Nasional

Dewan Pakar BPIP: Indonesia ajak Mesir untuk jaga relevansi Gerakan Non-Blok

Oleh : luska - Sabtu, 25/11/2023 20:03 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - “Sebagai sesama pendiri Gerakan Non-Blok (GNB), Indonesia bersama Mesir perlu menjaga relevansi gerakan itu dengan cara terus menggaungkan prinsip dasar GNB dalam forum internasional. Selain itu GNB harus merevitalisasi program kerjasama Selatan-Selatan yang lebih membumi dan memberi manfaat konkrit bagi anggotanya”, demikian disampaikan Dr. Darmansjah Djumala, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri dalam roundtable discussion di Kairo, Mesir, pada 22 November 2023.

Diskusi yang diselenggarakan oleh KBRI Kairo bekerjasama dengan Egyptian Youth Council tsb. mengambil topik “Non-Aligned Movement: Its Roles and Relevance in Today’s World”, bertujuan untuk mencari masukan dan rekomendasi agar GNB tetap relevan di tengah situasi dunia yang berubah. 

Dalam paparannya, Dr. Djumala, yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Austria dan PBB di Wina, mengatakan bahwa ada benang merah sejarah yang membentang dari pidato Bung Karno tentang Pancasila 1 Juni 1945, politik luar negeri bebas-aktif 1948, Konferensi Asia-Afrika April 1955, pidato Bung Karno di PBB, New York, September 1960, sampai dengan pembentukan GNB di KTT Pertama GNB di Beograd 1961.

Terkait relevansi relevansi GNB di masa sekarang, Dr. Djumala mengatakan hal itu dapat dilihat dari dua perspektif; yaitu nilai dan program. Dalam persepktif nilai, GNB diinsipirasi oleh nilai Dasa Sila Bandung yang menekankan pada spirit anti kolonialisme, independen, non-agresi, non-intervensi.

Dijelaskan pula oleh Dr. Djumala, dalam hubungan antar-negara, ada empat faktor yang menentukan pola interaksi politik internasioal, yaitu aktor, institusi, isu dan motif. Tiga faktor pertama selalu berubah sepanjang zaman. Tapi motif, selalu tetap, yaitu keinginan negara kuat untuk menguasai negara lemah dengan memainkan pengaruh (influence), kekuatan (power) dan kemakmuran (wealth).

Ditegaskan Dr. Djumala, sepanjang pola interaksi antar-negara masih diwarnai oleh penggunaan pengaruh, kekuatan an kemakmuran oleh negara kuat terhadap negara lemah, maka keempat nilai yang dianut GNB itu menemukan relevansinya. 

Dalam tataran program, GNB masih akan dinilai relevan oleh masyarakat internasional jika program kerjasama Selatan-Selatan benar-benar memberi manfaat konkrit bagi anggota GNB. Dalam konteks inilah, Dr. Djumala mengajak mitra kerjanya di Mesir untuk bersama-sama mengembangkan kerjasama Selatan-Selatan agar lebih membumi dan memberi manfaat konkrit bagi anggotanya.

Dalam upaya menjaga relevansi GNB, Dr. Djumala, yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Presiden Jokowi, juga menyarankan bahwa Indonesia bersama-sama dengan pendiri GNB dapat mempromosikan Memory of the World UNESCO-PBB yang diberikan kepada arsip Pidato Bung Karno di PBB, New York,  pada 1960 dan arsip KTT Pertama GNB di Beograd, 1961. 

“Negara-negara pendiri GNB, Mesir, India, Serbia, Ghana dan Indonesia, dapat bekerjasama menggunakan penghargaan Memory of the World itu sebagai “tools of diplomacy” dalam upaya menjaga nilai dan spirit perjuangan GNB dan relevansinya dalam pergaulan antar-bangsa dewasa ini. Dunia sudah mengakui universalitas nilai perjuangan GNB. Tinggal kini negara pendiri GNB yang harus terus menggaungkan perjuangan GNB itu agar  tetap relevan  dalam konstelasi global yang sudah berubah saat ini”,   pungkas Dr. Djumala.

Artikel Terkait