Nasional

Dampak Strategis Penyebaran Virus Corona

Oleh : indonews - Senin, 09/03/2020 21:30 WIB

Otjih S. adalah pemerhati masalah ekonomi strategis. (Foto: Ist)

Oleh: Otjih S*)

INDONEWS.ID -- Jumlah korban penyebaran novel coronavirus yang dikenal dengan istilah COVID-19 secara global dilaporkan mencapai 108.000 kasus, dengan sebanyak kurang lebih 27.000 kasus ditemukan di luar wilayah Tiongkok. Sampai 9 Maret 2020, sebanyak kurang lebih 3. 821 orang tewas terbanyak penduduk Tiongkok. Sebanyak 100 negara telah mengonfirmasi adanya kasus COVID 19 di wilayahnya, dan banyak penduduk di Italia, Iran dan Korsel yang tewas karena virus ini. Pemerintah Italia menutup bagian utara negaranya yang menyebabkan 15 juta penduduknya terancam tidak bisa bepergian. Di Italia dilaporkan sebanyak 7.300 kasus, dengan 366 orang tewas. Di Perancis, ada 1.100 kasus COVID-19 dan sudah menewaskan 19 orang. Jerman dan Spanyol juga melaporkan ratusan kasus COVID-19 di negara masing-masing. Sedangkan menurut laporan,  US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) ada sebanyak 565 warga Amerika Serikat terkena COVID-19.

Negara-negara mitra dagang strategis Indonesia (Tiongkok, Korsel, Jepang, Singapura dan Italia) kini telah menjelma menjadi negara dengan jumlah kasus infeksi virus corona terbanyak di dunia. Perekonomian negara tersebut menjadi terpukul dan dampaknya bisa dirasakan juga oleh perekonomian tanah air.

Parahnya lagi lima negara dengan kasus infeksi virus corona paling banyak merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia dengan nilai total perdagangan untuk barang non-migas mencapai US$ 134,9 miliar pada 2019. Angka tersebut setara dengan 40% dari total nilai perdagangan internasional Indonesia pada periode yang sama. 

Berdasarkan rilis data realisasi investasi pada 2019 BKPM, total nilai realisasi investasi asing (PMA) kelima negara tersebut setara dengan US$ 16,66 miliar atau lebih dari 50% nilai realisasi PMA pada 2019.   Selain perdagangan dan investasi, ekonomi domestik dan kelima ekonomi yang sedang terjangkit virus corona juga dihubungkan melalui sektor perjalanan dan pariwisata.

China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia merupakan mitra dagang dan investor strategis bagi Indonesia. Pada 2019 saja nilai perdagangan barang non-migas antara Indonesia dengan China mencapai US$ 70,4 miliar. Indonesia banyak mengekspor bahan bakar mineral (HS 27) seperti batu bara, minyak dan lemak nabati maupun hewani (HS 15), besi dan baja (HS 72) dan bijih mineral (HS 26) ke China.

Sementara China merupakan pemasok barang-barang kebutuhan manufaktur untuk Indonesia seperti mesin dan peralatan listrik (HS 85), komponen mesin dan mekanik lainnya (HS 84), plastik dan turunannya (HS 39) hingga senyawa kimia organik (HS 29).

China juga merupakan investor dengan nilai investasi (PMA) terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura. Pada 2019 nilai realisasi PMA dari China sendiri mencapai US$ 4,74 miliar atau setara dengan 16,8% dari total realisasi PMA sepanjang 2019.

Dari sektor pariwisata, pelancong dari China juga berkontribusi besar untuk Indonesia. Menurut data Kementerian Pariwisata, jumlah kunjungan dari China pada 2018 mencapai 2,14 juta atau setara dengan 13,53%. Perekonomian Indonesia sangat tergantung pada ekonomi China. Wajar saja jika kajian Bank Dunia mengatakan jika ekonomi China terpangkas 1 persen poin saja maka dampaknya ke perekonomian domestik bisa mencapai 0,3 persen poin.

Sementara itu, nilai perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan selama tahun 2019 mencapai US$ 13,4 miliar atau setara dengan 3,6% dari total perdagangan luar negeri Indonesia. Indonesia banyak memasok bahan bakar mineral (HS 27) seperti batu bara dan juga besi baja (HS 72) ke Korea Selatan. Sementara itu Negeri Ginseng menjadi pemasok barang-barang kebutuhan industri manufaktur dalam negeri seperti mesin dan peralatan listrik lainnya (HS 84 & HS 85).

Dari sisi investasi, realisasi PMA asal Korea pada 2019 mencapai US$ 1,07 miliar atau setara dengan 3,8% dari total realisasi PMA pada 2019. Kunjungan wisman dari negeri KPOP tersebut ke Indonesia juga berkontribusi sebesar 2,27% dari total kunjungan wisman di tahun 2018.

Kemudian, Jepang merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia sekaligus menjadi mitra dagang dan investor strategis bagi Indonesia sejak lama. Total nilai perdagangan Indonesia dengan Jepang pada 2019 untuk barang non-migas mencapai US$ 29,3 miliar. Indonesia banyak mengekspor bahan bakar mineral (HS 27) seperti batu bara. Sementara Jepang menjadi pemasok utama untuk kendaraan bermotor (HS 87), dan berbagai barang lain yang juga menjadi bahan baku sektor industri manufaktur dalam negeri (HS 84 dan HS 85).

Pada 2019, Jepang telah menggelontorkan uang senilai US$ 4,3 miliar untuk berinvestasi ke Indonesia (PMA) dan menjadi negara dengan nilai investasi asing terbesar ketiga setelah Singapura dan China.  Dari sektor pariwisata jumlah kunjungan wisatawan Jepang ke Indonesia pada 2018 mencapai 530,5 ribu kunjungan atau setara dengan 3,36% dari total kunjungan.

Singapura merupakan negara tetangga Indonesia yang berada di kawasan Asia Tenggara. Singapura juga merupakan mitra dagang dan investor strategis bagi Indonesia. Pada 2019, nilai perdagangan bilateral RI-Singapura mencapai US$ 18,3 miliar. Indonesia banyak mengekspor bahan bakar mineral seperti batu bara ke Singapura. Tak hanya itu Indonesia juga mengekspor mutiara dan logam mulia (HS 71) ke negeri singa. Sementara Singapura banyak memasok kebutuhan minyak untk Indonesia.

Dari sisi investasi, Singapura merupakan investor terbesar bagi Indonesia. Pada 2019 saja Singapura telah berinvestasi ke Indonesia sebesar US$ 6,51 miliar atau setara dengan 23,1% dari total realisasi PMA di Indonesia. Peran Singapura terhadap sektor pariwisata RI juga tak main-main. Jumlah kunjungan turis asal Singapura ke Indonesia mencapai 1,77 juta kunjungan pada 2018 atau setara dengan 11,19% dari total kunjungan wisman.

Terakhir Italia menurut BPS, Italia merupakan mitra dagang strategis bagi RI.  Nilai perdagangan antara Indonesia dengan Italia pada 2019 mencapai US$ 3,5 miliar. Walaupun nilainya kecil Itali juga masuk ke dalam top 30 investor asing terbesar bagi Indonesia dengan nilai realisasi PMA sebesar US$ 27,4 juta.

Jumlah kunjungan dari turis Italia ke Indonesia juga tak sebanyak negara kawasan Asia lainnya. Namun tetap saja Italia masih menyumbang 94.288 kunjungan turis ke Indonesia pada 2018.

Virus corona yang menyerang negara-negara pusat manufaktur global seperti China, Korea Selatan dan Jepang berpotensi besar kembali menyebabkan gangguan pada rantai pasok global.  Indonesia banyak menggantungkan impor bahan baku untuk industri manufaktur. Dengan adanya wabah virus corona ini sektor manufaktur dalam negeri kembali berpotensi tertekan.

Dari sisi investasi, merebaknya virus corona di negara-negara investor terbesar RI berpotensi menghambat jalannya investasi. Padahal Indonesia mengandalkan aliran dana masuk dari investasi asing (PMA) untuk merealisasikan berbagai ambisinya terutama utuk pembangunan infrastruktur.

Sementara itu, ketika ada wabah pemerintah berbagai negara cenderung mengeluarkan imbauan hingga larangan bagi warganya untuk bepergian ke daerah-daerah yang berisiko. Beberapa negara yang sudah terjangkit bahkan mengambil langkah karantina. Akibatnya kunjungan dari wisatawan mancanegara ke Indonesia terancam turun.

Jepang dan Singapura malah terancam masuk ke dalam jurang resesi. Dengan adanya kasus virus corona ini, bank investasi global Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada semester I 2020 terdampak sebesar 0,8-1,3 persen poin, ekonomi Jepang terdampak 0,5-0,6 persen poin dan ekonomi Korea Selatan berpotensi terdampak 0,9-1,2 persen poin.

Aktivitas manufaktur yang berpotensi kembali terkontraksi, aliran investasi yang bisa jadi seret maka bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi RI bisa di bawah 5% lagi. Amit-amit, semoga hal itu tidak terjadi.

Pariwisata diperkirakan akan menjadi sektor yang paling berdampak akan merebaknya kasus ini. Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) memprediksi potensi kerugian sektor industri pariwisata mencapai puluhan miliar per bulan karena anjloknya turis dari China.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kunjungan wisatawan China ke Indonesia selama Januari sampai Juni 2019 mencapai 1,05 juta orang, terbanyak kedua setelah wisatawan Malaysia.

 

Strategi Indonesia Lawan COVID-19

Pemerintah menyiapkan lima strategi untuk memitigasi dampak virus Corona terhadap perekonomian Indonesia. China tercatat menempati posisi pertama sebagai mitra dagang Indonesia dalam delapan tahun terakhir.  Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Arif Baharudin menyebut lima strategi itu adalah pertama, mempercepat realisasi belanja kementerian/lembaga (K/L). Kedua, mendorong pusat-pusat pariwisata melalui berbagai program pendukung.

Ketiga, serta mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif yang menyerap banyak tenaga kerja. Keempat, mengoptimalkan peran APBN sebagai instrumen yang fleksibel dalam merespons situasi ekonomi dengan tetap dalam batasan yang aman dan terkendali. Kelima, mempercepat penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk perluasan sasaran. Kelima strategi tersebut merupakan upaya pemerintah menjaga daya beli, serta mendorong aktivitas produktif masyarakat. Tekanan ekonomi China, sambungnya, berpotensi mempengaruhi negara lain, termasuk Indonesia, melalui beberapa transmisi seperti sektor pariwisata, perdagangan internasional, dan aliran investasi.

Dampak virus Corona sangat terasa pada pergerakan arus orang dari China ke Indonesia, setelah diberlakukannya larangan penerbangan dari dan menuju China. Pergerakan penumpang masuk asal China mencapai puncak pada 25 Januari 2020. Namun kini, jumlahnya mengalami penurunan drastis hingga kurang dari 500 orang. Selanjutnya, pemerintah juga mewaspadai dampak virus Corona melalui transmisi perdagangan internasional.

*) Penulis adalah pemerhati masalah ekonomi strategis.

Artikel Terkait