Opini

Dinopati-logi Vs Tamburologi

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 20/11/2020 13:45 WIB

Dinopati-logi Vs Tamburologi oleh Christianto Wibisono

Oleh : Christianto Wibisono, Pengamat Ekonomi Politik dan Penulis Buku Kencan Dinasti Menteng

Opini, INDONEWS.ID - Di Nirvana lounge Hotel Indonesia Kempinski, Bung Karno Kembali menggelar zoominar mengikuti Global Townhouse 20-21 Nov 2020 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) asuhan DR Dino Pati Djalal, salah satu Wakil Menlu pada Kabinet SBY jilid 2.

BK: Selamat kepada bung Dino Pati DJalal, putra diplomat pakar hukum laut DR Hasyim Djalal atas prakarsa mengaktifkan masyarakat peminat kebijakan politik luar negeri Indonesia agar lebih proaktif dalam pemanfaatan transformasi geopolitik Indonesia pasca pandemic dan multipolarisme pasca Perang Dingin.

CW: Pak itu kutipan pasal 58 UUDS 1950 yang disahkan 15 Agustus 1950 berlaku 17 Agustus 1950 relevan dengan heboh Riziq vs Nikita ya?

BK: Ya. Tamburologi ini semua yang terjadi di Petamburan November 2020, oleh founding fathers sejak 1945 sudah dipikirkan dan dirumuskan bahkan waktu awal eksistensi negara ini. Pemerintah sangat memperhatikan hak hak golongan minoritas dan sangat proporsional sesuai “peta demografi”.

Pemerintah Indonesia bukan “rasialis” yang tidak mengakui dan menghormati fakta keberagaman penduduk. Karena itu UUDS 1950 menjamin agar golongan minoritas itu dipelihara eksistensi dan keterwakilannya didalam parlemen.

Karena itu disebut untuk golongan Tionghoa 9, Eropa 6, Arab 3. Nah yang dimaksud keturunan Eropa itu tentu Belanda, Inggris, Jerman dan Rusia sekalipun seperti Nikita. Saya tidak tahu bapak atau ibunya Nikita berdarah Rusia atau tidak itu perlu di test DNA seperti tantangan Nikita kepada Rizieq.

CW: Ya ampun sudah 75 tahun merdeka, 70 tahun sejak UUDS 1950 berlaku hanya 9 tahun sampai Dekrit 5 Juli 1959 kenapa kita malah mundur soal keturunan ini dibawa bawa sampai memandikan mayat juga dikaitkan dengan keturunan dan pilgub 2017.

BK: Maka cendekiawan, relawan, aktivis, politisi dan birokrat, diplomat serta tokoh masyarakat termasuk ulama tulen, sejati yang bukan politisi partisan seharusnya bergerak mendukung Nikitalogi melawan Tamburi-logi. Indonesia tidak boleh Lebih Arab dari Arab.

Saya dulu kapok menolak Israel dan Taiwan ikut Asian Games di Jakarta 1962, akibatnya Indonesia diskors dari Olimpiade Tokyo. Tapi negara negara Arab malah tetap berlenggang kangkung bertanding di Tokyo bersama atlet Israel. Lha atlet Indonesia luntang lantung tidak boleh masuk arena. Yang solider itu malah Korea Utara karena mereka juga diskors gara-gara berani ikut Ganefo, Olimpiade tandingan yang saya bikin 1963.

Saya juga penah lebih RRT dari RRT. Ketika Indonesia keluar dari PBB 1965 maka seluruh dunia heran termasuk RRT. Memang saya agak emosional dan sentimental karena Malaysia dipilih jadi anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB, maka RI protes dengan keluar dari PBB 20 Januari 1965.

Ini rekor MURI sejagat, tidak akan pernah ada lagi negara yang berani keluar dari PBB. Tapi 19 Sep 1966, Ruslan Abdulgani akan membawa surat Soeharto untuk aktif kembali jadi anggota PBB. Seperti kita saksikan 1967 Soeharto membekukan hubungan diplomatic dengan RRT.

Nah lucunya, di saat AS rujuk sama RRT dengan mengutus Henry Kissinger ketemu Mao 1971 bikin KTT Nixon 1972, maka Indonesia malah lebih galak ke RRT, lebih yankee dari yankeenya yang melakukan gebrakan diplomasi Segitiga Sam Kok, Washington bermanuver adudomba Beijing Moskow.

Nah rezim Soharto sebetulnya diingatkan jangan jadi centeng yang lebih galak dari bos. Anti Beijing karena ikut AS, tapi Nixon malah merangkul Mao dan memulihkan hak Tiongkok sebagai pendiri dan anggota tetap Permanen V Dewan Keamanan PBB. Dan itu justru dilakukan Ketika untuk seumur hidup RI berkesempatan jadi Presiden (Ketua) Majelis Umum PBB.

Menlu Adam Malik ketiban hok gie jadi pelaku sejarah einmalig yang tidak mungkin diulang lagi oleh Menlu Indonesia siapapun. Ya karena jabatan Presiden Majelis Umum PBB bergilir setiap negara satu kali. Nah karena jumlah negara 195 maka butuh hampir 200 tahun setelah 1971 baru nanti ada Menlu Indonesia entah siapa yang bisa jadi Presiden Majeiis Umum PBB pada 2171.

CW: Tapi dua hari suntuk 20-21 November 2020, 57 tahun seteleh tewasnya Presiden Kennedy, mantan wamen, mantan Dubes RI di Amerika Serikat Bung Dino Pati Djalal membuat trobosan sejarah bikin Global Town Hall dengan pembicara tokoh tokoh diplomat kaliber global dengan bobot geopolitik yang hebat lho pak.

Kita harus meng apresiasi generasi muda dan tidak terlalu menepuk dada sebagai founding fathers, sebab semua manusia termasuk bapak juga bisa salah keliru seperti yang bapak mawas diri dari blunder masa lalu. Kalau bapak tidak konfrontasi dengan Malaysia sudah dapat Hadiah Nobel 1963.

BK: Maka agenda Indonesia jelas harus tetap menerapkan mempraktekan dan mengejawantahkan nilai nilai luhur Pancasila secara konkret. Bersihkan Pancasila dari KGBlogi, Putinologi, Orbanologi, Tamburologi dan harus berani mengorbitkan generasi milenial seperti Dino Pati Djalal, Nikita Mirzani, dan banyak lagi nama yang ikut dalam Global Townhall dua hari 20 dan 21 November 2020.

Semoga Townhall yang dibuka Presiden Jokowi dan disambut belasan tokoh kaliber geopolitik bisa mengorbitkan Indonesia memperoleh Hadiah Nobel. Tentunya dengan menerapkan supremasi hukum, kemanusiaan yang berjiwa besar seperti Nelson Mandela, mawas diri mengaku dosa tobat atas pelanggaran HAM berat masa lalu.

Persis seperti Deklarasi FORMASI yang kita susun dalam buku Kencan Dinasti Menteng. Stop Tamburologi ala MRS tebarkan Nikitalogi test DNA dukung petisi test ideologi Pancasila dengan aksi nyata damai dibumi bagi seluruh rakyat Indonesia .Termasuk yang disebut keturunan Tionghoa Eropa, Arab yang sudah sejak founding fathers mengelola negara ini dirumuskan secara manusiawi dan realistis meritokratis.

Semuanya bertujuan menciptakan Indonesia Inc berkualits no 4 sedunia bukan hanya kuantitas demografi tapi mutu SDM yang berbobot lahir batin, material spiritual, jasmani rohani . Menuju Homo Deus abad XXI dari Homo Sapiens yang terkena pandemic Covid menuju Homo Deus immortal.

Karena dibersihkan dari virus Kabilisme, kebencian thd sesama manusia. Saya senantiasa berdoa agar dunia dan manusia dibebaskan dari predator virus Kabil dalam segala mainfestasinya.*

 

Artikel Terkait