INDONEWS.ID

  • Selasa, 02/07/2019 08:30 WIB
  • Hoax Cabai Magetan Terserang Penyakit, Tim Kementan Turun Tangan

  • Oleh :
    • tirto prima putra
Hoax Cabai Magetan Terserang Penyakit, Tim Kementan Turun Tangan
Tim Kementan melakukan kroscek berita hoax cabai Magetan

Jakarta, indonews.id - Para petani cabai di Desa Nitikan dan Pacalan Kecamatan Plaosan Magetan akhirnya bisa bernafas lega. Berkat kesigapan tim yang diterjunkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementan, bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Dinas Pertanian Magetan, Petugas Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan PPL setempat, berhasil mengidentifikasi akar penyebab serangan penyakit terhadap tanaman cabai di daerah tersebut.

"Arahan Pak Mentan Amran memang kita semua harus gerak cepat terjun lapangan, sigap ke petani, kapanpun dan dimanapun, karena petani kerja juga tidak kenal hari libur," demikian dikatakan Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Hortikultura, Moh Ismail Wahab di Jakarta, Selasa (2/7/2019).

Baca juga : Kampung Inovasi Subang, Langkah Nyata IPB dalam Pemenuhan Pangan

Sementara itu, Sujono, ketua kelompoktani Niti Mulyo mengakui, para petani di daerahnya banyak yang mempraktikkan cara membuahkan kembali tanaman cabai yang sudah tua. Harapan cabai bisa berbuah kembali dengan biaya yang minimal dengan prediksi ada hujan.

"Lha itu lahan dari tanaman cabai sudah tua, apkir, hanya sekitar 3 ribuan meter. Wajar kalau kena jamur dan beluk. Lagipula tanaman memang mau dibongkar dan akan ditanamai lagi. Wong sudah panen 13 sampai 21 kali," ujarnya.

Baca juga : PJ Bupati Maybrat Gelar Buka Puasa Bersama, Hadirkan Dr. Indah Megawati dari Kementan RI

Sujono menyayangkan pemberitaan sebelumnya yang tidak sesuai fakta. Padahal lahan terserang tersebu, luasnya sempit yakni hanya ribuan meter saja, terserang karena tanaman apkir.

"Yang diberitakan itu tidak jelas, lahan tanaman siapa, yang diwawancara juga beda, yang masuk berita nama petani juga beda," kata Sujono.

Baca juga : Pj Bupati Maybrat Bahas Pengembangan Pertanian dengan Direktur Pembiayaan Pertanian, Kementerian Pertanian

Perlu diketahui, dalam pemberitaan dan medsos kemarin, tertulis nama petaninya Tukiran, padahal yang benar petani yg diwawancarai bernama Sarkan. Padahal, Sarkan bukan petani tapi pekerja di lahan milik orang lain.

"Lahan yang di medsos itu milik pak agus. Luas lahan 2.500 meter dengan jumlah tanaman 4.500 batang, kok di medsos simpang siur gitu ya," ucap Sujono.

Koordinator POPT Kabupaten Magetan, Sumarlan mengatakan hasil pengamatan yang dilakukan pihaknya di Desa Nitikan dan Pacalan, serangan virus terhadap tanaman cabai prosentasenya sangat rendah dan tidak sampai meluas. Faktanya tak lebih dari 1% (yang terserang virus), hanya pada luasan 0,2 hektaran atau sekitar 3.400 an batang cabai keriting. 

"Padahal satu kecamatan Plaosan luas lahan cabai mencapai 6.488 hektar. Jadi sangat kecil sekali yang terserang. Tak sampai berhektar-hektar di tiga desa terserang semua seperti yang diberitakan. Ngawur itu beritanya," katanya.

Menurut Sumarlan, beberapa tanaman memang ada yang terkena gangguan jamur tapi itu hanya sedikit. Penyebab serangan virus dan jamur pada cabai karena petani tidak serempak waktu tanamnya. Selain itu cara budidaya cabai dinilaianya masih asal-asalan, semaian benih sudah terinfeksi virus serta baby bag yang tidak dilepas saat tanam sehingga menyebabkan perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman terganggu.

"Penggunaan pestisida juga cenderung asal, karena petani rata-rata belum bisa membedakan antara hama, penyakit,atau fungi atau jamur. Semua disamaratakan. Yang terjadi bukannya menekan malah membuat hama penyakit makin kebal," terangnya.

"Waktu ada air, petani menggunakan sistem 'leb' dengan drainase yang kurang baik sehingga tanah menjadi lembab dan rentan ditumbuhi jamur," imbuh Sumarlan.

Kasubdit Cabai dan Sayuran Buah Ditjen Hortikultura, Mardiyah Hayati menyarankan agar para petani bisa memperbaiki tatacara budidaya cabai yang baik dan benar. Penting sekali petani menerapkan manajemen tanaman sehat, yaitu mulai dari benih sehat, bebas hama dan penyakit dan diseleksi sebelum ditanam. 

"Coba lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan satu famili. Jangan menanam cabai terus-terusan nyambung dengan cabai lagi atau tomat," kata Mardiyah. 

"Pengairan sebaiknya pakai sistem kocor. Pucuk tunas sebaiknya dipotong sebelum benih dibawa ke lapang untuk mengurangi vektor penyakit atau hama," tambahnya.

Artikel Terkait
Kampung Inovasi Subang, Langkah Nyata IPB dalam Pemenuhan Pangan
PJ Bupati Maybrat Gelar Buka Puasa Bersama, Hadirkan Dr. Indah Megawati dari Kementan RI
Pj Bupati Maybrat Bahas Pengembangan Pertanian dengan Direktur Pembiayaan Pertanian, Kementerian Pertanian
Artikel Terkini
Didik J Rachbini: Gagasan Menyatukan Anies dan Ahok di Pilgub Jakarta Eksperimen yang Baik dan Berani
Menkes Ungkap Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting
Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas