Jakarta, INDONEWS.ID – Jelang peringatan Hari Pahlawan Nasional yang dirayakan pada 10 November 2025, Lembaga Seni Budaya Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta, menggelar pementasan bertema ”Darah Sang Surya, Mengalir di Tubuh PETA” di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini Raya 73, Jakarta Pusat, Selasa (4/11/2025).
Pada episode ini, pementasan mengambil cerita tentang Jenderal Soedirman. Pagelaran ini juga disuguhkan dalam rangka menyambut Milad Muhammadiyah ke-113 tahun, pada 18 November 2025.
Ratusan penonton telah memenuhi gedung teater sejak sore hingga malam. Pementasan yang disutradari oleh Prof. Dr. Imamuddin S. Bumiayu, MM, M.Sc. itu dilakukan sebanyak dua kali yaitu pukul 13.30 WIB dan 19.30 WIB.

Tokoh, pengamat, penikmat seni, dan para undangan sangat antusias mengikuti pementasan tersebut. Perlu diketahui, hanya ada 3 Jenderal Besar di Indonesia yaitu Jenderal Soedirman, Jenderal Abdul Haris Nasution dan Jenderal Soeharto.
Pertunjukan drama kebangsaan episode Jenderal Besar Soedirman ini dihadiri oleh Ketua PWM DKI Dr. Akhmad Abu Bakar, Prof. Dr. Agus Suradika, Prof. Imam Bumiayu, Dr. Lelly Qodariyah. Yang menarik Dr. Ahmad Abu Bakar, Ketua PWM DKI Jakarta, juga turut memerankan sosok Jenderal Besar Soedirman dalam teater ini.
Salah satu tokoh undangan yang hadir yakni Ismeth Wibowo, cucu dari Pahlawan Nasional, Ir. Djuanda Kartawidjaja, Perdana Menteri Indonesia yang terakhir sekaligus Menteri Pertama yang pertama dan terakhir.
Ismeth mengatakan bahwa pertunjukan drama kebangsaan "Darah Sang Surya Mengalir di Tubuh PETA ini menghidupkan semangat Jenderal Besar Soedirman.
”(Pertunjukan) ini menghidupkan semangat beliau dan menjadi bukti nyata dukungan penuh terhadap kegiatan seni yang syarat akan nilai perjuangan dan pendidikan karakter bangsa,” kata Ismeth yang merupakan cucu Ir Djuanda, yang pernah menjabat sebagai Pejabat Presiden RI dikala Presiden Pertama RI Bung Karno dinas ke luar negeri itu.

Sandiwara Kebangsaan ”Sang Surya Di Atas Lautan”
Sebelumnya, pada 26 November 2024, LSB PWM DKI Jakarta juga menggelar Sandiwara Kebangsaan ”Sang Surya Di Atas Lautan”. Pertunjukan ini mengangkat kisah hidup Jenderal TNI Tituler Ir. H. Djuanda, Perdana Menteri terakhir Indonesia, seorang kader Muhammadiyah yang berjuang tanpa pamrih dalam perjalanan hidupnya.
Juga dipertunjukkan, Ir. Djuanda merupakan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang pertama. Pemerintah menegaskan bahwa kereta api merupakan moda transportasi yang sangat bermanfaat bagi rakyat, karena itu pembangunannya akan terus dilanjutkan dan dimodifikasi ke depan.
Terbaru, Presiden Prabowo Subianto dalam peresmian Stasiun Tanah Abang Baru, pada Selasa (4/11/2025) kemarin, menegaskan pemerintah berkomitmen kuat mendukung pembangunan dan kebersihan seluruh Stasiun di Tanah Air.
Kepala Negara juga menyetujui tambahan dana Rp. 5 trilyun untuk memperluas pembangunan jaringan perkeretaapian nasional dan mendukung operasional kereta logistik serta Kereta Khusus Petani dan Pedagang yang sedang disiapkan PT Kereta Api Indonesia.
Ir. H. Djuanda dan Jenderal Besar Soedirman adalah Pahlawan Nasional yang juga kader Muhammmadiyah. Muhammadiyah menjadi salah satu gerakan yang turut menjadi bagian dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya merdeka dalam definisi lepas dari kolonialisme, tetapi juga merdeka dari kebodohan dan ketidakadilan.

Muhammadyah memiliki 23 Pahlawan Nasional yaitu: K.H. Ahmad Dahlan, Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan), Soekarno, Fatmawati, Jenderal Besar Soedirman, Soetomo, H. Agus Salim, Mas Mansur, Djuanda Kartawidjaja, Haji Fachroedin, Otto Iskandar Dinata, Andi Sultan Daeng Radja, Teuku Muhammad Hasan, Adam Malik, Buya Hamka, Ki Bagus Hadikusumo, Nani Wartabone, Lafran Pane, A.R. Baswedan, Gatot Mangkupraja, Letkol Mohammad Sroedji, Abdul Kahar Muzakkir dan Kasman Singodimedjo.
Pada sesi latihan, Sutradara Prof. Dr. Imamuddin S. Bumiayu mengatakan pentingnya ketelitian dan kesungguhan dalam setiap detail pementasan.
“Soedirman itu simbol keteguhan. Pangkatnya naik bukan karena jabatan, tapi karena semangat perjuangan. Maka setiap aspek, dari karakterisasi hingga kostum, harus mencerminkan nilai itu,” ujar Prof. Dr. Imamuddin.
Dia juga mengingatkan agar setiap pemain memahami konteks sejarah dengan cermat, termasuk detail kecil seperti penggunaan atribut dan perlengkapan yang sesuai masa pendudukan Jepang.
Melalui pementasan “Darah Sang Surya Mengalir di Tubuh Peta”, LSB PWM DKI Jakarta ingin menghadirkan karya seni yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan dan nasionalisme yang diwariskan oleh Djenderal Soedirman.
Dengan dukungan seluruh elemen, mulai dari sutradara, pemain, hingga jajaran pimpinan Muhammadiyah, pertunjukan ini diharapkan menjadi salah satu pementasan teater paling berkesan tahun ini di Jakarta.
“Kami ingin seni menjadi jalan dakwah dan pendidikan karakter,” ujarnya.
“Lewat teater ini, generasi muda bisa belajar bahwa semangat juang Soedirman tak pernah padam,” pungkasnya. *