Opini

Mewaspadai peningkatan Kematian

Oleh : luska - Rabu, 03/08/2022 09:24 WIB

Penulis : Prof Tjandra Yoga Aditama (Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara)

Kemarin 2 Agustus 2022 ada 24 orang warga kita yang meninggal dunia akibat COVID-19, ini adalah angka tertinggi dalam 3 bulan terakhir ini. Sejak Mei 2022 sampai Juli angkanya selalu dibawah 20 kematian. Ada sedikitnya tiga alasan Kenapa kita amat perlu mewaspadai angka ini.

Baca juga : PDPI 50 Tahun

Pertama adalah “trend” kecenderungan kenaikan Kematian kita secara terus menerus. Sepanjang Juni 2022 angka kematian harian selalu di bawah 10 orang, di bulan Juli jadi di atas 10 orang dan di bulan Agustus ini melewati 20 orang, kita belum tahu bagaimana di hari-hari kedepan ini. Ke dua, angka kematian di berbagai negara juga meningkat. Dalam seminggu terakhir angka Kematian harian di Australia rata-rata adalah 94 orang, angka tertinggi negara itu selama pandemi ini. Jepang pada 1 Juli 2022 ada 21 orang yang meninggal karena COVID-19, dan di 1 Agustus angkanya meningkat menjadi 94 kematian, naik hampir lima kali lipat. India pada 1 Juni 2022 mencatat 5 kematian dan pada 1 Agustus 2022 naik tinggi menjadi 34 orang.

Ke tiga, sejak awal kita sampaikan bahwa bahkan satu nyawa yang meninggal pun amat berharga dan tidak dapat tergantikan oleh apapun juga.

Karena tiga hal itu maka kita perlu meningkatkan kewaspadaan, setidaknya dalam lima hal. Pertama, Surveilan epidemiologik dijalankan dengan baik, sehingga data dari seluruh pelosok negeri dapat di kompilasi dan di analisa dengan baik. Ke dua, kemampuan testing harus ditingkatkan agar di dapat angka riil jumlah kasus di masyarakat. Ke tiga, telusur/tracing juga harus ditingkatkan, agar dari setiap kasus didapat dua informasi, dari mana tertular dan kemana saja menularkannya. Empat, vaksinasi booster yang masih dibawah 30% jelas harus ditingkatkan maksimal, juga sekitar sepertiga penduduk kita yang belum divaksinasi ke dua harus di kejar benar. Ke lima, meakukan komunikasi risiko dengan baik dengan 3 tujuan, ke satu agar masyarakat mendapat informasi yang tepat, ke dua agar masyarakat termotivasi melakukan prokes dengan baik, dan ke tiga yang belum di vaksin dan booster agar segera pergi mendapatkannya. 

 

Artikel Terkait