Opini

Doa Penyintas

Oleh : luska - Minggu, 11/04/2021 07:30 WIB

Penulis : Yudi Latif

Tuhanku,
Sekiranya aku tak meyakini-Mu, entah bagaimana bisa jadi penyintas. Jalan panjang yang kulalui tak selamanya datar dan lempang. Lebih sering terjal, licin dan berliku.

Saat tubuhku berjalan gontai, terpeleset dan jatuh, sedang  uluran tangan tak mudah dijangkau, aku masih bisa menyeru-Mu sebagai juru penolong. Kejatuhan tak membuatku patah, pecah-belah; sekadar terpelanting, melengkung dan kembali tegak berdiri.

Tatkala jalan ke depan kelam, tak jelas kemana mengarah, sandaranku tinggal mengikuti  ayat-ayat petunjukmu; bahwa laku baik, pengendalian dan penyerahan diri adalah jalan menuju alamat yang benar. 

Begitu pun tatkala kehidupan bangsa ini dirundung musibah dan masalah, sedang obat mujarabnya tak mudah diraih, aku masih belum habis pengharapan. Bahwa karunia kasih-Mu lebih kaya dari perhitungan di atas kertas. 

Ya Tuhan, selamatkan kami. Lautan negeri ini luas dan ombaknya ganas menerjang. Bahtera kami oleng, penumpangnya mabuk kepayang, sebagian lain panik tunggang langgang. Sedang nahkoda dan awak kapal limbung alpa menuntun prosedur penyelamatan.

Atas berkat rahmat-Mu bangsa ini berulang kali lolos dari kemelut sejarah. Kali ini pun,  setelah ikhtiar segala cara dicoba, kami tawakal meyakini-Mu juru selamat. Kepada-Mu kami berserah diri, dan kepada-Mu kami memohon pertolongan.  Amien!

(Makrifat Pagi, Yudi Latif)
https://www.instagram.com/p/CNgEszNhhjy/?igshid=ga7917ibb3co

Artikel Terkait