Bisnis

Airlangga Optimistis Kinerja Industri Tetap Tumbuh Positif

Oleh : very - Selasa, 04/12/2018 21:01 WIB

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID -- Menteri Perindustrian merasa yakin bahwa kinerja industri manufaktur tetap tumbuh positif hingga akhir tahun 2018. Hal ini seiring dengan adanya peningkatan produktivitas dan ekspor pada sejumlah sektor strategis.

“Misalnya di industri otomotif, pertumbuhannya masih cukup bagus baik dari segi konsumsi domestik maupun ekspor,” ujar Airlangga Hartarto dalam sambutannya ketika menutup program Co-CLASS angkatan pertama di Jakarta, Selasa (4/12).

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), katanya, tiga sektor manufaktur yang mampu melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,15 persen di triwulan III-2018, yakni industri tekstil dan pakaian yang tumbuh mencapai 10,17 persen, industri makanan dan minuman berada di level 8,10 persen, serta industri alat angkutan tembus 5,37 persen.

“Berdasarkan Making Indonesia 4.0, sektor tersebut akan menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0,” imbuhnya.

Pada periode yang sama, industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar dalam struktur produk domestik bruto (PDB) nasional dengan porsi mencapai 19,66 persen. “Sektor manufaktur kita termasuk yang World Bank, value added manufacture kita berada di peringkat ke-4 dunia,” ungkap Menperin.

Sementara itu, menurut survei Nikkei dan IHS Markit, Purchasing Managers` Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada November 2018 sebesar 50,4. Angka di atas 50 masih menunjukkan level ekspansif. Di tingkat ASEAN, PMI Manufaktur Indonesia menduduki peringkat ke-4 melampaui capaian Thailand (49,8), Malaysia (48,2), dan Singapura (47,4).

Oleh karena itu, pemerintah fokus mendorong industrialisasi di sektor manufaktur dan terus menggenjot program hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.

“Bapak Presiden telah meminta kepada pelaku usaha melakukan industrialisasi dan hilirisasi untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan. Ekspor bahan mentah harus dikurangi secara bertahap,” ujarnya.

Selain dongkrak nilai tambah, hilirisasi industri juga memacu penyerapan tenaga kerja dan penerimaan negara dari ekspor. “Tidak ada satu negara maju di dunia yang tanpa melalui industrialisasi,” imbuhnya. UNIDO juga mengemukakan, Indonesia termasuk dari 4 negara Asia yang memiliki nilai tambah sektor manufakturnya tertinggi di dunia. “Jadi, kita bersama China, Jepang, dan India,” tutur Airlangga. (Very)

 

Artikel Terkait