INDONEWS.ID

  • Jum'at, 05/07/2019 16:30 WIB
  • Seminar di Akmil Magelang: Radikalisme dan Radikalisasi 4.0

  • Oleh :
    • very
 Seminar di Akmil Magelang: Radikalisme dan Radikalisasi 4.0
Pengamat politik dari President University AS Hikam. (Foto: channel indonesia)

 

Oleh: Muhammad AS Hikam *)

Baca juga : JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim

Alhamdulillah agenda menghadiri seminar di Akademi Militer (Akmil) Magelang  pada hari ini (4/07/19) terlaksana dengan baik dan lancar. Temanya memang rada "berat" bagi saya karena terkait dengan isu yang lagi trendy saat ini serta prodi yang punya gawe, yakni "Industri 4.0." Namun karena saya kebagian sub tema Ketahanan Nasional dan isu ancaman radikalisme, maka bisa menyesuaikan.

Dari seminar ini muncul istilah baru: Radikalisme dan Radikalisasi 4.0 (RR 4.0) yang berciri: cepat, meluas, tak kasatmata, dan sulit untuk dideteksi serta dibendung dengan cara cara konvensional belaka.

Baca juga : Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia

RR 4.0 sangat dipengaruhi oleh globalisasi dan perkembangan  teknologi informasi yang dimanfaatkan dengan efeltif untuk penyebaran ideologi dan gerakan radikal di seluruh dunia, termasuk tapi tak terbatas kepada RI.

Penetrasi dan infiltrasi radikalisme di Indonesia saat ini bukan hanya terjadi di kalangan masyarakat sipil tetapi juga di kalangan aparat negara, termasuk TNI, Polri, ASN, BUMN, dan PTN. Fakta keras inilah yang mengharuskan kita untuk tidak pernah meremehkan bahaya yang terang dan hadir (a clear & present danger) yang sedang dan akan dihadapi bangsa dan negara di masa kini dan depan.

Baca juga : Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem

Bangsa kita, termasuk generasi muda TNI, harus mengetahui dan menyadari sejak dini tugas ini. Apalagi merekalah yang akan menjadi pembawa amanat konstitusional sebagai komponen utama pertahanan dan keamanan negara. Jelas bahwa TNI harus semakin meningkatlan kapasitasnya dalam bidang penguasaan teknologi masa depan. Namun selain itu juga diharuskan semakin memahami pentingnya inovasi dalam menyikapi dinamika masyarakat pasca-modern yang seringkali tidak ditemukan refrensinya pada masa sebelumnya.

Kemampuan inovasi inilah yang semestinya juga dijadikan salah satu target dalam pembangunan SDM oleh Pemerintah. Dalam konteks menghadapi dan mengantisipasi bahaya radikalisme dan radikalisasi dalam masyarakat dan kehidupan berbangsa, SDM inovatif akan mampu mendeteksi secara dini dan bahkan memprediksi serta membuat skenario-sknario responsif.

Kemampuan meningkatkan daya inovatif tidak selalu harus menggunakan sumber dari luar, tetapi juga menggali "local knowledge and wisdom" dan menjadikannya sebagai bagian bahan. Kemampuan para pendiri bangsa merumuskan filosofi dan ideologi negara Pancasila merupakan salah satu buktinya. Kita sebagai generasi penerus wajib hukumnya untuk memperdalam dan memerluas dalam konteks kekinian dan masa depan.

Gabungan dan sinergi antara pembaharuan atau modernitas dan kesinambungan khazanah budaya akan memberikan warna tersendiri dan juga kualitas tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pada gilirannya ketahanan nasional akan sangat terbantu, termasuk ketika nenghadapi ancaman radikalisme dan radikalisasi seperti saat ini.

*) Muhammad AS Hikam adalah pengamat politik dari President University 

Artikel Terkait
JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim
Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia
Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem
Artikel Terkini
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Apresiasi Farhan Rizky Romadon, Stafsus Kemenag: Kita Harus Menolak Tindak Kekerasan
Puspen Kemendagri Berharap Masyarakat Luas Paham Moderasi Beragama
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas