Sosok

Pengakuan Mengejutkan Seorang Mantan Panglima: Saya Adalah Orang Liar

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 16/12/2020 10:10 WIB

Jenderal TNI (Purn) Moeldoko dan Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kepala Staf Khusus Presiden, Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko telah menghabiskan 34 tahun waktunya bersama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).

Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di kesatuan tempur. Pria asli Kediri itu mengaku dirinya sempat tak senang ditunjuk menjadi pejabat yang kerap di duduk di belakang meja. Sebab ia merasa dirinya merupakan orang lapangan.

Melansir Viva.com dari situs resmi TNI Angkatan Darat, Moeldoko merupakan peraih penghargaan Adhi Makayasa setelah lulus dari Akademi Militer (Akmil) dengan predikat terbaik pada 1981. Setelah lulus, Moeldoko tergabung di satuan tempur Batalyon Lintas Udara 700/Wira Yuda Cakti.

Kariernya terus melesat, setelah pada 2006 Moeldoko dipercaya menjabat sebagai Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 141/Toddopuli.

Setelah itu, Moeldoko juga pernah menduduki posisi strategis di TNI Angkatan Darat semisal Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) I/Kostrad, Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII/Tanjungpura, dan Pangdam III/Siliwangi pada 2010.

Nama Moeldoko terus menanjak, setelah pada 2013 ia ditunjuk sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad), menggantikan posisi Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo. Puncaknya, Moeldoko ditunjuk menjadi Panglima TNI, menggantikan posisi Laksamana TNI Agus Suhartono.

Dari sekian banyak tugas yang pernah diembannya, Moeldoko ternyata pernah merasa tak nyaman saat ditunjuk menjadi Sekretaris Pribadi (Sespri) Jenderal TNI (Purn.) Wiranto dan Jenderal TNI (Purn.) Abdullah Mahmud Hendropriyono.

"Waktu itu sebenarnya tidak cocok jadi Sespri. Saya adalah orang lapangan, seseorang yang liar, suka menghadapi hal-hal sulit. Kalau menghadapi hal-hal yang rutin saya tidak suka. Menjadi Sespri adalah pekerjaan yang menyiksa bagi saya. Bisa dibayangkan kalau orang yang sukanya di lapangan harus duduk," ujar Moeldoko.

"Saya sama sekali bukan tipe manusia yang suka duduk di belakang meja. Saya orang liar yang suka menghadapi situasi yang sulit," katanya.

Meski demikian, Moeldoko tetap merasa mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran dari Wiranto dan Hendropriyono. Terutama dalam bidang intelijen, Moeldoko mengaku banyak belajar dari sosok seorang Hendropriyono dan justru menjadi warna dalam kehidupan karier militernya.*

Artikel Terkait