INDONEWS.ID

  • Senin, 07/12/2020 16:45 WIB
  • Mantan KSAU: Kesulitan Industri Penerbangan Saat Ini Mirip Situasi Pasca Perang Dunia Kedua

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Mantan KSAU: Kesulitan Industri Penerbangan Saat Ini Mirip Situasi Pasca Perang Dunia Kedua
Pemimpin Redaksi Indonews, Drs. Asri Hadi, MA bersama Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 2002-2005, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim (Foto)

Jakarta, INDONEWS.ID - Mantan Kepala Staff TNI Angkatan Udara Chappy Hakim mengatakan industri penerbangan dunia sedang menghadapi kondisi dan situasi sulit mirip dengan kondisi yang terjadinya pasca perang dunia kedua.

"Kesulitan dan situasi covid-19 mirip dengan situasi paska perang dunia kedua, terutama bidang penerbangan," demikian dikatakan Chappy Hakim dalam webinar bertajuk "The Airline Industry After Covid-19 Pandemic" yang digelar CSE Academy.

Baca juga : Masa Depan Pertahanan Telah Memasuki Era Cyber World

Namun demikian, menurut Pendiri Indonesian Center for Air Power Studies terdapat perbedaan yang menyolok terkiat peran International Aviation sebagai Global Air Transportation System.

"Usai perang dunia kedua, ada semangat kebersamaan dalam membangun Global Air Transportation System yang sangat nyata. Sehingga platform visi internasional yang sama memudahkan hubungan udara antar bangsa," tuturnya.

Baca juga : Sambut HUT ke-76, Marsekal Chappy Hakim Kembali Luncuran Buku "Jaga Angkasa" dan "Jaga Nusa Bangsa"

Itulah sebabnya, tambah Chappy Hakim, International Civil Aviation Organization (ICAO) lahir setahun lebih awal dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Sayangnya, sekarang dalam penanggulangan pandemi covid-19, masing-masing negara menerapkan cara dan syarat yang berbeda," ungkap mantan Ketua Tim Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi Nasional ini.

Baca juga : Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia Serahkan Buku ke Museum Jenderal TNI Soesilo Soedarman di Cilacap

Langkah ini, lanjut Chappy Hakim, merupakan suatu mekanisme yang tentunya menyulitkan dalam managemen hubungan udara antar bangsa atau international flight management.

Lebih lanjut Chappy Hakim menambahkan, pandemi covid-19 menyebabkan hilangnya penumpang secara tidak terduga-duga. Semua Airline di dunia mengalami krisis dan sebagian sudah collaps banhkan bangkrut.

"Realitas di lapangan tidak memberikan harapan untuk kembali kepada masa kejayaan industry penerbangan kita seperti pada tahun 2019 dalam waktu dekat," pungkas Chappy Hakim.

Chappy Hakim mengatakan merujuk pada data yang diterbitkan McKinsey & Company sejak 1926, maskapai penerbangan berkontribusi pada 3,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Angka ini diperoleh dari kontribusi langsung dari tiket dan tidak langsung dari pariwisata. Pada tahun 2019 tercatat mencapai 4,5 milliar penumpang dari 100.000 penerbangan komersial setiap hari.

Mantan Penasehat Senior Danona Aqia ini menambahkan, melihat realitas di lapangan, susah untuk meramalkan sampai kapan kesulitan ini berlangsung dan melihat pertumbuhan penumpang yang sangat lambat, kemungkinan akan terjadi hingga 2025.

"Akibatnya, tentu saja menjadi petaka besar bagi karyawan penerbangan di seluruh dunia karena pekerjaan mereka hilang seketika," urai Chappy Hakim.

Namun Mantan Penasehat Badan INACOM ini mengingatkan, bahwa akan muncul the winners dan the losers seperti hukum alam soal ada siang dan ada malam.

"Satu-satunya cara agar industry penerbangan bisa bangkit atau minimal bisa bertahan adalah subsidi pemerintah atau investor siluman. Namun bicara investor siluman pasti akan selalu datang didampingi Zwate Piet (KPK). Jadi harus selalu hati-hati mengelolanya," urai Chappy Hakim.

Mantan Komisaris Utama PT DI ini menegaskan bahwa sejatinya tidak ada maskapai penerbangan yang mampu survive dari turbulensi pandemi covid-19. Jika pun ada, tambahnya, bisa dipastikan ia mendapat talangan dari pemerintah.

Namun, Chappy Hakim memastikan, dalam prakteknya, belum pernah ada invstor atau investor siluman yang mau berinvestasi pada ruang bisnis yang pasti merugi.

"Namun, tentu saja ini adalah fenomena yang jawabannya adalah seperti dikatakan orang Belanda bahwa Indonesia adalah land van alle mogelijkheden atau negara dengan segala kemungkinan," tutup Mantan Ketua PB FASI ini.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait
Masa Depan Pertahanan Telah Memasuki Era Cyber World
Sambut HUT ke-76, Marsekal Chappy Hakim Kembali Luncuran Buku "Jaga Angkasa" dan "Jaga Nusa Bangsa"
Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia Serahkan Buku ke Museum Jenderal TNI Soesilo Soedarman di Cilacap
Artikel Terkini
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Apresiasi Farhan Rizky Romadon, Stafsus Kemenag: Kita Harus Menolak Tindak Kekerasan
Puspen Kemendagri Berharap Masyarakat Luas Paham Moderasi Beragama
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas