Opini

Soal Kepemudaan: Itu Penting!

Oleh : luska - Senin, 15/08/2022 18:20 WIB

Penulis : Duta Besar Prayono Atiyanto

International Youth Day

Beberapa hari lalu sebagaimana biasa (dan lazim dilakukan banyak orang) saya sedang browsing berita-berita terkini. Saya menemukan sebuah berita mengenai “International Youth Day”.

Hari Pemuda Internasional (ada juga yang menyebutnya sebagai Hari Remaja Internasional) diperingati setiap tanggal 12 Agustus sebagaimana direkomendasikan oleh World Conference of Ministers Responsible for Youth di Lisabon,8-12 Agustus 1998 dan dikukuhkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa dengan Resolusi 54/120 pada bulan Desember 1999. 

Tanpa berpanjang lebar mengenai sejarah dari Hari Pemuda Internasional saya ingin fokus mengenai tema peringatan atau perayaan tahun ini yaitu “Intergenerational Solidarity: Creating a World for All Ages”. Saya senang mengenai penggunaan konsep lintas generasi. Bagi saya memang pemahaman mengenai generasi tua dan generasi muda tidak untuk dipertentangkan. Sejatinya perlu terjadi kolaborasi yang solid antara yang tua dan yang muda. Sifatnya saling mengisi dan memperkuat. Pengalaman atau “jam terbang” generasi yang lebih tua bisa menjadi masukan bagi yang lebih muda untuk menghadapi/mengatasi berbagai tantangan kekinian. Bukan untuk “menggurui” tetapi sebagai “best practices”.

Dalam situasi kekinian saya juga sependapat dengan pernyataan bahwa untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals-SDGs) dunia perlu memaksimalkan potensi semua generasi. Solidaritas lintas generasi menjadi kunci pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Saya juga sangat setuju terhadap konsep “no one is left behind”. Belajar dari kearifan lokal yang berkembang di Indonesia marilah kita bergotong royong menghadapi tantangan masa kini. Terlebih lagi kita tahu bahwa krisis global belum berakhir.

Sebagaimana pesan yang disampaikan Sekretaris Jenderal PBB dalam rangka memperingat Hari Pemuda Internasional tanggal 12 Agustus 2022: “seringkali soal-soal “ageism” (diskriminasi usia), bias, dan diskriminasi menghalangi kolaborasi antara generasi tua dan muda. Padahal kita harus ingat akan sebuah kebenaran dasar bahwa semua usia, tua muda diperlukan untuk bersama-sama membangun dunia yang lebih baik bagi semua.

Solidaritas dan kolaborasi menjadi lebih penting dari waktu sebelumnya pada saat dunia menghadapi tantangan yang mengancam masa depan bersama. Mulai persoalan Covid 19 sampai perubahan iklim, konflik, kemiskinan, ketidakadilan dan diskriminasi.”

Soal Pemuda dan FEALAC

Masih soal kepemudaan, saya juga berkesempatan ngobrol bareng dengan kolega diplomat muda saya. Moestika Moettaqaliman, Diplomat Ahli Madya dan Arum Diah Purwaningrum, Diplomat Ahli Pertama di Direktorat Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri. Inti dari obrolan saya adalah bagaimana membawakan tema kepemudaan sebagai topik bahasan organisasi kerja sama regional di kawasan Amerika dan Eropa.

Saya tahu bahwa Indonesia telah menginisiasi beberapa kegiatan kepemudaan dalam forum kerja sama negara-negara Asia Timur dan Amerika Latin atau yang dikenal sebagai Forum for East Asia and Latin America Cooperation (FEALAC). Sebagai informasi, Indonesia lumayan aktif untuk meningkatkan kolaborasi dengan negara-negara anggota FEALAC. Indonesia saat ini juga aktif sebagai Co-chair Kelompok Kerja FEALAC di bidang Kebudayaan, Kepemudaan, Gender dan Olah Raga. 

Menurut Moes (panggilan akrab Moestika Moettaqaliman) dan Arum (panggilan akrab Arum Diah Purwaningrum) topik kepemudaan juga akan diangkat dalam rangka perayaan FEALAC Day di Indonesia bulan September 2022 mendatang.  Dengan hampir 50 persen dari 275 juta penduduk Indonesia terdiri dari pemuda, maka wajar bahwa kaum muda Indonesia merupakan aset strategis bagi negara. Dengan demikian, pemberdayaan pemuda menjadi sangat penting dalam cetak biru pembangunan negara. 

Lebih lanjut Moes dan Arum bertutur bahwa saat ini sama seperti ASEAN, PBB, APEC, G20, dan berbagai forum kerja sama kawasan lainnya, FEALAC yang beranggotakan 36 negara telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia. Tempat Indonesia terlibat dan berperan aktif dalam berbagai bidang kerja sama yang sejalan dengan kepentingan nasional. 

FEALAC Day menjadi kesempatan untuk meningkatkan pemahaman dan visibilitas mengenai keberadaan dan kerja FEALAC. Secara khusus, FEALAC Day di Indonesia tahun ini juga diharapkan bisa mengajak anak muda untuk menjadi supporters group bagi kegiatan kepemudaan FEALAC di Indonesia. 

                      ------

*Opini ini adalah pendapat pribadi. Duta Besar Prayono Atiyanto pernah bertugas sebagai Duta Besar LBBP RI untuk Republik Azerbaijan (2012-2016) dan saat ini masih aktif sebagai Diplomat Ahli Utama pada Direktorat Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Kementerian Luar Negeri. Sebelumnya pernah menjadi Direktur Amerika Selatan dan Karibia Kementerian Luar Negeri (2007- awal 2012) dan bertugas di KBRI London (1988-1992) dan Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di New York (1995-1999, 2003-2007). Beberapa tahun terakhir menjadi Duta Besar Pembina/Mentor pada Diklat Sekolah Dinas Luar Negeri Kementerian Luar Negeri. Selain itu, juga masih aktif sebagai Asesor Kompetensi Teknis Kementerian Luar Negeri.

Artikel Terkait