INDONEWS.ID

  • Kamis, 18/03/2021 23:15 WIB
  • SUDRA: Kebijakan Impor Beras Sangat Tidak Tepat

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
SUDRA: Kebijakan Impor Beras Sangat Tidak Tepat
Analis Kebijakan Publik dari Sudut Demokrasi Research & Analysis (SUDRA), Afditya Iman Fahlevi (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pemerintah akan melakukan kebijakan impor beras sebanyak 1 juta ton pada tahun ini. Kebijakan ini diklaim sebagai upaya untuk menjaga stok beras nasional.

Analis Kebijakan Publik dari Sudut Demokrasi Research & Analysis (SUDRA), Afditya Iman Fahlevi menegaskan bahwa upaya kebijakan impor beras di tengah panen raya adalah keputusan yang kurang tepat.

Baca juga : Terus Mengabdi untuk Masyarakat, Brigjen TNI (Purn) Yusep Sudrajat Matangkan Langkah Menuju Senayan

"Keputusan yang tidak masuk akal. Padahal produksi beras kita meningkat. Beras kita surplus tiba-tiba masuk jutaan ton beras impor di tengah panen raya," kata Afditya di Jakarta, Kamis (18/3/2021).

Di tengah panen raya petani, kata Adit, sapaan akrabnya, sebaiknya pemerintah membantu petani untuk memperluas kapasitas penyerapan padi.

Baca juga : OTT KPK Terhadap Hakim Agung Menghancurkan Peradaban Hukum

"Kita berharap pemerintah bisa mengevaluasi kebijakan ini serta mampu merasakan dan memahami tiap tetes keringat para petani kita," ujar alumni S2 Universitas Nasional ini.

Afditya yang juga lulusan Univesitas Bung Karno ini mensinyalir, kebijakan impor beras dilakukan bukan dalam rangka persoalan ekonomi melainkan adanya indikasi upaya politik yang dirumuskan dalam sebuah kebijakan.

Baca juga : Ini Keuntungan bagi Kedua Negara! Dubes Herry Sudradjat bersama Pemerintah Mozambique Resmikan Indonesia Mozambique Business Council

"Bisa disinyalir, kebijakan ini bukan persoalan ekonomi melainkan juga persoalan politik yang dirumuskan dalam kebijakan negara," ungkapnya.

Menurutnya, jika memang impor harus dilakukan, baiknya berdasarkan kebutuhan yang riil, bukan dalam rangka pemburuan rente (rent-seeking). Celah ini, kata dia, sulit dihindari bila memang kebijakan ini benar terjadi.

"Kebijakan ekonomi yang hanya menguntungkan kaum elit dan merugikan rakyat adalah wujud nyata dari pola-pola dari institusi politik dan ekonomi ekstraktif, memperkaya segelintir orang tetapi menyengsarakan banyak jiwa," tegasnya.*

Artikel Terkait
Terus Mengabdi untuk Masyarakat, Brigjen TNI (Purn) Yusep Sudrajat Matangkan Langkah Menuju Senayan
OTT KPK Terhadap Hakim Agung Menghancurkan Peradaban Hukum
Ini Keuntungan bagi Kedua Negara! Dubes Herry Sudradjat bersama Pemerintah Mozambique Resmikan Indonesia Mozambique Business Council
Artikel Terkini
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Akses Jalan Darat Terbuka, Pemerintah Kerahkan Distribusi Logistik ke Desa Kadundung
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas