Nasional

Dubes Djumala: Diplomasi Membumi Bisa Dicapai Melalui Jalur Bilateral dan Multilateral

Dubes Djumala: "Diplomasi Membumi" Bisa Dicapai Melalui Jalur Bilateral dan Multilateral

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 29/06/2021 07:20 WIB

Dubes RI untuk Austria, Slovenia, dan PBB , Dr. Darmansjah Djumala, dalam acara Bedah Buku “Diplomasi Membumi: Narasi Cita Diplomat Indonesia (Foto: Ist)

Wina, INDONEWS.ID - “Verba volant, scripta manent adalah peribahasa Latin kuno yang artinya kurang lebih `apa yang terucap mudah lenyap, apa yang tercatat pasti melekat. Itulah motivasi saya menuangkan ide dan pemikiran ke dalam tulisan. Sebab, jika pikiran hanya diucapkan, akan mudah hilang. Tapi jika dituliskan dan dibukukan akan mudah diingat untuk dijadikan bahan pembelajaran", ungkap Dubes RI untuk Austria, Slovenia, dan PBB , Dr. Darmansjah Djumala, dalam acara Bedah Buku “Diplomasi Membumi: Narasi Cita Diplomat Indonesia” yang diselenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK), Kemlu bersama FISIP Universitas Sriwijaya (Unsri) pada tanggal 28 Juni 2021.

Acara bedah buku tersebut merupakan bagian dari acara Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI yang diselenggarakan secara daring oleh BPPK Kemlu. Lebih lanjut Dubes Djumala mengatakan, diplomat sering menjadi saksi sejarah, baik peristiwa nasional maupun internasional.

Banyak cara untuk memahami dan memaknai sejarah. Salah satunya dengan cara mencatat dan menganalisis peristiwa itu, kemudan menuliskannya di media dengan niat berbagi dengan publik.

Jika dalam menyampaikan ide dan pemikirannya, diplomat mampu memetik "makna dan nilai" dari peristiwa sejarah itu, maka ia telah berkontribusi dalam wacana publik dan akademik.

"Itulah cara sederhana memaknai sejarah: memetik nilai dari sebuah peristiwa sebagai bahan pembelajaran", demikian ditegaskan Dubes Djumala.

Diplomasi di era Presiden Jokowi dan Menlu Retno lebih diarahkan pada upaya memberi manfaat langsung dan konkrit bagi rakyat. Untuk mencapai itu diplomasi bisa dilakukan melalui jalur bilateral dan multilateral. Kedua jalur diplomasi itu tidak perlu diperhadapkan secara dikotomis, sebab keduanya bisa memberi manfaat langsung bagi rakyat.

"Diplomasi Membumi yang memberi manfaat langsung dan konkrit bagi rakyat bisa dicapai baik melalui jalur bilateral maupun multilateral", pungkas Dubes Djumala.

“Buku setebal 518 halaman tersebut merupakan kumpulan artikel di media massa dengan rentang waktu 35 tahun, sejak mahasiswa, awal karir Kemlu, hingga tulisan beberapa bulan lalu” papar Djumala. Tulisan dibagi ke dalam 8 bagian dan berjumlah 112 artikel yang terbagi dalam dua bagian besar yaitu konsep kebijakan “Diplomasi Membumi” dan mengenai isu-isu nasional, regional dan global serta isu tematik” yang dikontekstualisasikan dengan kebijakan politik luar negeri RI. Buku tersebut memuat Kata Sambutan dari Presiden RI Joko Widodo dan Menlu RI, serta Kata Pengantar dari Prof. Azyumardi Azra, intelektual UIN.

Sebagai pembahas buku adalah Trias Kuncahyono, wartawan senior Kompas, yang menyebut Dubes Djumala sebagai “pencatat sejarah yang baik” dan “mendudukkan perkara dengan baik”, serta mengkontekstualisasikan berbagai peristiwa nasional dan internasional dalam perspektif diplomasi dan politik luar negeri.

“Dubes Djumala merupakan sedikit diplomat intelektual dan juga diplomat kolumnis. Dia mengamati, menganalisis dan menulis sesuai dengan kompetensinya sebagai diplomat dan pelaku diplomasi. Buku ini sangat penting bagi pemerhati hubungan internasional, mahasiswa hubungan internasional, dan juga diplomat muda. Buku ini bagus karena mampu menjawab pertanyaan apa yang dimaksud dengan Diplomasi Membumi” lanjut Trias.

Acara di platform Zoom dan Youtube Live yang dihadiri oleh sekitar 300 peserta tersebut, selain membahas buku yang baru diluncurkan oleh Gramedia, utamanya juga merupakan forum reguler yang diselenggarakan oleh BPPK bersama berbagai mitra dunia akademia untuk menyebarluaskan capaian diplomasi Indonesia dan sebagai sarana pertanggungjawaban publik para Duta Besar RI selama bertugas di luar negeri.

Pada kesempatan tersebut Kepala BPPK Dr. Siswo Pramono, LL.M. dalam pembukaannya sampaikan pentingnya forum Debriefing Kepala Perwakilan RI, “BPPK mengupayakan untuk terus perkaya rekomendasi kebijakan bagi Pimpinan dengan melibatkan civitas akademia melalui forum silaturahmi yang berkesinambungan.

Kali ini acara cukup istimewa dengan dilakukannya penandatanganan nota kesepahaman Kemlu dan Unsr serta dirangkai dengan bedah buku “Diplomasi Membumi” tulisan Dubes Darmansjah Djumala, seorang diplomat senior dan juga alumnus Unsri,” tutur Siswo.

Dalam sambutan pembukaannya, Rektor Unsri Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE, IPU sampaikan apresiasinya kepada Kemlu, khususnya BPPK, yang selalu mengajak Unsri di berbagai diskusi dalam forum Debriefing. “Melalui kerja sama yang telah terbangun sejak tahun 2017, Unsri siap untuk berdiskusi memberikan masukan dan sumbangsih pikiran kepada Pemerintah untuk memajukan Indonesia” tutur Prof. Anis.

Pada sesi Forum Debriefing Y.M. Tri Tharyat, S.H., LL.M, Duta Besar RI untuk Kuwait periode 2019-2021 menggarisbawahi arti penting kemitraan Indonesia dan Kuwait, baik secara bilateral maupun secara multilateral, terutama ketika sama-sama menjabat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB di tahun 2019.

Sebagai pembahas adalah Prof. Dr. Alfitri, M.Si, Wakil Dekan 1 FISIP Unsri yang tekankan pentingnya hubungan RI-Kuwait antara lain dalam investasi di sektor migas, pekerja migran sebagai sumber devisa, dan pentingnya kerja sama penguatan kapasitas anti-korupsi dengan Kuwait, serta peluang diplomasi budaya dan olah raga di masa mendatang.

Di akhir sesi tanya jawab, 3 penanya terbaik pilihan panitia BPPK-Unsri masing-masing mendapatkan buku “Diplomasi Membumi: Narasi Cita Diplomasi Indonesia” yaitu Sdri. Lona Hutapea Tanasale, Sdri. Lucyana Kumala, dan Sdr. Eddy Ganefo.*

Artikel Terkait