Bisnis

Wapres JK: Daya Saing Industri Baja Nasional Masih Kalah dari China

Oleh : Mancik - Kamis, 11/07/2019 17:01 WIB

Wakil Presiden RI H. Muhammad Jusuf Kalla.(Foto: Detik.com)

Jakarta,INDONEWS.ID -Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, industri baja nasional Indonesia masih belum bisa bersaing dengan industri baja negara lain terutama China. JK menyampaikan hal tersebut pada saat seminar kewirausahaan yang digelar oleh Persatuan Wartawan Indonsia(PWI).

Pada kesempatan tersebut, JK menyinggung masalah meruginya Krakatau Steel. Kerugian tersebut dikarenakan kemampuan untuk bersaing secara teknologi dengan negara lain masih lemah.

"Kenapa baja murah karena, bayangkan Indonesia bikin baja harganya 600 dolar per ton. Tapi China bikin 400 dollar, kalau bikin 500 dollar, dia untung 100 dollar. Kita rugi 100. Jadi makin banyak, karena Krakatau steel teknologi lama," kata JK di Jakarta, Kamis,(11/07/2019)

Beberapa fakta tentang masalah kerugian perusahaan nasional, tidak hanya dialami oleh Krakatau Steel. Selain Krakatau Steel, pabrik semen di Indonesia juga mengalami kerugian.

Penyebab utama dari kerugian tersebut di atas, jelas JK, masih seputar kemampuan untuk berinovasi. Negara lain seperti China telah menggunakan teknologi tinggi untuk menekan biaya operasional perusahaan sementara Indonesia masih menggunakan tenaga manusia.

"Contohnya pabrik semen pegawainya 600 orang. Tapi China hanya 70 orang. Jadi otomatis, jadi ini persoalannya kita inilah namanya revolusi industri. Ini revolusi efisiensi," jelasnya.

JK sendiri mengakui, pemerintah saat ini masih dilematis mengambil keputusan antara menjamin pemenuhan kebutuhahan masyarakat tetapi dengan bahan yang murah atau berupaya menyelamatkan industri nasional. Pemerintah, jelasnya, membutuhkan waktu untuk mengambil keputusan.

Namun, ia menekankan,industri nasional mesti segera berbenah dengan memperbaiki manajemen dan tata kelola perusahaannya.Hal ini penting agar bisa bersaing dengan industri dari luar negeri dan tidak merugi.

"Jadi pilihannya apa. Mau efisien atau mahal, untuk melindungi. Tidak bisa kita dalam industri di pasar terbuka ini, jadi solusinya Krakatau Steel sendiri," ungkapnya.

Saat ini,PT Krakatau Steel Tbk mengalami kerugian selama 7 tahun berturut-turut. Adapun beberapa upaya dilakukan mengatasi masalah tersebut tetapi belum membuahkan hasil.

Beberapa terobosan yang diambil oleh perusahaan,jelas Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim,seperti restrukturisasi bisnis, restrukturisasi organisasi hingga restrukturisasi utang. Langkah selanjutnya mengoptimalkan peran anak perusahaan dengan berbagai jenis dan produk jasa perusahaan.

Upaya ini terpaksa diambil oleh perusahaan untuk mengatasi kerugian yang ada. Ia pun tidak menampik bahwa banyak orang yang terkena dampak dari langkah yang diambil oleh induk perusahaan tetapi ia menegaskan langkah ini untuk menyelamatkan perusahaan.

"Kita berupaya untuk menaikkan penjualan tapi menurunkan biaya. Menaikkan penjualan ini kan upaya restrukturisasi, bagaimana kita mendayagunakan mereka (anak dan cucu) supaya optimal," tutupnya.*(Marsi Edon)

 

 

 

Artikel Terkait