Opini

SUMMIT BIDEN-PUTIN, Usaha Mengakhiri Perang Dunia Maya

Oleh : luska - Kamis, 17/06/2021 19:18 WIB

Penulis : Reinhard R Tawas

Rabu kemaren bertemulah secara tingkat tinggi (Summit) Joe Biden sebagai  pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Vladimir Putin sebagai pemimpin Rusia di Villa La Grange, tepi Danau Geneva, Swis. Perlu dicatat bahwa Summit ini terjadi karena insiatif Biden yang terlihat terbawa sampai ke salaman mereka berdua: Biden yang lebih dulu  mengulurkan tangan.

Amerika Serikat adalah satu-satunya negara adikuasa (superpower), begitu menurut komentator-komentator politik. Tapi melihat inisiatif dan gesture Biden ketika bertemu Putin, Rusia tidak kurang adikuasanya dibandingkan dengan Amerika Serikat. Adikuasa atau tidak tentu ini dari sudut mana kita melihatnya. Ketika Uni Sovyet rontok pada tahun 1991 , Amerika Serikat tiba-tiba menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia. Itulah yang ditulis di media (cetak ketika itu) dan diberitakan di TV. Sebutan superpower bagi kedua negara sudah ada sejak selesainya Perang Dunia II ketika kedua negara dan sekutu-sekutunya menaklukkan Hitler dan mesin perangnya. Jadi jelas predikat itu didapat karena kekuatan militer kedua negara. Bukan karena luas negara yang Uni Sovyet - dan sekarang Rusia unggul.  Bukan pula karena kekuatan ekonominya yang jelas AS ungul jauh.  

Ketika Uni Sovyet disebut adikuasa rakyatnya sering antri untuk mendapatkan roti. Jelas bukan ekonomi adikuasa. Lantas apa? Persenjataan nuklir! Pada puncak Perang Dingin di akhir 1980an stok senjata nuklir AS ada 23.000 dan Uni Sovyet unggul jauh dengan 39.000! menurut ctbto.org. (CTBTO = Comprehensive nuclear Test-Ban-Treaty).Sekarang per 2020 menurut armscontrol.org AS memiliki 5.800 dan Rusia 6.375. Berkurang jauh sejak adanya kesadaran kedua negara untuk mengurangi stok nuklir mereka yang dimulai dengan SALT (Stragic Arms Limitation Talk) I yang diusulkan oleh Presiden Lyndon B. Johnson tahun 1967 dan dilanjutkan oleh Presiden Richard Nixon dan ditandatangani bersama Leonid Breznev, tahun 1972. SALT II ditandatangani   Jimmy Carter dan Leonid Breznev tahun 1979 di Vienna.  SALT kemudian dilanjutkan dengan START (Strategic Arms Reduction Talks) yang berlanjut hingga era setelah Perang Dingin.

Beruntunglah kita bahwa manusia akhirnya takut akan ciptaannya sendiri setelah melihat kesengsaraan penduduk Hiroshima dan Nagasaki akibat ledakan nuklir. Peristiwa ini juga yang rasanya menjauhkan manusia dari Perang Dunia III hingga sekarang, dan, amit-amit, semoga tidak pernah terjadi.

Rusia dan juga AS punya kemampuan untuk melakukan cyber war, hack, hoax dsb yang terbukti bisa menjatuhkan Hillary Clinton yang unggul dalam jajak pendapat pada Pilpres AS 2016, dan menaikkan Donald Trump.  Pada Juli 2016 Democratic National Committee (DNC) mengungkapkan bahwa server mereka dihack sehingga 20.000 email mereka bocor ke WikiLeaks. DNC menyewa sebuah firma yang bisa melacak dari mana hacker yang membobol server mereka dan ketahuan berasal dari Rusia. Maksud utama dari inisiatif Biden bertemu Putin adalah mendapatkan jaminan bahwa Rusia tidak ikut campur dalam pemilihan umum di AS. Kekuatiran Biden beralasan karena November tahun depan akan ada Pileg 2022 yang akan memilih semua 435 anggota DPR dan 34 Senator yang hasilnya bisa menentukan mulus tidaknya kebijakan-kebijakan yang dilakukan Biden. 

Seperti yang terjadi pada pertemuan pemimpin-pemimpin Rusia, Uni Sovyet, dan kembali ke Rusia, selalu diharapkan ada sesuatu yang besar terjadi. Tak terkecuali pertemuan Biden-Putin sekarang. Ini bisa dimulai dari pertemuan Menlu AS William H Seward dengan Menlu Rusia di jaman Tsar Aleksandr III Eduard de Stoeckl tahun 1867 yang menjadikan Alaska berpindah tangan dengan harga USD 7,2 juta setara kira-kira USD 133 juta tahun 2020.  Dengan luas 1,718 juta km2, dan berbagai sumber daya alam yang ada di dalam buminya, betapi ruginya Rusia yang ketika itu desperate perlu uang dan banyak hutang akibat Perang Krimea.

Pertemuan penting antar pemmpin kedua negara terjadi di Tehran November-Desember 1943 antara Franklin D. Roosevelt dengan Josepf Stalin, kali ini juga dengan Winston Churchill membahas strategi melawan Jerman. Rosevelt mendapatkan jaminan dari Stalin bahwa Uni Sovyet akan membantu AS menghadapi Jepang di teater Pasifik Perang Dunia II. Ketika sudah di atas angin dalam PD II ketiga pemimpin kembali bertemu dan kali ini di Yalta, Krimea February 1945. Hasilnya antara lain dunia punya PBB. Pertemuan-pertemuan kemudian seperti yang sudah dibahas di atas dengan hasil yang membuat kita bisa menghela nafas lega, turun drastisnya jumlah senjata nuklir pemusnah peradaban.

Artikel Terkait