Nasional

Di Patok Pulau Jawa, Siswa PSDP Diingatkan Pentingnya Angka 2045

Oleh : very - Jum'at, 19/03/2021 10:26 WIB

Dan Pusdikma Kodiklat TNI Brigjen TNI Herianto Syahputra dalam pengarahan di Kompleks AKMIL, Lembah Tidar, Magelang, Kamis (18/03/2021). (Foto: Ist)

Magelang, INDONEWS.ID -- Di Komplek Akademi Militer (AKMIL) yang berada di Lembah Bukit Tidar, Magelang atau yang dikenal sebagai Patok Pulau Jawa, para siswa Pendidikan Singkat Dinas Pendek Penerbang (PSDP) diingatkan DanPusdikma Kodiklat TNI, Brigjen TNI Herianto Syahputra tentang arti penting angka 2045, Kamis (18/03/2021). Angka tersebut merupakan Tahun Harapan bangsa Indonesia akan terwujudnya Indonesia Raya.

Pada 100 tahun kemerdekaan Indonesia itu, para pemimpin bangsa antara lain berasal dari para siswa yang sekarang sedang menjalani pendidikan. Tugas utama para pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 2045 adalah memastikan terwujudnya, memelihara dan sekaligus menjaga ketahanan serta kedaulatan negara.

Pada hari sebelumnya, Rabu (17/03/2021), seperti dikutip dari siaran pers di Jakarta, Kamis (18/3) hal yang sama tentang tahun 2045 diingatkan Herianto Syahputra juga kepada 245 siswa Sekolah Perwira Prajurit Karir (SEPA PK TNI) Kodiklat TNI di Lapangan Tembak AKMIL yang terletak di Desa Plempungan, Borobudur Magelang. Hadir dalam acara pembekalan dua hari ini Direktur Pendididikan Kodiklat TNI Marsma TNI Dirk P. Lengkey, WaDan Pusdikma Kol Laut Agus Surya, Dan SEPA PK TNI Kolonel (Kav) TNI  Janto I Tehupuring,  Dan SEPA PSDP Pnb. TNI Kolonel (Pnb) TNI Wibowo Cahyono serta Wadan SEPA PK TNI Letkol TNI (Mar) M Siddiq.

(Buku Masyarakat Pancasila yang ditulis oleh sesepuh  TNI alm. Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo diserahkan oleh AM Putut Prabantoro (editor) dan Dosen Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta, DR Caturida Meiwanto Doktoralina keduanya Alumnus Lemhannas PPSA XXI  Kamis (18/03/2021). Foto: Ist)

Dalam acara pengarahan dan pembekalan itu diserahkan buku “MASYARAKAT PANCASILA” yang ditulis sesepuh TNI alm. Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo oleh editornya AM Putut Prabantoro - Alumnus Lemhannas PPSA XXI dan Dosen Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta DR Caturida Meiwanto Doktoralina yang juga alumnus Lemhannas PPSA XXI.

Karena merupakan amanat untuk dilaksanakan setelah wafatnya pada 16 Januari 2021, buku terakhir Sayidiman Suryohadiprojo ini pertama kali diserahkan kepada Pangdam Iskandar Muda, Aceh, Mayjen TNI Achmad Marzuki di Titik Nol Kilometer, Sabang, Pulau Weh. Dari Aceh buku ini kemudian diserahkan  ke tokoh Adat Dayak di Long Bagun Kalimantan Timur, Para Penjaga Perbatasan Indonesia - Serawak (Malaysia) di Titik U444 Kalimantan, kepada Bupati Kutai Barat FX Yapan di Sendawar, dan tokoh adat dayak di Long Ampuh, Kalimantan Utara. Penyerahan "Masyarakat Pancasila" di Kalimantan terbut disaksikan oleh Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Heri Wiranto.

Kepada para siswa, Herianto menegaskan, selepas dari pendidikan nanti para perwira TNI hendaknya ikut terlibat aktif dalam mewujudkan Masyarakat Pancasila dalam arti yang sebenarnya di manapun mereka akan bertugas. Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa tidak boleh hilang dari Indonesia. Hanya Pancasila dengan lima silanya yang mampu menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan berdaulat.

(Lembah Bukit Tidar, Magelang)

Sementara itu AM Putut Prabantoro yang juga Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) menguraikan bahwa mimpi Sayidiman Suryohadiprojo adalah pada tahun 2045 akan terwujud Indonesia Raya, Indonesia yang besar, berdaulat dan memiliki ketahanan nasional.

“Tantangan utama yang dihadapi oleh Indonesia adalah kualitas Sumber daya Manusianya (SDM) dan harus memiliki karakter jati diri serta harusnya membangun Masyarakat Pancasila. Masyarakat Pancasila hanya bisa terwujud dengan mengubah keberagaman yakni perbedaan agama, suku, ras, budaya dll menjadi kekuatan, sumber daya alam menjadi modal pembangunan nasional dan budaya sebagai cara berkomunikasi serta berinteraksi dalam masyarakat,” kata Putut.

Sementara Caturida Meiwanto Doktoralina menegaskan bahwa menjadi TNI adalah panggilan dan bukan pekerjaan. “Menjadi TNI adalah menjawab panggilan Ibu Pertiwi dengan setia dan menjunjung tinggi Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI,” ujarnya.

Selain itu, kepada para siswa yang berasal dari Sarjana itu diingatkan kembali  cara berpikir HISPO yakni Holistik (Keseluruhan), Integral, Sistemik, Positif dan Objektif dalam melaksanakan tugasnya. Dalam konteks ini, terwujudnya ketahanan nasional merupakan objek dan sekaligus tujuan dari HISPO dalam garis komando yang satu. (Very)

Artikel Terkait