INDONEWS.ID

  • Kamis, 03/10/2019 18:15 WIB
  • Indonews Adakan Seminar Bertema Muara Unjuk Rasa: NKRI Mau Dibawa Ke Mana

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Indonews Adakan Seminar Bertema Muara Unjuk Rasa: NKRI Mau Dibawa Ke Mana
Foto: Ka-Ki) Analis Ekonomi Politik Christianto Wibisono, Analis Pertahanan dan Militer, Connie Rahakundini, Pengamat Intelijen, Suhendra Hadikuntono, dan Pengamat Sosial Politik dan Pegiat Media Sosial, Rudi S Kamri, serta Pemimpin Redaksi Indonews.id, Asri Hadi selaku moderator acara dalam seminar bertema “Muara Unjuk Rasa: NKRI Mau Dibawa Ke Mana?” bertempat di Balai Sarwono, Jl. Madrasah No. 14, Kemang, Jakarta Selatan, Kamis, (3/10/19)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kegaduhan dan gelombang aksi unjuk rasa akhir-akhir ini menjadi dinamika dalam perjalanan bangsa Indonesia yang harus dibaca dari beragam sudut pandang. Aksi demontrasi di tanah Papua yang telah menelan korban meninggal dunia yang tak sedikit membekas luka yang dalam di hati setiap anak negeri.

Adanya gelombang aksi unjuk rasa yang terjadi hampir secara serentak dan merata di seluruh pelosok negeri, belum lagi rentetan aksi di gedung MPR/DPR RI dan Istana yang dilakukan secara berturut-turut adalah sederet persoalan nasional yang tidak bisa disepelekan. Artinya, membutuhkan perhatian lebih dari setiap komponen dan elemen bangsa.

Baca juga : Upaya Merawat Negeri, NKRI Mau Dibawa Ke Mana

Adakah arus besar yang sedang memaksakan kehendak dari kelompok tertentu yang berseberangan dengan Pemerintah untuk berkuasa? Apa motif yang melatarbelakangi peristiwa ini? Siapa yang design?

Merespon situasi dan peristiwa nasional yang disebutkan, INDONEWS.ID sebagai wadah yang selalu konsen dan prihatin atas situasi dan kondisi sosial politik bangsa, merasa terpanggil untuk membedah setiap peristiwa bangsa ini dari beragam sudut pandang.

Seminar Kebangsaan yang mengambil tema “Muara Unjuk Rasa: NKRI Mau Dibawa Ke Mana?” bertempat di Balai Sarwono, Jl. Madrasah No. 14, Kemang, Jakarta Selatan, Kamis, (3/10/19) dan menghadirkan para pembicara yang ahli di bidangnya.

Baca juga : Muara Unjuk Rasa, NKRI Mau Dibawa ke Mana?

Para ahli itu antara lain, analis Ekonomi Politik, Christianto Wibisono, Analis Pertahanan dan Militer, Connie Rahakundini, Pengamat Sosial Politik dan Pegiat Media Sosial, Rudi S Kamri, dan Pengamat Intelijen, Suhendra Hadikuntono serta Pemimpin Redaksi Indonews.id, Asri Hadi selaku moderator acara.

Seminar ini juga dihadiri berbagai elemen masyarakat yang peduli dengan nasib bangsa Indonesia ke depannya, para akademisi, aktivist, dan rekan-rekan media. Hadir juga founder selaku Pemimpin Umum Indonews.id, Rio Sarwono di mana, dalam kesempatan itu, Ia memberikan kata sambutannya.

Baca juga : Himbauan Sri Mulyani untuk Para Pejabat Kemenkeu Patut Diapresiasi

Pengamat Sosial Politik Rudi S Kamri dalam pemaparannya mengatakan kegaduhan yang terjadi selama ini memiliki tujuan khusus yakni dari kelompok tertentu seperti mafia migas, kelompok bekas orde baru dan lain sebagai yang berupaya melengserkan Jokowi dengan memanfaatkan letupan-letupan kecil ini.

Maka dari itu, lanjut Rudi, dirinya menyarankan Presiden agar membentuk tim untuk menyusun pasal-pasal ini untuk mendapatkan gambaran besar, sehingga presiden memperoleh gambaran utuh atas kasus dan kegaduhan yang terjadi akhir-akhir ini,"

"Beruntungnya, para pengawal Jokowi cukup kuat mengawal pemerintahan ini, sehingga sampai saat ini pemerintah Jokowi masih aman terkendali," ujar Rudi.

Hal senada juga disampaikan Pengamat Ekonomi Politik Christianto Wibisono. Ia mengatakan ada persengkokolan para elit dan politisi yang men-design aksi-aksi ini untuk mengulang kembali sejarah kelam masa lalu bangsa ini, rincinya sejarah 1966 dan 1968.

Menurutnya, skenario ini persis adalah daur ulang mirip penolakan laporan pertanggung jawaban Habibie yang berdampak pada pengunduran diri Habibie.

"Seperti penolakan BEM atas gesture Presiden menerima di Istana, Persis seperti kala Mayjen Soeharto menolak Presiden Sukarno ke Halim 1 Oktober 1965," kata Christianto.

Pengamat Intelijen, Suhendra Hadikuntono dalam penjelasannya mengatakan masalah pokok soal koflik selama ini adalah terletak pada masalah komunikasi pada tim intelijen. Peran inteligen saat ini tidak kuat.

Soal kasus-kasus selama ini, ia mencotohkan bagaimana peran intelijen ketika Indonesia berkonflik dengan Vietnam yang telah melakukan pelanggaran HAM terhadap orang-orang Indonesia di Vietnam. Kasusnya terselesaikan dengan senyap.

"Naluri Inteligen itu harus diasah. Saya berharap Presiden sudah paham dan juga bisa merasakan bahwa tanpa kemampuan unit intelijen yang kuat bisa mengancam stabilitas keamanan negara," ungkap Suhendra.

Sementara itu, Pengamat Pertahanan dan Militer, Connie Rahakundini mengatakan aksi-aksi selama ini merupakan wujud dari perang masa depan yakni peran media sosial. Maka dari itu, untuk menyelesaikannya tidak bisa dengan cara turun ke jalan.

Pemerintah, terutama TNI, harus membuat strategi dengan mengalokasikan anggaran besar dalam mengantisiapsi perang masa depan atau peran modern seperti yang terjadi beberapa pekan terakhir"

"Ancaman terbesar dari bangsa ini adalah mis-informastion dan propaganda sosial media. Sosial media itu paling berbaya," terang Connie.*(Rikardo)

 

Artikel Terkait
Upaya Merawat Negeri, NKRI Mau Dibawa Ke Mana
Muara Unjuk Rasa, NKRI Mau Dibawa ke Mana?
Himbauan Sri Mulyani untuk Para Pejabat Kemenkeu Patut Diapresiasi
Artikel Terkini
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Apresiasi Farhan Rizky Romadon, Stafsus Kemenag: Kita Harus Menolak Tindak Kekerasan
Puspen Kemendagri Berharap Masyarakat Luas Paham Moderasi Beragama
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas