Jakarta, INDONEWS.ID - Adanya tudingan bahwa kejadian teroris di Surabaya merupakan sebuah `kecolongan` dari parat keamanan. Dibantah keras oleh pengamat intelejen dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi.
Menurut Fahmi, tudingan itu menyederhanakan masalah. Sebab yang dihadapi adalah sel-sel mikro yang jumlahnya sangat banyak dan identifikasinya tak mudah. Karena itu, masyarakat harus fair juga melihat bahwa, upaya-upaya penindakan terus dilakukan.
"Bahwa masih ada aksi yang bisa mereka lakukan, tentu itu karena memang tak mungkin bisa diprediksi secara akurat kapan dan dimana pelaku akan beraksi," kata Fahmi kepada INDONEWS,, Senin (14/5/2018).
Fahmi menilai, jika masyarakat mau mengkritik, maka kritiklah soal upaya pencegahan. Karena saat ini belum ada upaya pencegahan secara komprehensif dan konstruktif yang sukses dilakukan.
"Sudah belasan tahun kita hidup bersama teror ini. Upaya deradikalisasi yang dibangga-banggakan itu nyatanya belum bisa mengubah wajah kantong-kantong tradisional jaringan teror," ujarnya.
Fahmi mengatakan, mengusut tuntas sampai ke akar mestinya tak sekadar ditafsirkan sebagai pengungkapan jaringan hingga ke sel-sel terkecil. Tapi juga mengurai akar persoalannya dan menghadirkan solusi. "Itulah bentuk negara hadir yang semestinya,"ungkapnya.
Lebih lanjut Fahmi menjelaskan, rantai amarah, kebencian dan dendam memang harus diputus. Kesenjangan sosial, ketidakadilan, pemiskinan dan pembodohan juga harus diakhiri. Jika tidak, kekerasan dan ekstremisme akan terus beranak pinak. Entah atas nama agama, atau ideologi lainnya.
Fahmi mengaku, hal Itu memang tantangan penegakan hukum saat ini. Tapi memberangus dengan mengancam demokrasi juga bukan langkah yang bisa didukung.
Fahmi menilai, saat ini masyarakat butuh rasa aman. Setidaknya keyakinan bahwa semua komponen bangsa memiliki pemahaman yang sama bahwa teror tak boleh lagi hadir.
"Ini bukan saatnya berburuk sangka, menyalahkan atau menuding satu sama lain. Bagaimanapun, umat dan rakyat harus dilindungi dari teror apapun alasannya," jelasnya.(hdr)