak 1945.                                     

Seluruh dunia punya Dinasti Menteng masing masing, yaitu elite yang berkuasa di negara tersebut entah secara herediter (turun temurun) sejak zaman monarki. Maupun suksesi rotasi antar elite yang teoretis dipilih secara demokratis, tapi populasinya didominasi oleh elite oligarki dinasti politik.

Di Jepang, hanya 10 % Perdana Menteri tidak berasal dari kerabat mantan Perdana Menteri. Di AS, beberapa keluarga Presiden menikmati jalur suksesi kepresidenan seperti John Adams pres ke-2 dan John Quincy Adams presiden ke-6, Theodore Rossevelt (1858-1919) presiden ke 26 dan sepupunya FDR (Franklin Delano Roosevelt) 1882-1945 Presiden ke-32 (1932-1945).

Presiden ke-35 John F Kennedy dan adiknya Robert Kennedy (keduanya mati tertembak), ayah anak George Bush Presiden ke 41 & ke 43 dan suami istri Bill Clinton-Hillary gagal.

David Hut menulis di  majalah The Diplomat 29 April 2020 berjudul Southeast Asia’s Princelings It isn’t exceptional for political dynasties. Kalimat pembukanya: Dari Indonesia ke Camboja dan seluruh ASEAN.

Para putra mahkota politisi melestarikan politik sebagai bisnis keluarga mereka. The latest political princeling set to break through the ranks in Southeast Asia is Gibran Rakabuming Raka, the 32-year old son of Indonesian President Joko Widodo.

A study published by Historical Social Research in late 2018 found one in 10 world leaders comes from households with political ties, while another study published in the Conversation last year (which led me to the aforementioned paper) noted that 12 percent of all world leaders between 2000 to 2017 belonged to a political family. 

According to this paper, political dynasties are actually less frequent in Asia than many other parts of the world. Moreover, they are equally common in democratic and authoritarian states.

“In this region of robust democracies, 13 percent of European presidents and prime ministers between 2000 and 2017 came from political families – the same proportion as in Latin America,” the latter study explained.

Apa boleh buat, sama seperti Eropa, elite oligarki Asia Tenggara tidak steril dari politik dinasti sejak awal para pendiri menguasai struktur Kabinet Presidensial atau Perdana Menteri yang lebih berkuasa dari kepala negara simbolis seperti Malaysia.

Malaysia baru punya 7 Perdana Menteri dengan 2 ayah dan anak menjadi PM ke-2 dan ke-6. Serta PM ke-4 berkuasa 22 tahun dan kembali jadi PM ke-7 yang tertua sedunia. PM pertama  (1957-1970) Tengku Abdulrahman dikudeta oleh Tun Abdul Razak wakilnya 1970-1976 yang wafat diganti PM ke-3 1976-1981 Husein Onn.

Lalu diganti oleh PM ke-4 Mahathir Muhamad yang selama 22 tahun berkuasa 1981-2003 telah mengganti 3 Waperdam Gaffar Baba, Musa Hitam dan Anwar Ibrahim. Yang terakhir bahkan dipenjara atas pidana sodomi.

PM ke-5 Abdullah Badawi 2003-2009 diganti oleh PM ke-6, putra PM ke-2 Najib Razak 2009-2018. Razak kalah dalam pemilu 2018 diganti oleh Mahathir yang kembali jadi PM ke-7 hanya setahun karena konflik dengan Anwar Ibrahim. Maka muncul PM ke-8 Muhyidin Yasin 2019, sebagai orang ke7 yang berhasil jadi PM Malaysia.

Generasi putra-putri mantan PM sedang antri mentargetkan kursi PM, yaitu putra PM ke-3 Hishamudin Onn, Mukhris Mahathir dan Khairy Jamaludin (menantu PM Badawi). 63 tahun merdeka Malaysia masih dikuasai oleh dinasti keluarga 7 mantan PM

Dinasti Presiden Philipina 2022

Setelah mengalami kediktatoran 21 tahun Presiden ke-10 (1965-1986) Ferdinand Marcos, Konstitusi 1987 Philipina membatasi jabatan presiden hanya 1 term untuk 6 tahun. Janda lawan politik Presiden Marcos yang tertembak, Corazon Aquino menjadi presiden ke 11 Philipina 1986-1992.

Putranya Benigno Aquino III akan menjadi presiden ke-15: 2010-2016. Presiden ke-12 adalah Jendral Fidel Ramos, ke-13 aktor Joseph Estrada 1998-2001, diganti Wapres Gloria Macapagal (putri presiden ke-9)  sampai 2010. Benigno Aquino IIII melanjutkan dinasti Aquino 2010-2016.

Setelah itu terjadi trobosan Rodrigo Duterte, walikota Davao City mengikuti jejak Jokowi dari walikota Solo, Gubernur DKI ke Presiden RI 2014.

Duterte 2016 langsung meroket dari walikota Davao City ke Presiden ke-16 Philipina sampai 30 Juni 2022. Kelemahan fatal system pilpres Philipina adalah presiden dan wapres bukan duet koalisi strategis  tapi koalisi dagang sapi partai politik.

Nepotisme sangat dominan karena Sara Duterte (lahir) 31 Mei 1978  putri Presiden Duterte menjadi walikota Davao menggantikan ayahnya yang menang pilpres Philipina. Presiden Duterte lahir 28 Maret 1945 dan menang pada pilwalkot 1988 dan terpilih Kembali 1992 dan 1995.

Karena pembatasan 3 term Duterte jadi anggota DPR yang membosankan 1998-2001. Duterte terpilih lagi jadi walikota 2001, 2004 dan 2007. Lalu jadi wakil walikota putrinya Sara  dan pada 2013 jadi walikota lagi untuk ke-7 kalinya tidak pernah kalah dalam pilwalkot.

Tapi di pilpres 2022, jelas Duterte tidak boleh maju maka putrinya Sara yang akan bersaing dengan salah satu capres, Bongbong, putra presiden ke 10 Ferdinand Marcos. Bongbong lahir 13 Sep 1957 usia 23 sudah jadi wagub Ilocos Utara lalu 1983 Gubernur dan kabur ke Hawai pasca jatuhnya Marcos 1986.

Tahun 1998 ia terpilih kembali jadi Gubernur Ilocos lalu menjadi anggota DPR dan Senat. Tapi 2016 Bongbong pernah kalah dari wapres ke-13,  petahana Leni Robredo (lahir 23 Apr 1965)

Di Kamboja, PM Hun Sen mengorbitkan putranya Hun Manet jadi pewaris kekuasaan yang diborong oleh keluarga Hun Sen yang sekarang sudah menjadi penguasa terlama ASEAN 38 tahun mengalahkan Soeharto. Lahir 5 Aug 1952 berkuasa sejak 1984.

Dinasti Lee Kuan Yew sudah berkuasa sejak 55 tahun usia Republik dengan selingan PM Goh Chok Tong 14 tahun (28 November 1990 -12 Aug 2004). Dinasti LKY tidak punya generasi ketiga yang mumpuni karena cucu cucu kurang berkualitas dan terlibat perang saudara.

Antara 2 putra LKY dan seorang putri serta menanti (Ho Ching istri Lee Hsien Loong) yang dominan dalam intrik internal politik istana. Adik Lee Hsien Loong malah mendukung partai oposisi pada pemilu 2019.

Buku ini sengaja diterbitkan setelah hasil Pilwalkot Solo (dan Medan) mencerminkan Vox Populi Vox Dei serta kausalitas Karma politik dari elite oligarki Indonesia. Dengan kemenangan Bobby dan Gibran, Presiden Jokowi mengokohkan legitimasinya sebagai elite mapan Dinasti Menteng.

Meski hanya anak bantaran Kali Bengawan Solo naik ke  puncak kekuasaan RI. Nasib dan prakarsa  putra menantu sukses masuk Dinasti Menteng penentu nasib Indonesia 2020–2045 Seabad Indonesia. Kemenangan duet Walikota Tangsel Saraswati Djojohadikusumo mengalahkan putri Wapres Ma’ruf Amin memperlihatkan bahwa Dinasti Menteng bisa ganti kencan secara dinamis praksis tanpa mempedulikan ideologi atau pakar analis.

Capres ke-8 RI memang belum jadi jangkauan 2024, tapi keluarga Jokowi akan berperan dalam dinamika Dinasti Menteng sebagai kingmaker presiden ke-8. Inventarisasi menurut abjad capres ke-8 RI adalah Agus H Yudhoyono (AHY), Airlangga Hartarto, Andhika Perkasa, Anies Rasyid Baswedan,  Erick Thohir, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Puan Maharani, Khofifah, Sandiaga Uno, Sri Mulyani Indrawati, Tito Karnavian.

Ini tentu bisa mengundang polemik mungkin tidak sesuai aspirasi sebagian masyarakat. Tapi dinamika Kencan Dinasti Menteng antar capres ke-8 dan cawapres ke 13 akan menguasai kehidupan politik kita sejak 2021 – 2024. Itulah yang selalu menarik perhatian publik.

Jakarta, 9 Desember 2020.

 

Artikel Terkait