Nasional

BKKBN Targetkan Penurunan Stunting Sebesar 14 Persen di Tahun 2024

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 27/06/2023 13:02 WIB

Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso

Jakarta, INDONEWS.ID - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menargetkan penurunan stunting sebesar 14 persen di tahun 2024. Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso mengatakan, target ini akan dicapai dengan usaha yang serius termasuk dengan memitigasi resiko-resiko yang akan terjadi.

"Kita punya pekerjaan rumah untuk menurunkan stunting sebesar 14 persen sampai akhir 2024. Ini tentu saja bukan sebuah pekerjaan yang mudah, maka memang perlu dimitigasi faktor utama resikonya seperti apa," kata Teguh Santoso dalam diskusi bertajuk, "Langkah Penting Turunkan Stunting" di Jakarta, 26 Juni 2023.

Menurut Teguh Santoso, angka stunting mengalami penurunan signifikan justru di saat masa-masa covid. Ini karena adanya kerja yang intens antara BKKBN, lembaga-lembaga terkait, dan pemerintah daerah. Di mana dalam kerangka kerja sama ini, penyuluhan terkait stunting selalu dikaitkan dengan penyuluhan Covid-19.

"Dalam kerangka kerja sama itu, penyuluhan tentang covid dikaitkan dengan stunting, penyuluhan KB juga dikaitkan dengan stunting, pembangunan keluarga dikaitkan dengan stunting bahkan berbicara tentung kependudukan ada hubungannya dengan stunting," pungkas Teguh Santoso dalam diskusi yang digelar sejalan dengan tema BKKBN “Menuju Keluarga Bebas Stunting, Indonesia Maju”.

"Jadi dengan kita tetap mematuhi protokol kesehatan, seluruh komponen lapangan di jajaran BKKBN dan sebagainya secara tidak langsung pula melakukan sosialisasi. Jadi sosialisasi stunting itu sudah mulai ada sejak saat itu," sambungnya.

Namun meski begitu, Teguh Sontoso tidak menampik masih banyak tantangan dan kendala yang dihadapi untuk memutus mata rantai stunting, terutama juga untuk mencapai target penurunan stunting sebesar 14 persen di tahun 2024.

Tantangan-tantangan tersebut datang dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan juga soal literasi pemahaman masyarakat tentang stunting yang masih minim.

"Stunting ini memang sangat penting untuk segera diatasi sehingga perlu diambil kebijakan yang spesifik, salah satunya dengan memobilisasi anggaran daerah. Jadi kami, bersama pemerintah daerah diberi mandat khusus untuk mengkoordinasi kebijakan kebijakan itu," bebernya.

"Kemudian dari aspek masyarakat sebagai penerima layanan publik. Jadi literasi itu memang perlu digerakkan betul. Masyarakat kita secara umum belum paham stunting itu apa? Apakah yang tidak pendek itu termasuk stunting atau memang betul juga semua yang stunting itu pasti pendek? Jadi ini memang menjadi tantangan kita semua. Nah maka literasi terkait apa itu stunting kepada masyarakat dan keluarga menjadi sangat penting," imbuhnya.

Strategi Efektif Penanganan Stunting

Sukaryo Teguh Santoso juga membeberkan strategi efektif pencegahan stunting melalui dua langkah strategis. Pertama, kesamaan target untuk mengidentifikasi siapa-siapa yang  harus menjadi target pencegahan stunting melalui intervensi dari hulu sampai hilir.

"Kalau kita sepakat katakan intervensi dari hulu. Sebelum memiliki balita stunting, maka calon pengantin, ibu yang sedang hamil, termasuk ibu-ibu yang memiliki balita harus menjadi prioritas," jelas Teguh Santoso.

Kedua, bentuk intervensi. Intervensi terdiri dari dua bentuk yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik berupa pemenuhan gizi berupa makanan tambahan serta pemenuhan protein balita.  Sementara itu intervensi sensitif meliputi perbaikan lingkungan keluarga, akses air bersih termasuk rumah yang layak huni.

"Keduanya sama-sama penting tapi harus bisa dibuat skala prioritas. Misalnya, jangan sampai mendahulukan rumah layak huni sementara gizi tak terpenuhi. Jadi skala prioritas itu penting,” tukasnya.

Selain dua strategi di atas, Sukaryo Teguh Santoso juga menjelaskan 5 pilar atasi stunting, yaitu pilar pertama, komitmen kepemimpinan harus berkelanjutan.

"Jadi misal, kalau masa kepemimpinan berakhir di tahun 2023, kebijakan harus dilanjutkan. Kalau kebijakan tidak dilanjutkan akan mengubah semua yang telah direncanakan. Maka untuk mencegah itu komitmen dan visi kepemimpinan harus berkesinambungan," kata Teguh Santoso.

Pilar kedua, literasi kepada masyarakat berupa komunikasi perubahan perilaku. Di sini kader-kader penyuluh kesehatan harus aktif melakukan proses pendampingan.

"Kader-kader yang melakukan pendampingan harus aktif karena itulah yang mendekatkan keluarga dari hari ke hari. Kedekatan kader ini dengan keluarga dalam proses pendampingan menjadi penting," bebernya.

Pilar ketiga, keterlibatan lintas sektor. Pilar keempat, pemenuhan gizi dengan memastiakan pemenuhan kebutuhan gizi mudah, murah dan cepat. Dan Pilar kelima memperkuat sistem pemantauan evaluasi.

Untuk diketahui, angka stunting di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahun setidaknya sejak  tahun 2016. Bahkan, di tahun-tahun saat dunia termasuk Indonesia dihantam badai pandemi Covid-19, penurunan stunting tetap terkendali dengan baik.

Penurunan yang signifikan terjadi dalam rentang waktu dari tahun 2021 hingga 2022. Dalam rentang waktu ini terjadi penurunan sebesar 2,8 persen, dari angka 2,24 di tahun 2021 menjadi 2,6 di tahun 2022.

Artikel Terkait