INDONEWS.ID

  • Senin, 22/02/2021 09:15 WIB
  • Jejak FISIP UI: Mengenal Sosok Dubes RI untuk ASEAN Ade Padmo Sarwono

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Jejak FISIP UI: Mengenal Sosok Dubes RI untuk ASEAN Ade Padmo Sarwono
Dubes RI untuk ASEAN, Ade Padmo Sarwono (foto: JPN)

Sosok, INDONEWS.ID - Bicara soal tokoh nasional yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Fakultas satu ini punya banyak stoknya.

Banyak tokoh nasional yang kiprah dan kontribusinya sangat besar bagi perjalanan dan pembangunan bangsa dan negara Indonesia ini menumbuhkan idealisme awalnya di kampus yang berlokasi di Depok ini.

Baca juga : Ade Padmo Sarwono Jadi Calon Dubes RI untuk Yordania

Setelah berbagai nama-nama besar diturunkan redaksi selama beberapa pekan terakhir seperti Cosmas Batubara, Puan Maharani, Juwono Sudarshono, Theo L. Sambuaga dan lain-lain, kali ini kita akan menelusri jejak perjalanan dari seorang Duta Besar Ade Padmo Sarwono.

Ade Padmo Sarwono adalah seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Association of South East Asian Nations (ASEAN) yang berkedudukan di Jakarta.

Baca juga : Jejak FISIP UI: Sosok Hediana Utarti, Srikandi Penumpas Kejahatan Perdagangan Manusia

Ia dilantik Presiden Joko Widodo bersama 16 duta besar lainnya untuk negara sahabat di Istana Negara, Jakarta pada Selasa, 20 Februari 2018 lalu.

Pengangkatan para Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI ini tertuang dalam Surat Keputusan Presiden Nomor 30/P Tahun 2018 tentang Pengangkatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.

Dari sejumlah nama yang akan dilantik dan beredar luas beberapa hari terakhir, nama Ade Padmo Sarwono disebutkan akan akan menjadi Duta Besar RI untuk Yordania berkedudukan di Amman. 

Sosok Ade Sarwono

Tidak banyak informasi terkait profil dari sosok bernama lengkap Drs. Ade Padmo Sarwono, MA ini di mesin pencarian google.

Informasi yang diperoleh media ini dari akun LinkeIn menyebutkan Ade Padmo Sarwono diterima di Universitas Indonesia pada 1981 dan lulus pada 1988 dengan mengantongi gelar sarjana International Relation dari Fakultas FISIP UI.

Selanjutnya, pada 1992 ia diterima di International University of Japan dan lulus pada 1994 dengan gelar Master of Arts (MA) bidang International and Affairs.

Karir

Setelah menyelesaikan gelar sarjana International Relation dari FISIP UI pada 1988, dua tahun kemudian ia menjadi Staff Directorate of Diplomatic Facalities di kementerian Luar Negeri RI
selama 1990 hingga 1992.

Karir Ade Padmo Sarwono menanjak setelah menyandang gelar Master of Arts bidang international and Affair di Jepang dengan menjadi
Head of Section for Regional Cooperation Directorate of Asia Pacific, Kementerian Luar Negeri pada 1994 hingga 1995.

Ia lalu ditunjuk menjadi Third Secretary-Second Secretary
Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Afrika Selatan selama 3 tahun 9 bulan sejak Agustus 1995 hingga April 1999 dan berkantor di Pretoria Area, Afrika Selatan.

Karirnya terus menanjak ketika ditunjuk menjadi Head of Section for Humanitarian Issues Directorate of International Organizations, Kementerian Luar Negeri Indonesia pada 1999 hingga 2001.

Padmo Sarwono kemudian menjadi Second Secretary - First Secretary
Permanent Mission of Indonesia to the UN and other intenational organizations in Geneva selama 4 tahun sejak 2001 hingga 2005.

Selanjutnya, Ia menjadi Deputy Director for ASEAN Political Cooperation Directorate General of ASEAN Cooperation, Ministry of Foreign Affairs of Indonesia selama 2005 hingga 2008.

Pada 2008 hingga 2012, Ia menjadi Director for ASEAN Political and Security Cooperation Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia.

Pada 2012, Ade Padmo Sarwono dikirim ke Darwin Asutralia setelah dipercayakan menjadi Consul/Head of Mission Consulate of the Republic of Indonesia. Jabatan itu dipegangnya hingga 2014.

3 tahun berikutnya, Ia bertugas di Perth, Australia dengan menjabat sebagai Consul General/Head of Mission Consulate General of Republic of Indonesia selama 2014 hingga 2017.

Padmo Sarwono kembali ke Indonesia sebagai Official di Kementerian Luar Negeri RI selama 2 bulan sebelum ditunjuk Presiden Jokowi menunjuknya menjadi Duta Besar.

Ade Padmo Sarwono akhirnya menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Association of South East Asian Nations (ASEAN) yang berkedudukan di Jakarta sejak 2018 hingga saat ini.

Butir Pemikirannya

Ketika menjadi Konsul Jenderal (Konjen) RI untuk Australia Barat, Ade Padmo Sarwono mengapresiasi cara pintar Kemenpar dalam menggaet pasar yacht atau perahu pesiar Australia. Negeri Kanguru adalah pasar marine tourism yang sangat besar.

Kota-kota di Aussie yang terkenal dan maju, selalu di tepi laut, punya pantai, dan warganya hobi dengan bahari.

“Karena itu, cara promosi Wonderful Indonesia for Yachter Community Australia 2016 itu sangat efektif,” kata Ade Padmo Sarwono.

Tentu, ade tak asal bicara. Karena faktanya, ada ribuan yachts yang betebaran di Darwin, Perth, Sydney, Melbourne, Adelaide, Brisben, dan kota-kota pesisir lainnya.

“Lihat saja di semua kota pesisir itu, banyak sekali marina atau pangkalan yacht di dermaga yang airnya tenang,” ungkapnya.

Selama ini, kaum jetset Australia itu banyak yang datang ke Indonesia menggunakan Yacht. Namun parkirnya di Singapore.

“Promosi di Yachter Community Australia itu sangat mengena. Apalagi langsung ke Hillarys Yacht Club, Mandurah Offshore Fishing and Sailing Club serta Geraldton Yacht Club. Komunitas-komunitas tadi punya ribuan anggota. Bayangkan efeknya,” tambah Ade.

Potensi pemasukan dari wisata Yacht memang tergolong sangat besar. Saat komunitas yacht tiba di satu destinasi, maka yang mereka dilakukan adalah berbelanja – spending of money--. Sekedar gambaran, satu yacht itu rata-rata menghabiskan Rp 1 miliar untuk sailing.

Dan Indonesia, sangat mungkin bisa menggaet ribuan yacht tiap tahunnya mengingat letak geografis yang sangat strategis. Indonesia ada di antara dua samudera besar.

Itu artinya, cirvum navigasi dunia yang diperkirakan melibatkan lebih dari 10 ribu kapal, sangat tergantung dengan Indonesia. Terutama Indonesia Timur yang coral-nya merupakan dua per tiga dari terumbu karang dunia.

Dan sekarang, birokrasi sandar ke beragam pelabuhan di Indonesia tak lagi seruwet dulu. Saat ini, sudah ada Peraturan Presiden105/2015 yang memayungi pengurusan dokumen CIQP (custom, immigration,quarantine, port) di 18 pelabuhan.

Ke-18 pelabuhan sebagai titik keluar-masuk perahu pesiar yang diatur dalam Perpres tersebut adalah: Sabang (Aceh), Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), Nongsa Point Marina (Batam), Banda Bintan Telani (Bintan), Tanjung Pandan, (Belitung), Sunda Kelapa dan Ancol (Jakarta), Tanjung Beno (Bali), Tenau (Kupang), serta Kumai (Kotawaringin Barat). Selain itu, Tarakan, Nunukan (Bulungan), Bitung, Ambon, Saumlaki (Maluku Barat), Tual (Maluku Tenggara), Sorong, dan Biak. Tinggal urus secara online, semua langsung clear dalam hitungan jam.

Belum lagi kehadiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 104 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan (BVK) untuk 169 negara. BVK itu juga mencakup Australia.

“Sudah ada banyak respon positif yang saya tangkap saat promosi Wonderul Indonesia, 21-25 Maret 2016. Mayoritas komunitas menyambut baik regulasi baru soal kemudahan bagi para pemilik kapal untuk berlayar ke perairan Indonesia. Ke depan, saya yakin komunitas Yacht Australia akan semakin banyak berlayar ke perairan Indonesia," papar Ade.*

Profil Singkat: 

Nama Lengkap: Drs. Ade Padmo Sarwono, MA

Master of Arts (MA)International Relations and Affairs International University of Japan 1992 - 1994

International Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI)1981 - 1988


Karir:

Permanent Mission of Republic of Indonesia to ASEAN 2018 - Sekarang

Official Ministry of Foreign Affairs of Indonesia
2018 - 2018

Consul General/Head of Mission Consulate General of Republic of Indonesia 2014 - 2017

Consul/Head of Mission Consulate of the Republic of Indonesia
2012 - 2014

Director for ASEAN Political and Security Cooperation Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia
2008 - 2012

Directorate General of ASEAN Cooperation, Ministry of Foreign Affairs of Indonesia 2005 - 2008.

Second Secretary - First Secretary Permanent Mission of Indonesia to the UN and other intenational organizations in Geneva
2001 - 2005.

Head of Section for Humanitarian Issues Directorate of International Organizations, Ministry of Foreign Affairs of Indonesia 1999 - 2001.

Third Secretary-Second Secretary Embassy of the Republic of Indonsia to South Africa 1995 - 1999

Head of Section for Regional Cooperation Directorate of Asia Pacific, Ministry of Foreign Affairs 1994 - 1995

Staff Directorate of Diplomatic Facalities
1990 - 1992.*(Rikard Djegadut).

 

Artikel Terkait
Ade Padmo Sarwono Jadi Calon Dubes RI untuk Yordania
Jejak FISIP UI: Sosok Hediana Utarti, Srikandi Penumpas Kejahatan Perdagangan Manusia
Artikel Terkini
Menkes Ungkap Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting
Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Apresiasi Farhan Rizky Romadon, Stafsus Kemenag: Kita Harus Menolak Tindak Kekerasan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas