Nasional

Jupiter Aerobatic Team, Manuver-nya Selalu Dinanti

Oleh : rio apricianditho - Minggu, 30/04/2023 09:48 WIB

Masyarakat saksikan dari dekat pesawat KT-1 Woong Bee (Jupiter Aerobatic Team) di lanud Halim Perdanakusuma.

Jakarta, INDONEWS.ID - Siapkan kamera terbaik Anda.... sebentar lagi Jupiter Aerobatic Team akan menghias angkasa... Itulah sepenggal narasi dari Jupiter-7 salah satu anggota tim Jupiter milik TNI Angkatan Udara. Mengawali penampilan tim aerobatik udara kebanggaan bangsa, Jupiter namanya kian disegani dunia terutama di kawasan Asia. Aksi udara 6 pesawat KT-1B Woong Bee yang diawaki prajurit TNI AU kerap kali diminta menunjukan kebolehan mereka di udara terutama saat negara sahabat menggelar even kedirgantaraan.

Kala TNI Angkatan Udara merayakan HUT Ke-77, Jupiter Aeorobatic Team (JAT) menunjukan atraksi mereka dihadapan Panglima TNI, Menhan Letjen (Purn) Prabowo Subianto dan sejumlah tamu dari negara sahabat, di pangkalan udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. 13 manuver udara dipersembahkan tim Jupiter TNI AU. Atraksi mereka juga disaksikan ribuan warga yang hadir di perayaan tersebut.

Pertunjukan pun dimulai, formasi diawali enam pesawat KT-1B Woong Bee produksi tahun 2002 buatan Korea Selatan melintas dihadapan penonton membentuk formasi delta sambil membuang asap putih membentuk enam garis lurus yang indah. Lanjut dengan saling silang antara pesawat. Pertunjukan ditutup dengan formasi `air terjun`, enam pesawat jupiter melambung lebih tinggi seakan menusuk langit dan menukik ke bawah lalu menyebar diiringi asap putih layaknya curahan air yang jatuh dari ketinggian.

Bagi kita yang menyaksikan 13 formasi tim Jupiter merupakan sesuatu yang indah, namun kita tidak membayangkan bagaimana para penerbang TNI Angkatan Udara menyajikan pertunjukan tersebut. Ada hal-hal yang harus disepakati dan disesuaikan antara pilot dan rekan mereka di darat.

Tim Jupiter berjumlah 7 orang, enam pilot yang menerbangkan KT-1B Woong Bee dan satu orang berada di darat. Jupiter-7 yang membawakan narasi, suaranya lah yang `membawa` penonton semakin menikmati akrobatik udara dari Jupiter.

Pembentukan Jupiter Aerobatic Team berdasarkan inisiatif para instruktur penerbang di lingkungan Skadron Pendidikan 103 yang mengawaki pesawat MK 53 HS Hawk pada 1997. Para inisiator ini kemudian memilih nama Jupiter yang berasal dari sebutan bagi para instruktur penerbang yang mengajar di Lanud Adisutjipto, menurut website resmi TNI AU.

JAT tampil pertama kali pada HUT TNI pada 5 Oktober 1997 dengan menggunakan 4 pesawat MK 53 HS Hawk. Tetapi, karena sesuatu dan lain hal kegiatan tersebut dihentikan pada 2002.  Setelah vakum selama beberapa tahun, pada awal 2008 TNI AU mulai merintis kembali tim aerobatiknya dengan menggunakan pesawat KT 1B Woong Bee buatan Korea Selatan yang memperkuat Skadik 102.

Dalam perjalanannya, tercatat instruktur pertama JAT adalah Kolonel Pnb Anang "Morgan" Nurhadi Susilo yang kini telah berpangkat Marsekal Muda (Marsda). Ia merupakan lulusan Akademi TNI AU angkatan tahun 1987. Mantan komandan Wingdik Terbang yang pernah menjabat sebagai komandan Lanud Banjarmasin ini memiliki pengalaman ribuan jam terbang dan pernah menerbangkan beberapa tipe pesawat antara lain AS-202 Bravo, T-34 C, Kt-1 B, Hawk MK 53, F-5 Tiger dan F-16.

Jupiter One adalah pimpinan atau leader dalam JAT. Tugasnya dalam tim aerobatic sangatlah berat, dia harus mampu memimpin tim dalam melaksanakan berbagai macam manuver yang sangat berbahaya dan ekstrem untuk ditampilkan. Leader juga dituntut harus mampu membuat manuver yang tepat dan dapat dinikmati oleh para penonton pada saat pelaksanaan show sehingga trik-trik dan efek visual yang diinginkan tercapai.

Tapi tak semua penerbang pesawat tempur TNI AU bisa menjadi anggota JAT ada kreteria yang harus mereka penuhi, salah satunya harus mempunyai jam terbang KT-1 minimal 200 jam. Lalu diuji selama lima jam terbang untuk melihat bakat dan kemampuannya terbang formasi secara aerobatic.

Jika penerbang lolos seleksi dan dinilai layak menjadi calon anggota JAT, barulah mereka dilatih atau kursus aerobatic team selama 45 jam. Tidak ada syarat lain diluar kreteria tersebut, hanya bakat dan kemampuan terbang akrobat saat menerbangkan pesawat terutama jenis KT-1.

Kemampuan akrobat itulah jadi acuan layak atau tidaknya penerbang TNI AU sebagai anggota JAT. Karena performa Jupiter di udara identik dengan manuver-manuver indah bukan terbang pada umumnya. Jadi anggota tim JAT butuh satu pemahaman dan mampu bekerjasama, komunikasi antar anggota pun harus terjalin mulus terutama saat atraksi udara, satu kesalahan bisa membuyarkan penampilan JAT sebagai tim aerobatik.

Karena itu, sebelum formasi diperagakan di udara, tin JAT melatih formasi udara di darat, mereka merencanakan dan menghitung secara detil, detik-detik kapan saatnya formasi satu diperagakan hingga formasi akhir. Matematika formasi terbang disimulasikan di darat jika rencana dan hitungannya sudah sesuai barulah diperagakan di udara.

“Kita latihan mulai dari bawah, kita planning-kan, kita hitung secara detail dari sisi kecepatan, lihat dari sudut datangnya kita hitung benar-benar lalu kita simulasikan di bawah setelah itu baru kita laksanakan di atas”, papar Letkol Pnb Ripdho "Mohawk" Utomo leader tim Jupiter yang seharinya menjabat Komandan Satuan Pendidikan (Satdik) 102, lanud Adisutjipto, Yogyakarta.

Pesawat KT-1B ini merupakan pesawat latih performanya tak seperti pesawat tempur, ibarat mobil pesawat latih layaknya kendaraan roda empat pada umumnya pesawat tempur mobil sport yang nyaman dikendarai. Tim aerobatik di negeri pembuatnya tidak menggunakan KT-1 tapi memakai je tempur, namun Korea Selatan bangga dengan TNI  AU terutama tim JAT yang menggunakan pesawat buatan negeri Ginseng.

Tim JAT menggunakan KT-1 bukan masalah performa pesawat, KT-1 dinilai layak melakukan manuver udara dan pesawat ini pun tak ada masalah melakukan akrobatik serta stabil diterbangkan juga mumpuni untuk terbang formasi.

Sebagai pesawat latih KT-1 performanya sudah menyerupai pesawat tempur dari cokpit (ruang kemudi) ada yang kursi dua dan satu kursi, hanya ukuran ruangannya lebih besar dari pesawat tempur. Dengan pesawat ini para penerbang TNI AU dilatih menjadi pilot pesawat tempur. “Menggunakan KT-1 Kami latih siswa cara terbang seperti pesawat tempur”, tambah Mayor Pnb Bayu "Meerkat" Anugrah selaku Jupiter-4.

Ada tidak adanya event kedirgantaraan JAT tetap berlatih manuver udara agar naluri akrobatik para penerbang tidak hilang. Latihan bakal inten bila mereka diminta menunjukan penampilan ‘sirkus udara’ diajang seperti HUT Ke77 TNI AU atau Indo Defence.

Diluar show, JAT berlatih dua minggu sekali latihan bisa menjadi seminggu 2 atau tiga kali jika manuver udara JAT mengisi even seperti MotoGP Mandalika, Singapure Air Show, HUT TNI di Istana Negara atau ajang lain yang ingin menyaksikan formasi JAT yang mempesona.

Semenjak penerbang TNI AU masuk tim Jupiter mereka sudah dilatih melakukan formasi atau manuver udara, formasi dasar itu yang harus mereka kuasai dan dilatih secara berkala. Ada beberapa manuver yang berbeda dari satu pertunjukan ke pertunjukan JAT agar penampilan mereka tidak membosankan pencinta akrobatik udara.

Sebelum tampil tim akan berdiskusi soal manuver apa yang akan mereka tampilkan, dari formasi terbang yang sudah mereka kuasai, setelah ditentukan formasinya mereka pun kembali berdiskusi melakukan improvisasi dari formasi dasar yang sudah sangat mereka kuasai. Improvisiasi itulah yang membuat penampilan JAT tak membosankan karena selalu ada yang baru dari formasi terbang akrobatik JAT.

Lamanya latihan dilihat dari tingkat kesulitan manuver yang akan ditampilkan, bila tingkat kesulitannya tinggi mereka berlatih selama tiga pekan, jika sedang dua minggu cukup untuk melatih formasi yang akan dipertontonkan ke masyarakat pecinta dunia dirgantara.

Menurut Bayu yang seharinya menjabat Komandan Wing B Satdik 102, lanud Adisutjipto, Yogyakarta tingkat kesulitan masing-masing penerbang berbeda. Ada yang manuver A dia kesulitan ada yang manuver B sulit bagi si pilot C, apalagi minim komunikasi di udara makanya JAT tak pernah absen menjalankan latihan.

Secara umum kesulitan bagi penerbang terutama tim akrobatik detik-detik melakukan manuver secara bersamaan. Masing-masing pilot harus paham kapan waktunya melakukan ‘gerakan’ yang sudah disepakati, antara pilot satu dengan yang lainnya sudah harus mengerti timing-nya melakukan manuver tersebut.   

“Sama seperti orang menari, orang main drama itu semua soal timing dan mereka sebelumnya sudah latihan. Detik sekian Jupiter ini masuk, lalu yang dari kanan kesini, nah jadi koreografer-nya yang kita latihkan”, dijelaskan Bayu saat sebelum JAT menunjukan akrobatik kelas dunia ke masyarakat yang datang ke pameran statik pesawat TNI AU di lanud Halim Perdana Kusumah, Jakarta.

Menjadi pusat perhatian membuat banyak grogi atau nervous begitu pun para penerbang JAT, mereka juga nervous meski pesawat KT-1B sudah ‘menyatu’ dengan mereka. Masing-masing pilot punya cara sendiri menghilangkan nervous itu, ada yang berdialog dengan sesama pilot, ada yang berkomunikasi dengan orangtua serta orang terdekatnya, ada yang bermain playstation, dan ada yang menyendiri.

Bayu sendiri saat pertama tampil untuk JAT merasakan hal itu, apalagi penampilan perdananya disaksikan orang-orang terdekatnya. Yang ia rasakan saat itu kawatirkan penampilannya mengecewakan banyak orang, ia mengatasinya dengan berdiam diri sambil membaca buku. Hal itu masih ia lakukan sebelum berakrobat di udara bersama Jupiter Aerobatic Team. 

Instruktur Penerbang TNI AU

Seluruh anggota JAT merupakan instruktur penerbang di Satuan Pendidikan 102 TNI AU, lanud Adisucipto, Yogyakarta. Mereka para pelatih penerbang TNI AU sebelum anak didik mereka menjadi pilot untuk jet tempur, pesawat angkut atau helikopter.

Kesehariannya anggota JAT familiar dengan tiga jenis pesawat yaitu Cesna, Grob, dan KT-1, ketiga jenis pesawat tersebut merupakan pesawat latih yang biasa mereka gunakan untuk melatih siswa penerbang TNI AU.

Dari senin hingga jumat mereka melatih siswa calon penerbang TNI AU, mereka mengajarkan bagaimana menerbangkan pesawat sehingga menjadi pilot handal membawa pesawat melayang di angkasa.

Dalam sehari siswa diajarkan terbang minimal sejam, siswa yang di didik di Satdik 102 harus menyelesaikan pelajarannya selama 19 bulan. Bila dinyatakan lulus mereka akan diuji lagi sebelum menjadi pilot TNI AU.

“Awalnya siswa diajarkan dengan pesawat ringan, lalu pesawat yang lebih berat sebelum mereka dipecah sebagai pilot pesawat Hecules atau pesawat tempur. Untuk menjadi pilot pesawat tempur penilaiannya banyak, ada tes psikologi, terbang, kesegaran jasmani, serta bakat dan minat si siswa”, tandas Bayu.

Disela-sela mendidik siswa menjadi penerbang TNI Angkatan Udara, para instruktur yang tergabung dalam tim Jupiter melatih kemampuan akrobatik udara mereka seusai memberi pelajaran terbang. Mereka adalah Letkol Pnb Ripdho "Mohawk" Utomo (Jupiter-1),  Mayor Pnb Gede Ngurah "Viper" SW (Jupiter-2), Mayor Pnb P.S "Grackle" Anggoro (Jupiter-3), Mayor Pnb Bayu "Meerkat" Anugrah (Jupiter-4), Mayor Pnb Ferdian "Corbie" Habibi, Mayor Pnb Idam "Godham" Satria, dan Kapten Pnb Putu Kedaton (Jupiter-7).

Setiap kali Jupiter aerobatic Team tampil, Kapten Putu memang fisiknya tak mengudara tapi suaranya lah yang mengudara, suara khasnya membawa penonton semakin menikmati penampilan JAT hingga ke-enam pesawat Jupiter usai menutup akrobatik mereka. dan ia selalu menyampaikan terimakasih serta mengucapkan, “salam Swa Buana Paksa, salam The Jupiter’s.

 

Artikel Terkait