Nasional

Mantan Wakapolri Nanan Soekarna: Peluncuran Buku Hoegeng Momentum Menanamkan Nilai Kejujuran dan Integritas

Oleh : very - Senin, 08/11/2021 13:25 WIB

Mantan Wakapolri, Komjen (purn.) Nanan Soekarna. (Foto: Times Indonesia)

Jakarta, INDONEWS.ID – Mantan Wakapolri, Komjen (Purn.) Drs. Nanan Soekarna mengatakan peluncuran buku “Dunia Hoegeng, 100 Tahun Keteladanan”, merupakan momentum untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran dan integritas kepada generasi saat ini.

“Namun untuk menanamkan nilai-nilai itu sangat sulit. Karena itu, buku ini diharapkan menjadi penyebaran nilai-nilai dibanding kepentingan. Saat ini kita harus menanamkan nilai-nilai itu,” ujar mantan Wakapolri itu saat memberi testimoni dalam acara peluncuran buku “Dunia Hoegeng, 100 Tahun Keteladanan” yang berlangsung di Balai Sarwono, Jalan Madrasah Nomor 14, Jeruk Purut, Jakarta Selasa, Minggu (7/11).

Nanan mengatakan bahwa polisi itu tidak jatuh dari langit, tetapi dia lahir dari dan berada di tengah masyarakat. “Karena itu, jika masyarakatnya baik maka akan melahirkan polri yang baik juga. Karena itu, didikan orang tua sangat penting dan berpengaruh. Beberapa waktu lalu polri banyak yang dipecat. Mereka dipecat bukan karena bodok, tapi karena nilai itu tadi,” ujarnya.

Wartawan senior Panda Nababan mengatakan bahwa para wartawan biasanya tidak mau mendekati tokoh yang sudah tidak menjabat lagi atau sudah pensiun dari jabatannya. Hal itu karena tidak menarik lagi untuk diberitakan.

“Tetapi saya tidak demikian. Justru saya tetap memiliki hubungan khusus, contohnya dengan Pak Hoegeng. Karena itu, saya pernah menulis sebuah kasus korupsi yang besar yang dibocorkan oleh Pak Hoegeng, dan kasus itu meledak,” kata Panda.

Panda mengatakan saat ini justru dia merasa was-was dengan Kapolri, Listyo Sigit Prabowo karena memiliki tekad untuk melahirkan Hoegeng-Hoegeng baru. “Terus terang saya sekarang was-was karena Pak Kapolri, Listyo Sigit Prabowo hendak melahirkan seorang Hoegeng yang baru. Bahwa hal ini mempunyai konsekuensi tersendiri,” ujarnya.

Seperti diketahui, sebelumnya Kapolri mengumpamakan tindakan koruptif dengan seekor ikan, yaitu bahwa dia akan busuk dari kepala terus menjalar ke seluruh tubuh hingga ekor. Karena itu, kata Kaporli, dia berjanji untuk membersihkan ikan yang busuk tersebut.

“Karena itu, polri harus siap dibersihkan dari pimpinan. Hoegeng dulu mengatakan jika seseorang mau menyuap dia berarti dia hendak menghina saya. Jadi, pemikiran inilah yang diubah oleh Hoegeng bahwa orang yang hendak menyuap berarti orang ini hendak menghina dirinya,” ujarnya.

Sementara itu, penulis buku Farouk Arnaz mengatakan Pak Hoegeng adalah contoh kejujuran dan integritas. “Karena itu, contoh tersebut harus direplikasi agar memunculkan kebanggaan sekaligus contoh bagi masyarakat Indonesia khususnya para anggota Polri di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Hoegeng berhasil menjadi teladan dan menjaga integritasnya saat dipercaya menjabat sejumlah posisi strategis. Hal itu karena keteguhan hatinya dan dukungan keluarga. “Momen 100 tahun Pak Hoegeng adalah momen merayakan keteladanan, merayakan kejujuran, dan merayakan kebenaran,” kata Farouk.

Dia menambahkan, kisah Hoegeng relevan dan perlu diceritakan berulang kali bawah pernah ada dan bisa seorang Kapolri hidup dengan prinsip seperti itu. “Pak Hoegeng menciptakan dan mewariskan standar nilai-nilai kebaikan, nilai moral, sikap, dan perbuatan,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah langkah yang dilakukan Pak Hoegeng bisa juga dilakukan saat ini, dia mengatakan, tentunya beda hidup di zaman Pak Hoegeng dengan hidup di zaman ini karena ada perkembangan yang dinamis. “Namun, nilai kejujuran dan integritas itu sama saja, dia terus hidup dalam setiap zaman,” ujarnya. ***

Artikel Terkait