Opini

Menanamkan Doktrin Cinta Dirgantara pada Generasi Penerus

Oleh : Rikard Djegadut - Minggu, 01/05/2022 16:06 WIB

Oleh: Rachmat Kartakusuma

Jakarta, INDONEWS.ID - Kecintaan seseorang terhadap penerbangan atau kedirgantaraan baik di dunia internasional maupun nasional masih dikatakan rendah. Namun bagi beberapa kalangan termasuk saya adalah golongan yang termasuk sedikit itu.

Sejak masih balita, pengaruh dari orang tua saya pun yang sudah memperkenalkan kedirgantaraan sudah ditanamkan sejak dini. Baik dari mainan pesawat, film seperti Pearl Harbors (2001) dan Top Gun (1986), dan diajaknya saya melihat patung pesawat yang sudah dipajang di beberapa lokasi seperti pesawat DC-3 Dakota bekas TNI Angkatan Udara di Lakespra, pesawat DC-9 bekas Garuda Indonesia di TMII, dan beberapa koleksi pesawat di Satria Mandala.

Dengan melihatnya patung-patung pesawat tersebut, yang timbul dalam pikiran anak balita seperti saya ialah bahwa suatu saat saya harus menjadi pilot.

Keinginan tersebut konsisten saya tekuni, meski sempat terbesit dalam pikiran saya bahwa saya ingin menjadi ini dan itu, tetapi ternyata jodoh saya adalah untuk mengabdikan diri di dunia kedirgantaraan.

Hal itu menjadi sebuah kenyataan ketika saya mendekati lulus SMA pada 2016, saya yang masih berkeinginan teguh untuk menjadi seorang pilot, saya mencari-cari di mana sekiranya sekolah pilot yang laik untuk saya ambil.

Tentu sebelum ikut seleksi sekolah pilot saya harus mempersiapkan diri. Di antaranya akademik, kesehatan, bakat terbang, dan lainnya.

Khusus untuk bakat terbang tesnya biasa seorang penguji meminta calon siswa untuk terbang menggunakan simulator latih mereka. Karena saya memang belum pernah mengikuti pelatihan pilot sebelumnya, maka saya mengambil beberapa persiapan untuk bisa mengenali kendali pesawat.

Sempat saya browsing di internet dan saya menemukan ada sebuah tempat pelatihan pilot di Tangerang. Tempat tersebut adalah Simulator Dirgantara Indonesia, lokasinya cukup unik karena berada di atas pusat perbelanjaan. Seyogyanya tempat pendidikan dan pelatihan untuk penerbang berada di atas satu bidang tanah tersendiri.

Ketika saya berada di sana, saya yang baru pertama kali melihat tentu sangat excited dan ingin langsung menjajal simulator tersebut. Saya terkagum karena akhirnya saya menemukan tempat yang saya caricari selama ini.

Saat itu memang pada 2016 saya masih melihat hanya ada beberapa simulator pesawat saja. Di antaranya Boeing 737-800 NG dan Cessna 172 analog.

Mengembangkan Cinta Dirgantara
Segala sesuatu kalau kita kerjakan sesuai dengan minat kita tentu akan membuahkan hasil yang baik, tidak lain di penerbangan. Jika kita memang memiliki minat tinggi pada penerbangan maka hasil yang akan kita berikan juga baik.

Pertanyaannya bagaimana cara kita mengembangkannya? Di SDI, ada sebuah program yang unik. Namanya junior pilot. Di sini anak-anak diajak bergabung untuk merasakan sensasi jadi seorang pilot, mereka diajak bermain simulator, dan merasakan sensasi terbang.

Selain itu, mereka juga dibekali oleh ilmu pengetahuan dasar penerbangan. Sehingga jika hal-hal seperti dilakoni sedari dini, maka hal tersebut mungkin akan berkembang dan tumbuh baik pada pola pikir dan minat anak-anak, dan hasilnya mereka saat dewasa ingin berkecimpung di dunia penerbangan, meski tidak menjadi pilot. Karena jika berbicara dunia penerbangan itu luas.

Perkembangan Yang Luar Biasa
Pada bulan suci Ramadhan 2022 ini saya kembali mendapat kesempatan untuk berkunjung di tempat yang sama. Namun kali ini saya diajak oleh Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia yang sekaligus menjadi guru dan mentor pembimbing saya Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim dan sahabat saya yang merupakan murid beliau juga Ahmad Fauzi.

Tujuan kami ialah untuk membagikan buku kedirgantaraan kepada Simulator Dirgantara Indonesia. Setibanya kami di sana, kami langsung disambut hangat oleh Bapak Hery. Yang membuat saya terkejut ialah karena perubahannya yang sangat signifikan dibandingkan pada 2016 pertama saya datang.

Di sana sudah ada simulator untuk helikopter Bell 206 JetRanger III. Di mana sepengetahuan saya simulator untuk helikopter di Indonesia belum ada, bahkan siswa penerbang helikopter di Indonesia tidak melalui fase simulator, mereka setelah melalui proses ground class langsung dihadapkan dengan praktek terbang.

Di sini saya dapat menyimpulkan bahwa lembaga pendidikan sudah berpikir secara visioner. Apa yang belum dimiliki di negaranya sendiri, namun ia sudah mempersiapkannya. Kemudian yang ini sudah menjadi lembaga pelatihan resmi yang disertifikasi oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Kementerian Perhubungan.

Dapat diartikan pemerintah sudah menyambut baik akan ide dan inovasi yang dilakukan oleh Bapak Hery ini. Sempat terpikir oleh saya, kok bisa sebuah lembaga diklat untuk penerbangan berada di antara pusat perbelanjaan.

Hal itu sebenarnya tidak masalah, karena saya memiliki keyakinan jika kita melakukan sesuatu secara konsisten maka hal tersebut akan membuahkan kebaikan.

Bisa saja dalam 5 tahun mendatang pusat perbelanjaan tersebut menjadi hilang dan menjadi sebuah ruangan besar untuk mengoperasikan full flight simulator helikopter. Karena memang belum ada di Indonesia untuk FFS helikopter.

Selain untuk melatih pilot, di tempat ini juga disediakan untuk melatih para flight operation officer (FOO). Sebuah profesi yang nantinya akan membantu menyiapkan penerbangan. Sekali lagi, saya pun tidak menyangka bahwa tempat ini berkembang secara luar biasa dan disambut baik oleh insan dirgantara Indonesia.

Hal seperti ini sudah sepatutnya kita jadikan contoh untuk mengembangkan minat dan industri dirgantara di Indonesia. Khususnya di bidang pendidikan dan pelatihan, harus diakui bahwa di Indonesia yang masih kurang ialah dari bidang pendidikan dan pelatihan.

Bukti mudahnya saja, seorang calon pilot perintis pesawat Cessna Caravan, mereka tidak mendapat pelatihan simulator terlebih dahulu sebelum mereka memasuki fase terbang. Hal ini sebetulnya high cost dan high risk jika terus dibiarkan, kita tentu berharap bahwa setiap penerbangan tidak terjadi sebuah kecelakaan fatal.

Namun alangkah baiknya jika kita mematangkan SDM dengan baik sebelum kita berikan tanggung jawab yang lebih besar lagi.
Saat ini untuk simulator Cessna Caravan baru dimiliki oleh Susi Air saja di Pangandaran, Jawa Barat. Entah apa yang menjadi alasan bahwa kebanyakan operator enggan untuk melatih pilotnya terlebih dahulu di simulator baru kemudian diterbangkan pada pesawat yang sebenernya untuk pesawat jenis Caravan.

Artikel Terkait