Sosok

Jejak Alumni FISIP UI: Mengenal Puan Maharani, Sosok Ketua DPR Perempuan Pertama RI

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 08/02/2021 13:30 WIB

Ketua DPR RI Perempuan Pertama Periode 2019-2024, Puan Maharani (Foto: Ist)

Sosok, INDONEWS.ID - Dari penelusuran media Indonews.id selama ini terkait siapa para tokoh alumni Fakultas  Ilmu Sosial dan Politik (FISIP UI, ditemukan ternyata bukan hanya dari kalangan Adam. Jejak sukses para alumni FISIP UI dari kalangan kaum Hawa juga jumlahnya tak terbilang. Salah satunya adalah Ketua DPR RI saat ini, Puan Maharani.

Siapa yang tak kenal dengan Puan Maharani. Sosok yang satu ini tentunya sangat dikenal publik. Ia salah satu dari sekian tokoh sukses yang merupakan alumni) Fakultas  Ilmu Sosial dan Politik (FISIP UI jurusan Ilmu Komunikasi Massa.

Kemampuan politiknya terus digodok ketika masuk ke struktur partai. Kepemimpinannya diuji dalam berbagai macam urusan organisasi politik. Dia dipilih menjadi Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antar lembaga DPP PDIP.

Kemudian, tahun 2009 lalu, dia muncul di depan publik dan mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI Dapil Jawa Tengah, Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali. Kepercayaan pemilih dari dapil tersebut menghantarnya menjadi wakil rakyat di Senayan. 

Kepemimpinan Puan Maharani menunjukkan hasil yang baik dengan mampu memenangkan Joko Widodo menjadi presiden pada 2014 lalu. Setidaknya, kita bisa melihat kualitas kepemimpinan Puan Maharani ketika dia melenggang mulus ke Senayan usai memperoleh suara terbanyak di Dapilnya.

Siapa Sosok Puan Maharani

Puan Maharani adalah cucu sang proklamator Soekarno dan merupakan putri Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri. Puan Maharani kini punya peran dalam kancah pemerintahan. 

Pada 2009, ketika dirinya dipercayakan masyarakat Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah, Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali untuk mewakili mereka di Senayan dengan perolehan suara terbanyak, Puan membuktikan kualitasnya sebagai seorang politisi nasional.

Kemudian pada 2014, ia kembali membuktikan ketokohannya sebagai politisi nasional usai mendulang sukses dengan memenangkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada pemilu 2014.

Berkat prestasi dan pencapaiannya itu, Presiden Jokowi menunjuknya menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Hebatnya, Puan saat itu menjadi Menteri Termuda dalam kabinet bahkan dalam sejarah kabinet menteri semenjak Indonesia berdiri.

Selama menjabat Menteri Koordinator, Puan mencoba membuktikan kualitas dan pengaruh dalam pembangunan bangsa dan negara. Beberapa terobosan diambil. Salah satunya adalah soal program Air Susu Ibu (ASI).

Terobosan yang diambilnya adalah satu langkah kecil yang di kemudian hari menjadi satu bukti untuk kemajuan pembangunan manusia Indonesia. Ia gencar mendorong pemberian air susu ibu (ASI). Puan salah satu dari sekian banyak ibu-ibu di Indonesia yang konsisten memberikan ASI, sebagai nutrisi terbaik bagi balita.

Puan bercerita bagaimana repotnya seorang ibu harus menyusui anak-anaknya. Namun ASI harus diberikan kepada anak-anak Indonesia. Ia pun rela selama empat bulan penuh tidak keluar rumah hanya demi memberikan ASI eksklusif untuk anak-anaknya. Ia memberikan semangat kepada para ibu-ibu di Indonesia untuk bangga bila berhasil memberikan ASI eksklusif kepada putra-putrinya.

Sebtulnya, Puan bukan orang baru di politik dalam negeri. Puan yang lahir di Jakarta pada 6 September 1973 ini sudah mengenal dunia politik sejak muda.

Selain sudah aktif di organisasi sejak berkuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Ia juga secara kultural keluarganya adalah keluarga politisi. Sang ayah, Taufik Kiemas merupakan seorang politikus dan negarawan yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR-RI pada periode 2009-2014.

Masa kehidupan Puan selama kecil dan remaja normal saja seperti kebanyakan orang lain. Namun saat di sampingnya hadir sosok-sosok yang terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan politik, maka Puan pun tumbuh sebagai seorang perempuan yang melek politik.

Darah Politik Sang Ibu

Puan menjadi saksi ketika ibunya kembali aktif di kancah perpolitikan di masa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia sering diajak Megawati berkeliling Indonesia dalam rangka kunjungan, konsolidasi PDI-P. Ia mulai paham bagaimana rasanya politisi tingkat nasional bekerja, dalam menanamkan pengaruh dan citra dirinya di lingkungan partai.

Saat masih di bangku SMA, Puan pernah menyaksikan langsung kejadian menegangkan yang dialami ibunya. Saat itu, Megawati mendapat konfrontasi langsung oleh pihak-pihak istana di era Orde Baru yang melarang keberadaan Megawati dalam struktur PDI-P yang saat itu masih bernama PDI. Ia bisa belajar bagaimana seorang politisi bisa menghadapi tekanan dengan baik dalam rangka memegang teguh pendirian dan sikap politiknya.

Puan Maharani (Kiri) bersama Presiden Jokowi (tengah) dan Ibunya, presiden ke-5 RI, Megawati Soekarno Putri (Kanan)

Selepas dari SMA, Puan mendaftarkan diri ke jurusan Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik atau FISIP UI. Ia sempat merasakan magang di majalah Forum Keadilan. Majalah ini dikenal sebagai majalah dengan konten yang kritis terhadap pemerintah. Media ini dibesarkan oleh wartawan senior Karni Ilyas.

Selama kuliah juga Puan menjadi saksi bagaimana Reformasi 1998 bisa diletuskan. Para aktivis dan pejuang reformasi berkumpul di rumahnya di Kebagusan, Jakarta. Ia ikut mendengar pembicaraan suara pergerakan sekaligus bertugas di dapur umum.

Waktu terus bergulir hingga Puan semakin tertarik untuk memasuki dunia politik seperti ibunya. Pada 2006, Puan menjemput penantian panjangnya. Ia mulai terlibat aktif di organisasi politik, mengawalinya dengan menjadi anggota DPP KNPI Bidang Luar Negeri.

Pada Pemilu 2009, Puan mencalonkan diri sebagai anggota legislatif mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah V yang mencangkup Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali. Ia berhasil mengantongi suara sebanyak 242.504 atau suara terbanyak kedua di tingkat nasional, kursi anggota DPR-RI pun diraihnya.

Posisi Ketua Fraksi PDI-P untuk periode 2009-2014 diembannya. Di internal partai, Puan mendapat amanah sebagai Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga. Sebuah jabatan yang dipandang strategis. Posisinya makin eksklusif sejak ditunjuk Jokowi menjadi salah satu menterinya.

Menjadi Menko PMK

Karir cemerlang perempuan bernama lengkap Puan Maharani Nakshatra Kusyala berlanjut ini ketika presiden terpilih pada Pemilu 2014, Joko Widodo menunjuknya sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Puan Maharani menjadi Menko termuda pada usia 41 tahun, sekaligus menjadi orang pertama yang mengisi kementerian baru itu.

Selanjutnya, Puan Maharani resmi menjadi Ketua DPR RI pertama di Indonesia untuk periode 2019-2024 usai dilantik pada tanggal 1 Oktober 2019.

Puan Maharani adalah anak dari pasangan Megawati Soekarnoputri dan Taufiq Kiemas. Megawati Soekarnoputri sendiri merupakan Presiden Indonesia kelima sekaligus putri dari presiden pertama, Ir Soekarno.

Puan Maharani menikah dengan seorang pengusaha ternama, Hapsoro Sukmonohadi atau akrab dengan nama Happy Hapsoro. Dari pernikahan itu, Puan Maharani dan Happy Hapsoro dikaruniai dua orang anak, Praba Diwangkara Caraka Putra Soma dan Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari.

Puan Maharani, beserta Ibu Megawati dan Presiden Jokowi berfoto bersama Raja Arab Saudi raja Salman

Sempat Terlibat Kontroversi

Ketika menjabat sebagai Menko PMK, Puan Maharani sempat menjadi perbincangan publik karena rencananya untuk mendatangkan guru dari luar negeri.

Hal ini dianggap oleh publik bahwa Puan Maharani hendak mengimpor guru asing. Polemik tersebut kemudian ditanggapi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy.

Muhadjir Effendy mengatakan bahwa maksud Puan Maharani bukanlah mengimpor guru asing, melainkan mendatangkan guru dari luar negeri untuk melatih guru-guru maupun instruktur yang ada di dalam negeri.

Menurutnya, hal itu bertujuan untuk meningkatkan kemahiran instruktur atau guru Indonesia, hal itu dinilai lebih efisien daripada harus mengirim guru atau instruktur Indonesia ke luar negeri.

Muhadjir Effendy juga membantah kabar bahwa Puan Maharani hendak mengimpor guru, melainkan mengundang guru atau instruktur luar negeri untuk program Training of Trainers.

Puan Maharani juga sempat menjadi sorotan publik karena pernyataannya yang meminta agar rakyat miskin diet dan melarang mereka banyak makan.

Penghargaan

Terlepas dari kontroversi tersebut, Puan Maharani pernah menerima penghargaan E-Transparency Award 2014, Paramadina Public Policy Institute (2014), selenjutnya pada 2019, ia menerima penghargaan Bintang Bhayangkara Utama, Polri (2018). Di tahun berikutnya, Ia juga menerima Eminent Women of the Year 2019, Majalah Her Times (2019)

Profil Singkat:

Lahir : Jakarta, 06 September 1973
Profesi : Politisi
Agama : Islam
Suami : Hapsoro Sukmonohadi
Anak : Praba Diwangkara Caraka Putra Soma,
Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari


Pendidikan

1. SD Perguruan Cikini,198
2. SMP Perguruan Cikini, 1988
3. SMA Perguruan Cikini ,1991
4. Jurusan Komunikasi Massa, FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 1997

Karier

Ketua DPR RI, 2019 - 2024.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, 2014-2019
Ketua DPP PDI Perjuangan Politik dan Hubungan Antarlembaga, 2010-2015
Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, 2009-2014
Anggota DPR RI, Anggota Komisi VI, 2009-2014
Anggota BKSAP/Badan Kerjasama Antar Parlemen, 2009-2014
Anggota Panja Komisi VI Bidang Investasi dan UKM, 2009
Ketua DPP PDIP Bidang Perempuan dan Anak, 2005 – 2010
KNPI di Bidang Luar Negeri

Penghargaan:


E-Transparency Award 2014, Paramadina Public Policy Institute (2014),
Bintang Bhayangkara Utama, Polri (2018).
Eminent Women of the Year 2019, Majalah Her Times (2019).

*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait