Pilkada 2020

Miliki APBD 4 Triliun, Rizal Bawazier: Saya Akan Bangun Tangsel yang Maju dan Berubah

Oleh : very - Rabu, 12/02/2020 13:08 WIB

Bakal Calon Wali Kota Tangerang Selatan, Rizal Bawazier, dalam acara Ngopi Sewarung bersama Mr. Ten bertajuk

 

Tangsel, INDONEWS.ID -- Tangerang Selatan seharusnya bisa membangun ikon pariwisata dan bukan hanya menjadi kota transit. Memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang cukup banyak - yang lebih besar dari Surabaya - seharusnya menjadikan Kota Tangerang Selatan mampu membangun ikon yang dapat menarik kawasan itu.

"Tangsel setahu saya memiliki jumlah APBD sebesar Rp 4 triliun. Total ini jauh lebih besar dari kota Surabaya yang hanya 2,5 Triliun”.

Hal itu diungkapkan bakal Calon Wali Kota Tangerang Selatan, Rizal Bawazier,  dalam acara Ngopi Sewarung bersama Mr. Ten bertajuk "Terobosan Baru Politik Pilkot Tangsel", di Resto Sae Pisan, Teras Kota  BSD, di BSD,  Tangerang Selatan,  Selasa (11/2). Hadir sejumlah penanggap yaitu pengamat politik dari Universitas Paramadina, Herdi Sahrasad, Budayawan Taftzani, dan Ketua KPU Tangerang Selatan Bambang Dwitoro.

Selama ini,  kata Rizal,  Kota Tangerang Selatan identik dengan Bumi Serpong Damai (BSD) dan Bintaro. Pasalnya daerah itu sudah cukup maju karena dibangun oleh korporat besar. Sedangkan daerah lainnya, seperti Ciputat, dan Pamulang sepertinya tak tersentuh pembangunan. Padahal,  kota ini sudah terbantu oleh beberapa korporat ternama yang ikut membangun perumahan lengkap dengan segala fasilitas dan infrastrukturnya.

"Karena itu membangun Kota Tangerang Selatan tidak sulit karena beberapa perusahaan besar telah ikut membangun perumahan dan infrastrukturnya.  Tinggal saja membangun daerah yang selama ini belum tersentuh seperti Ciputat dan Pamulang Selatan, atau kecamatan yang lainnya,” ujarnya.

(CEO RB Group yang juga bakal calon Wali Kota Tangsel, Rizal Bawazier. Foto: Indonews.id)

Karena itu,  lanjut Rizal,  jika dirinya dipercaya memegang amanat sebagai Wali Kota Tangsel, dia akan mewujudkan kota itu menjadi maju dan berubah. Dia juga akan mengajak perusahaan untuk membangun ikon di kota itu.

Terkait ikon kota Tangsel,  Rizal mengatakan, dirinya akan membangun rumah-rumah ibadat yang berdampingan di kota itu. "Kita akan alokasikan anggaran untuk membangun tempat-tempat ibadah. Ada masjid, ada gereja, wihara, candi, dll persis di pusat kota sebagai ikon pariwisata. Inilah ikon kota Tangerang Selatan dan menjadi daya tarik bagi orang untuk berkunjung ke sana," ujarnya.

Berlatar pengusaha,  tentu tidak susah bagi Rizal untuk mengajak pengusaha lainnya agar terlibat membangun Kota Tangsel. "Kita akan ajak pengusaha membangun ikon Kota Tangsel tersebut," ujar CEO RB group ini.

Walaupun dia membuka seluas-luasnya kesempatan kepada pengusaha,  tapi Rizal berjanji untuk menerapkan aturan yang ketat dan keras. Misalnya,  perusahaan tidak boleh bekerja seenaknya sehingga menimbulkan kemacetan. “Saya akan memberi sanksi tegas terhadap pengusaha yang menimbulkan kemacetan,” ujar tokoh yang mengusung membangun Kota Tangsel dengan “10 M” tersebut.

 

Jadi Pemimpin yang Menderita

Budayawan Taftzani mengatakan Tangerang Selatan yang sangat dinamis baik secara ekonomi maupun kultural banyak dipertanyakan orang. Hal itu karena Tangsel belum berwajah cerdas dan religius.

Dia mengatakan, pemerintah penting membangun sebuah ikon kota. Karena ikon itu adalah jiwa dari sebuah kota. “Kota tanpa ikon itu laksana kota yang tanpa jiwa,” ujarnya.

Karena itu, acara diskusi seperti ini sangat penting dalam memilih dan menemukan calon pemimpin yang bisa membangun sebuah kota menjadi kota yang beradab.

Taftzani mengatakan, sepertiga atau bahkan setengah dari Tangerang Selatan dibangun oleh korporasi. Karena itu, pemerintah memiliki ruang yang cukup banyak untuk membangun kawasan yang belum tersentuh selama ini.

“Karena itu, pemerintah Tangsel mempunyai banyak celah untuk membangun wilayah pinggiran yang tidak memiliki banyak kemewahan seperti ke mal,” ujarnya.

(Bersama para pembicara dan peserta diskusi. Foto: Indonews.id)

Problemnya, katanya yaitu seberapa besar dan seberapa luas sang calon melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait kebijakannya, agar diketahui publik.

“Karena itu, seorang calon pemimpin harus lebih banyak melakukan sosialisasi dengan masyarakat sehingga mereka mengetahui kualitas seorang calon,” ujarnya.

Sementara itu, Herdi mengatakan, seorang calon harus lebih dekat dengan masyarakat bawah, karena mereka adalah pemilik suara sesungguhnya.

Dinasti di Tangerang Selatan, khususnya di Banten, juga menjadi salah satu pembicaraanya. Melawan dinasti tersebut, katanya, harus dilakukan dengan lebih banyak turun ke tengah masyarakat.

“Untuk menjebol dinasti maka seorang calon pemimpin harus lebih banyak mendatangi masyarakat tingkat bawah. Menjadi pemimpin itu harus berani menderita. Hanya pemimpin yang menderita - seperti kata Haji Agus Salim - yang bisa mendobrak para jawara dan pempimpin dinasti,” pungkasnya.

Diskusi tersebut dihadiri oleh ratusan tokoh masyarakat, mahasiswa, pimpinan organisasi pedagang pasar, pers dan para ibu rumah tangga. (Very)

Artikel Terkait