Nasional

Reshuffle Jilid IV, Jokowi Membangun Basis Kekuatan Alternatif

Oleh : indonews - Rabu, 17/01/2018 11:01 WIB

Stanislaus Riyanta, analis intelijen, alumnus Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia, saat ini sedang menempuh studi Doktoral di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. (Foto: Ist)

Oleh: Stanislaus Riyanta*)

INDONEWS.ID - Joko Widodo akhirnya kembali melakukan perombakan kabinet dan pejabat setingkat Menteri untuk keempat kalinya. Menteri Sosial Khifofah Indar Parawansa yang maju pada Pilkada Jawa Timur diganti oleh tokoh senior Idrus Marham. Kepala Staf Kepresidenan (KSP) dicopot dan digantikan oleh Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar dilantik menjadi Watimpres untuk menggantikan anggota Watimpres yang sudah meninggal dunia, KH Hasyim Muzadi. Selain itu Joko Widodo juga melantik Yuyu Sutrisna sebagai KSAU, mengisi kekosongan yang ditinggalkan Marsekal Hadi, yang menjadi Panglima TNI.

Perombakan kabinet kali ini cukup minimalis tetapi mempunyai implikasi politik yang cukup siginifkan. Pilihan melakukan perombakan yang minimalis diambil oleh Joko Widodo untuk menjaga agar situasi politik tetap stabil. Namun pilihan minimalis tersebut justru terlihat membawa dampak yang cukup siginifikan. Joko Widodo terlihat memberikan porsi kepada Golkar yang cukup besar dengan tetap membiarkan Airlangga menjabat Menteri Perindustrian dan mengangkat Idrus Marham sebagai pengganti Khofifah. Tentu saja hal ini akan dibalas oleh Golkar dengan komitmen kuat untuk mendukung Joko Widodo pada Pemilihan Presiden 2019.

Pengangkatan dua Jenderal Purnawirawan yang berasal dari TNI-AD merupakan sinyal kuat Joko Widodo bahwa keberadaan mereka sangat penting terutama untuk mengimbangi kemungkinan rivalitas yang akan terjadi pada 2019 nanti, mengingat dinamika politik menunjukkan bahwa Prabowo Sbianto dan Gatot Nurmantyo berpeluang menjadi rival Joko Widodo pada 2019 nanti. 

Pengangkatan Moeldoko tentu sangat menarik dicermati. Kebutuhan Joko Widodo untuk memilih cawapres yang berasal dari keluarga besar TNI sangat kuat untuk menjadi kekuatan dalam 2019. Basis suara masyarakat yang menginginkan sosok Presiden atau wakil presiden yang berasal dari TNI masih cukup besar. Pilihan menampilkan Moeldoko dipanggung politik sekaligus untuk menguji kekuatan dan tingkat penerimaan publik terhadap Moeldoko perlu dilakukan. 

Tampilnya Meoldoko sebagai ring satu Joko Widodo bukan kali ini saja. Sebelumnya dalam acara keluarga pernikahan anak Joko Widodo, Moeldoko sudah ditunjuk sebagai wakil keluarga Joko Widodo. Tugas ini tentu tidak akan diberikan kepada sembarang orang. Sinyal-sinyal ini semakin jelas bahwa Moeldoko merupakan salah satu orang yang diperhitungkan oleh Joko Widodo terutama untuk menjadi pendamping pada 2019 nanti.

Joko Widodo terlihat membangun kekuatan baru Golkar dan beberapa purnawirawan TNI yang berpengaruh. Kekuatan ini memang perlu dibangun sebagai penyeimbang kekuatan PDI Perjuangan. 

Kepercayaan yang diberikan oleh Joko Widodo kepada Golkar dan beberapa purnawiraan TNI menunjukkan bahwa ada kekuatan lain yang akan mendukung Joko Widodo selain PDIP sehingga dugaan intervensi PDIP terhadap keputusan Joko Widodo - jika ada - bisa sedikit diredam.

*) Stanislaus Riyanta, pengamat intelijen, mahasiswa Doktoral Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia.

Artikel Terkait