Opini

Korupsi Dinasti Menteng

Oleh : luska - Rabu, 25/11/2020 13:01 WIB

Christianto Wibisono. (Ist)

Oleh :  Christianto Wibisono

Berita penangkapan Menteri KKP Edhy Prabowo menggoncang koalisi petahana, sebab merupakan bagian dari politik perebutan kekuasaan menjelang pilkada 9 Desember 2020 dan modal menuju pilres 2024. Berita yang merebak sejak Rabu subuh 25 November 2020 itu menghadirkan Bung Karno di Skylobby Apt Kempinski sejak jam 7 pagi. BK langsung menunjuk videotron yang menampilkan beberapa foto Menteri era demokrasi liberal yang diadili karena korupsi waktu itu.

BK: Lihat itu bung Chris ada Mr. Djody Gondokusumo, Menteri Kehakiman dari PRN Partai Rakyat nasional, pada Kabinet Ali Sastroamidjojo I yang didakwa bersalah melakukan korupsi oleh Mahkamah Agung. Lalu Iskaq Tjokrohadisurjo, Menteri Perekonomian pada kabinet yang sama dengan Djody. Iskaq hanya memberikan izin lisensi impor kepada relasi dekatnya dan sebagai imbal balik, mereka mengucurkan duit ke Partai Nasional Indonesia (PNI). Jusuf Wibisono, Menteri Keuangan dari Partai Masyumi sempat dicokok Polisi Militer karena kasus penyalahgunaan wewenang pemberian lisensi kredit. Pada 13 Agustus 1956 Menlu Ruslan Abdulgani yang akan menghadiri konferensi internasional Perang Suez dicekal di bandara Kemayoran atas instruksi Pangdam Siliwangi Kolonel AE Kawilarang. Untung Menlu sempat menelpon PM Ali yang kemudian menelpon KSAD Mayjen AH Nasution agar Pangdam Siliwangi membebaskan Menlu.

Setelah Dekrit Presiden Kembali ke UUD 1945 pada Agustus 1959 saya mendirikan Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (Bapekan) yang diketuai oleh Sultan HB IX dan berhasil mengungkap praktik korupsi yang dilakukan mulai kelas pegawai sampai pejabat pemerintahan. Sampai Juli 1960, Bapekan menerima 912 pengaduan masyarakat. KSAD Nasution juga mendirikan Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran) yang berhasil membongkar korupsi yang dilakukan beberapa pejabat tinggi pemerintahan. Paran meluncurkan Operasi Budhi, yang sejak Februari sampai April 1961 berhasil menyelamatkan uang negara sebanyak Rp11 milyar.Setelah itu kedua institusi itu seolah bersaing dan 1962 Bapekan, digantikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sesuai UUD1945. Sedang Paran saya bubarkan diganti Kotrar pada Mei 1964 dipimpin Waperdam Subandrio.Setelah itu terjadi G30S dan rezim Orde Baru malah mengadili beberapa Menteri saya atas tuduhan korupsi.

CW: Jadi korupsi ini bukan terjadi waktu sistim politik otoriter Orde Lama dan Orde Baru tapi juga sudah terjadi dizaman demokrasi liberal 1945-1959. Kelihatannya korupsi memang merupakan masalah universal, nasional dan tradisional konvensional yang dialami juga secara empiris oleh negara lain. Di Indonesia dinasti kerajaan era Mataram memang berganti dengan system Republiken Indonesia merdeka pasca colonial. Tapi Dinasti Menteng tidak bisa steril dari penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri atau partai.Jadi ini back to square one. Penyidik KPK Novel Baswedan menahan Menteri KKP di bandara Soetta, itu bukan berita orisinal, tahun 1956 Pangdam Siliwangi pangkal kolonal
berani menahan Menlu urusan korupsi tetek bengek.

BK: Ya tapi Novel Baswedan ini kan sepupunya Anies Baswedan.Nah sampai dimana Kompol ini yang setara mayor di tentara bergerak hanya karena “dendam pribadi” atau merupakan manifestasi dari persaingan politik Presiden Jokowi dan Gubernur Anies Baswedan dalam balapan politik pilpres 2024. Buntut demam politik kesalahan kebijakan Gubernur melanggar prokes dalam kepulangan dan pesta pernikahan putri Habib Rizieq di area Petamburan. Korban jiwa terpapar Covid memang tidak bisa langsung dihitung akibat kerumunan puluhan ribu orang di bandara, Petamburan dan Megamendung. Tapi konfrontasi politik yang melibatkan turun tangannya Pangdam Jaya mencabut ballyhoo dan menyerukan pembubaran FPI merupakan isu politik nasional Indonesia. Maka penahanan Menteri KKP dari Gerindra merupakan gendering perang antar partai dan dinasti Menteng tradisional melawan pendatang baru non dinasti Menteng dalam korps elite oligarki. 
Buku kita Kencan Dinasti Menteng sangat tepat timingnya untuk membedah Riwayat jatuh bangunnya elite presiden dan Menteri cabinet sejak Proklamasi sampai 2020. Saya sudah telusuri bahwa kayaknya memang hanya kerabat Dinasti
Menteng yang lebih berpeluang terjamin “jatahnya,nasibnya dan karirnya” bisa menjadi Menteri cabinet hingga kursi presiden RI. Saya sudah sejak zaman Jepang memperoleh rumah “dinas” di Menteng Pegangsaan Timur 56. Wapres Bung Hatta punya kantor dan rumah dinas di Merdeka Selatan dan Merdeka Barat, lalu setelah berhenti dari wapres 1956, tinggal di jl Diponegoro seberang kantor DPP PDIP dan
DPP PPP. Karena tidak ada wapres maka Jendral Soeharto ketiban durian runtuh menjadi MenPangad 14 Oktober 1965 dan oleh MPRS dijadikan Presiden kedua melalui tahapan transisi Pengemban Supersemar dari surat perintah saya, jadi TAPMPRS. Sehingga saya tidak berdaya dan MPRS kemudian menunjuk Soeharto sbg Pejabat Presiden Maret 1967, Setelah itu Juni 1968 dia dikukuhkan jadi Presiden dan tinggal di jalan Cendana Kawasan Menteng.

Habibie memang bukan orang yang lahir di Menteng tapi dia hok gie menikmati lulus masuk ITB dan Pendidikan di Jerman sampai berkarir professional jadi CEO konglomerat Jerman MBB. Dia langsung jadi Menristek 20 tahun sejak 1978-1998 langsung jadi wapres terus ke presiden ke-3. Presiden ke-4 Gus Dur adalah putra dari Menteri Wahid Hasyim yang jadi Menteri negara sejak cabinet presidensial yang saya pimpin. Keluarga ini tinggal di jalan Matraman sangat dekat dengan rumah saya Pegangsaan yang sekarang jadi Gedung Pola. Keluarga Gus Dur juga punya 3 kerabat keponakan yang jadi Menteri cabinet. Saefullah Jusuf, Cak Imin dan Abdul Halim Iskandar. Nah kerabat Jendral Soeharto juga unik karena berbesan dengan Soeharto, sehingga memiliki 5 anggota cabinet yaitu duet besan (meski kemudian bercerai berhenti berbesan) Soemitro Suharto, Sudrajad Jiwandono, Tutut Indra Rukmana dan Prabowo Subianto. Ada lagi keluarga Mochtar Kusumaatmaja yang punya adik (Sarwono) dan anak (Armida) serta sepupu Dr Sudarsono dan Juwono Sudarsono. Penelusuran PDBI menemukan lagi 7 keluarga dengan 3 menteri cabinet serta 19 duet ayah anak, suami istri, kakak adik mertua menantu dan kakek cucu (AR Baswedan dan Anies Baswedan).

CW: wah ini sudah preview buku KDM Kencan Dinasti Menteng yang sedang naik cetak. Apa pesan bapak tentang Bharata Yuda dalam Dinasti Menteng ini terkait penahanan Menteri Gerindra oleh KPK yang bersaudara dengan Gubernur DKI.

BK: Dinasti Menteng tidak bisa lepas dari kutuk kekuasaan seperti kisah dinasti kerajaan Inggris dimana Ratu Elizabeth punya beban menyembunyikan sepupu yang sakit jiwa yang dijadikan “sinetron” 40 [25/11seri. Elite Indonesia saling kudeta, konspirasi berebut jadi presiden, perdana Menteri semua pakai metode Brutus,Ken Arok Machiavelli.

Saya disini hanya bisa berdoa semoga Tuhan tetap intervensi menyelamatkan Negara Republik Indonesia selamat dari desintrgrasi lenyap dari muka bumi seperti Yugoslavia dan Uni Soviet. Doa saya tidak akan banyak gunanya kalau dinasti Menteng yang menjadi elite penentu politik Indonesia, bermental BKM 3in1, konspitator, Ken Arok satu sama lain dan tidak menghargai Meritokrasi. Apalagi malah bermain sara, predator eksistensi Republik ini. Saya usulkan rekonsiliasi tuntas dengan masa lampau dan masa kini bertransformasi jadi bangsa yang menghargai meritokrasi, jangan saling jadi predator seperti kisah penahanan korupsi yang berlatang belakang politik saling menjatuhkan.

CW: Terima kasih pak. Semoga idee bapak yang tertuang dalam buku Kencan Dinasti Menteng bisa terhayati oleh elite Indonesia agar Dinasti
Menteng yang telah melahirkan NKRI sukses survive melestarikan eksisten Republik Indonesia. Dan steril dari dosa perang Bharata Yuda.

Artikel Terkait