INDONEWS.ID

  • Jum'at, 24/04/2020 20:01 WIB
  • Ekonom Faisal Basri Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 0,2 Persen di Tahun 2020

  • Oleh :
    • Ronald
Ekonom Faisal Basri Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 0,2 Persen di Tahun 2020
Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri. (Foto : istimewa)

Jakarta, INDONEWS.ID - Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri meramal pertumbuhan Ekonomi Indonesia hanya 0,5 persen di tengah-tengah pandemi Virus Corona atau Covid-19.

"Ekonomi Indonesia tumbuh 0,5 persen optimisnya dan pesimisnya minus 0,2-0,25 persen," kata Faisal dalam diskusi virtual bertajuk `Ongkos Ekonomi Hadapi Krisis Covid-19` di Jakarta, Jumat (24/4/2020).

Baca juga : Dampak Perang Iran-Israel Bagi Sejumlah Kebijakan di Dalam Negeri

Angka pertumbuhan tersebut, kata Faisal, sangat layak untuk diramal. Lantaran, kata dia, hingga saat ini pemerintah dinilai tidak memiliki kemampuan untuk mem-backup ekonomi secara nasional.

"Kita juga enggak punya kemampuan untuk mem-backup ekonomi kita. Kita enggak punya kemewahan seperti Amerika," kata Faisal.

Baca juga : Dampak Perang Global, Ini Tantangan Kebijakan Ekonomi ke Depan

Atas ketidakpastian itu pun membuat ongkos penanganan pandemi Covid-19 semakin besar. Sedangkan, Indonesia tidak punya cukup kemampuan untuk menahan agar laju pertumbuhan ekonomi tak merosot tajam.

"Jadi kita tidak pernah tahu sampai puncaknya itu kapan. Dan ongkosnya semakin besar. Dan kita tidak punya kemampuan untuk mem-backup ekonomi kita supaya tidak turun terlalu tajam," jelasnya.

Baca juga : Pemerintah Perlu Lakukan Kebijakan Peningkatan SDM di Bidang Perbankan dan Ekonomi Syariah

Dirinya mengatakan kapasitas untuk tes Covid-19 di Indonesia yang masih kurang dan tak sebanding dengan kebutuhan turut membuat penyebaran sulit dikendalikan sehingga perekonomian tertekan lebih dalam lagi. 

"Kita baru 50 ribu melakukan testing cuma 214 per satu juta penduduk itu yang membuat kita semakin tidak tahu sampai kapan virus ini berlangsung jadi kita sudah kecolongan banyak," ujarnya. 

Bahkan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang diperlebar oleh pemerintah pun tidak otomatis membuat pemerintah punya dana yang cukup untuk memberi stimulus bagi yang terdampak virus Corona.

"Jangan dilihat defisit 5,8 persen sebagai stimulus. Penerimaan anjlok Rp 472 triliun. Tidak ada stimulus sebenarnya kalau dilihat magnitude tambahan dari APBN itu," tandasnya. (rnl)

Artikel Terkait
Dampak Perang Iran-Israel Bagi Sejumlah Kebijakan di Dalam Negeri
Dampak Perang Global, Ini Tantangan Kebijakan Ekonomi ke Depan
Pemerintah Perlu Lakukan Kebijakan Peningkatan SDM di Bidang Perbankan dan Ekonomi Syariah
Artikel Terkini
Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG
Tiga Orang Ditemukan Meninggal Akibat Tertimbun Longsor di Kabupaten Garut
Pimpin Proses Penyiapan dan Percepatan Keanggotaan Indonesia pada OECD, Presiden Joko Widodo Tunjuk Menko Perekonomian sebagai Ketua Tim Nasional OECD
Kemendagri Dukung Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional Melalui Optimalisasi Kebijakan Fiskal Nasional
Kemendagri Dorong Percepatan Pemenuhan Sarana dan Prasarana Pemerintahan di 4 DOB Papua
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas