Nasional

CBA: Banyak Kejanggalan Dalam Pengadaan Senjata Polri

Oleh : very - Minggu, 01/10/2017 10:01 WIB

Senjata yang diimpor PT. Mustika Duta Mas untuk Korps Brimob Polri tertahan di Gedung UNEX. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Polri akhirnya mengakui adanya  impor 280 pucuk senjata dan sekitar 6.000 butir peluru yang tertahan di Gudang UNEX Area Kargo Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten.

Tetapi persoalan import senjata Polri oleh PT.  Mustika Duta Mas adalah tidak adanya transparan proses lelang mereka.

“Dalam sistem lelang elektonik Polri, lelang import 280 pucuk senjata  oleh PT. Mustika Duta Mas tidak ada sama sekali. Padahal import senjata ini untuk pembelian ratusan senjata dan ribuan amunisi untuk keperluan Korps Brimob dalam rangka pembelajaran dan pelatihan siswa,” ujar Koordinator Investigasi Center for budget Analysis (CBA), Jajang Nurjaman, di Jakarta, Minggu (1/10/2017).

CBA mengatakan, selain persoalan impor 280 pucuk senjata dan 6.000 butir peluru, sebetulnya ada banyak kejanggalan dalam pengadaan senjata atau amunisi yang dilakukan Polri selama ini.

Center for Budget Analysis, kata Jajang, menemukan pengadaan senapan serbu Polri dilakukan oleh satu perusahaan yang sama. Dengan kata lain, perusahaan yang menang lelang hanya perusahaan yang itu-itu saja. Hal ini terjadi antara tahun 2016 sampai 2017, yaitu terdapat 13 proyek yang disepakati kedua belah pihak dengan nilai kontrak sangat fantastis mencapai triliunan rupiah.

“Dan Perusahaan yang kelewat beruntung tersebut adalah PT. Artha Mas Sadhenna yang beralamat di Jl. Raya G No.1 RT;004 RW;003 Kel.Slipi, Kec.Palmerah, Jakarta Barat,” kata Jajang. 

Di tahun 2016, PT. Artha Mas Sadhenna kebanjiran orderan senapan serbu kaliber 5.56 mm beserta aksesorisnya. Ada 10 proyek pengadaan senapan serbu kal. 5.56 mm dilengkapi aksesoris yang disepakati. Total ada 24,671 pucuk senjata yang dibeli Polri dari PT. Artha Mas Sadhenna selama tahun 2016. Dari proyek tersebut PT. Artha Mas Sadhenna mendapat limpahan uang sebesar Rp981.794.780.500.

Sedangkan di tahun 2017, PT. Artha Mas Sadhenna masih menjadi primadona KORBRIMOB POLRI terkait pengadaan senapan serbu kaliber 5.56 mm. Meskipun hanya ada 3 proyek yang disepakati, namun kata Jajang, masih terbilang besar. Contohnya untuk satu proyek pengadaan senjata serbu kal. 5.56 mm dan aksesoris (unit GAG wil), nilai kontrak yang disepakati sebesar Rp409.734.468.000. Uang ratusan miliar tersebut untuk membayar 10.296 pucuk senjata dari PT. Artha Mas Sadhenna.

Adapun dua proyek lainnya terkait senapan serbu kaliber 5.56 mm di tahun 2017 yang masih dimenangkan PT. Artha Mas Sadhenna, yaitu pengadaan senapan serbu kaliber 5.56 mm dengan aksesoris (unit GAG kewilayahan) sebanyak 4,976 pucuk senjata dengan nilai kontrak sebesar Rp198.022.408.000 dan pengadaan senapan serbu carbine kaliber 5.56 mm dengan aksesoris (unit GAG kewilayahan) sebanyak 4,336 pucuk senjata dengan nilai kontrak sebesar Rp172.553.288.000.

Jajang mengatakan, hanya dalam dua tahun, PT. Artha Mas Sadhenna sudah kebanjiran orderan sebanyak 44,279 pucuk senjata dari POLRI. Sebagai catatan harga satuan senapan serbu kaliber 5.56 mm beserta aksesorisnya dihargai sebesar Rp39.795.500. berarti total uang yang diperoleh perusahaan tersebut mencapai angka Rp1.762.104.944.500.

“Jadi dari gambaran diatas, sebaiknya Polri kalau mau melakukan pengadaan senjata dan peluru harus tetap terbuka ke publik. Tidak boleh sembunyi-sembunyi seperti ketakutan, takut diketahui oleh TNI, senjata apa yang akan dibeli atau dimiliki oleh Polri,” pungkasnya. (Very)

Artikel Terkait