Nasional

SBY : Perebutan Kepemimpinan di Demokrat Jauh dari Sikap Kesatria

Oleh : Ronald - Sabtu, 06/03/2021 17:30 WIB

Mantan Presiden Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). (Foto : istimewa)

jakarta, INDONEWS.ID - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku bahwa dirinya tidak pernah menyangka kejadian yang dialami Demokrat. Sebab, ketika menjadi Presiden selama 10 tahun, tak pernah mengganggu hingga merusak partai lain.

"Saya benar-benar tidak menyangka, karena sewaktu selama 10 tahun saya memimpin Indonesia dulu, baik pribadi maupun Partai Demokrat yang saya bina tidak pernah mengganggu dan merusak partai lain seperti yang kami alami saat ini," kata SBY saat konferensi pers di Cikeas, Jumat (5/3/2021).

"Tak pernah terlintas dalam pikiran saya, bahwa Demokrat akan dibeginikan," ujarnya.

Kareana itu, dirinya mengajak seluruh kader untuk berjuang mempertahankan kedaulatan dan kemandirian partai setelah Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko dijadikan ketua umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB).

"Ibarat peperangan, perang yang kita lakukan adalah perang yang dibenarkan. Sebuah war of necessity. Sebuah justice war, perang untuk mendapatkan keadilan," kata SBY.

Ia menjelaskan bahwa mempertahankan kedaulatan dan kemandirian partai adalah perjuangan yang suci dan mulia. Selain itu, ia yakin Presiden Joko Widodo memiliki integritas dalam menyikapi yang disebut sebagai perebutan Partai Demokrat.

"Saya juga tetap percaya bahwa negara dan pemerintah akan bertindak adil. Serta akan sepenuhnya menegakkan pranata hukum yang berlaku. Baik itu konstitusi kita. UUD 1945 dan UU parpol maupun AD/ART Partai Demokrat yang secara hukum mengikat," ungkap SBY.

SBY menyebut perebutan kepemimpinan di Demokrat merupakan tindakan tak terpuji dan jauh dari sikap ksatria. Menurutnya, sikap tersebut juga hanya mendatangkan rasa malu bagi perwira yang pernah menjadi prajurit TNI.

Ia sendiri merasa malu pernah Moeldoko sebagai Panglima TNI pada 2013 lalu saat menjadi presiden. Sebelum Panglima TNI, Moeldoko menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

"Termasuk rasa malu, dan rasa bersalah saya, yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya mohon ampun ke hadirat Allah SWT," kata SBY dalam jumpa pers di Cikeas.

Presiden ke-enam RI itu pun membongkar sejumlah hal dalam gelaran KLB Deli Serdang yang menurutnya tak memenuhi syarat dan ketentuan AD/ART Partai Demokrat. Karena itu dia pun menganggap KLB tersebut tidak sah dan ilegal.

Lebih lanjut, readyviewed menurut SBY melalui KLB ini terlihat bahwa Moeldoko benar melakukan kudeta Partai Demokrat. Sebelumnya, Moeldoko mengelak ketika namanya disebut dalam isu kudeta Partai Demokrat.

"Memang banyak yang tercengang, banyak yang tidak percaya bahwa KSP Moeldoko yang bersekongkol dengan orang dalam benar-benar tega dan dengan darah dingin melakukan kudeta ini," kata SBY.

Dari hasil KLB ini, SBY mengatakan, Indonesia tengah berkabung.

"Hari ini kami berkabung. Partai Demokrat berkabung. Sebenarnya bangsa Indonesia juga berkabung. Berkabung karena akal sehat telah mati. Sementara keadilan supremasi hukum dan demokrasi sedang diuji," kata SBY Alasan Indonesia bergabung, kata SBY, karena Moeldoko yang merupakan pejabat tinggi negara di lingkungan Istana, turut serta bersekongkol dengan sejumlah kader yang telah dipecat DPP Demokrat.

"KLB tersebut telah menobatkan KSP Moeldoko seorang pejabat pemerintahan aktif berada di lingkar dalam lembaga kepresidenan bukan kader Partai Demokrat alias pihak eksternal partai menjadi Ketum Partai Demokrat," kata SBY.

Diketahui, Kongres Luar Biasa (KLB) mengatasnamakan Partai Demokrat telah menetapkan Jenderal (Purn) Moeldoko sebagai ketua umum digelar di The Hill Hotel and Resort, Deli Serdang, Sibolangit, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021) siang. (rnl)

Artikel Terkait