Nasional

Pendidik Profesional Penting dalam Proses Pendidikan di Era Digital

Oleh : Mancik - Senin, 06/09/2021 20:41 WIB

Webinar Pemuda Katolik DKI Jakarta angkat tema “Membangun Spiritualitas Pendidik dalam Pendidikan Era Digital”.(Foto:Istimewa)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pemuda Katolik Komda DKI Jakarta menggelar Webinar “Membangun Spiritualitas Pendidik dalam Pendidikan Era Digital, Sabtu, 4/9/2021) yang lalu.

Seminar online ini menghadirkan narasumber, Sekretaris Eksekutif Komisi Pendidikan KWI Romo TB. Gandhi Hartono, Rektor Universitas Katolik Parahyangan Mangandar Situmorang, Anggota Komisi X DPR RI MY. Esti Wijayati, dan Wakil Kurikulum Sekolah Tri Ratna Robertus Afrianus Nanga.

Mengawali sesi seminar, Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Iptek Pemuda Katolik Komda DKI Jakarta Marcelinus Frelly Sitanggang mengatakan, pandemi ini memberi dampak sangat besar dalam berbagai bidang tak terkecuali pada bidang Pendidikan.

Karena itu, perlu integrasi teknologi informasi dan komunikasi secara virtual sebagai sarana menjembatani proses belajar dan mengajar.

Bagi pelaku pendidikan, katanya, penting mengadopsi kebiasaan baru dan menjadikannya sebagai habitus baru.

"Sudah setahun lebih berjalan berjibaku dengan situasi pandemi saat ini maka Pemuda Katolik memandang penting mengangkat tema khusus tentang soal bagaimana membangun spiritualitas pendidik dan sejauhmana refleksi para pelaku pendidikan atas perkembangan yang terjadi dengan harapan memotivasi bagi kita semua untuk terus tetap bergerak dalam situasi yang kritis ” kata Marcelinus Frelly Sitanggang.

Rektor Universitas Katolik Parahyangan Mangandar Situmorang memaparkan, kita sedang kehilangan interaksi secara fisik akan tetapi esensi pembelajaran tetap sama.

UNPAR yang kini dipimpinnya kini sedang mencari calon dosen untuk Fakultas Keguruan dan Pendidikan yang orientasinya menjadi guru atau pendidik. Untuk itu ada kualifikasi yang harus dipenuhi selain kualifikasi akademik juga kompetensi akademik melalui tes TPA , bahasa inggris dengan TOEFL dan melalui tes kejiwaan.


Tidak kalah penting juga bagaimana kualifikas memahami, menyelami tentang katolisitas atau nilai – nilai Katolik.

Menurut Mangandar, spiritualitas pendidik itu tidak lain adalah profesionalisme yang ditunjukkan oleh kemampuan untuk memampukan peserta didik melihat banyak pilihan dalam hidup, mengambil keputusan yang terbaik dan bertindak serta bertanggungjawab atas keputusan tersebut dan tindakan serta keputusan itu bermanfaat bagi peningkatan martabat manusia.

Dengan kata lain Spiritualitas Pendidik itu adalah Pendidik yang Profesional.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Eksekutif Komisi Pendidikan KWI Romo Gandhi, dalam presentasinya menekankan tentang spiritualitas perubahan.

Perubahan menjadi kebutuhan sekaligus sulit untuk dilakukan. Spiritualitas itu berada pada ketegangan antara idealisme dan realitas atau harapan dengan kenyataan maka dinamika spritualisnya kita harus juga berubah dan bergerak supaya dapat berbuah.

Dalam menghidupi spiritualitas, kita diharapkan mampu mengolah hati atau rasa tentang apa yang kita rasakan, mengolah pikir dengan mencari alasan atas apa yang kita rasakan dan beraksi atau berbuat dengan mengambil tindakan atas dasar baik, benar dan kontekstual.

Sementara itu, Anggota DPR RI MY. Esti Wijayati mengingatkan tentang tujuan hidup bernegara dimana salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan terdapat regulasi tentang sistem pendidikan nasional yang befungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ditekankan juga dengan spiritualitas 100% Katolik diantaranya katolisitas, kejujuran, keberpihakan dan berjuang terlibat. dan 100% Indonesia diantaranya kesadaran akan Indonesia yang dibangun atas keberagaman Suku, Agama, Ras dan Antar golongan.

Menerima keberagaman Indonesia sebagai anugerah Tuhan YME, Menerima Pancasila sebagai Dasar Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Bentuk Negara dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan, memiliki jiwa dan semangat gotong-royong yang tinggi dan memiliki potensi nilai-nilai kearifan lokal yang menjujung tinggi kehidupan bersama penuh damai.

Wakil Kurikulum Sekolah Tri Ratna Robertus Afrianus Nanga menekankan Spiritualitas pendidik meliputi kesadaran, keimanan, beserta kebaikan. Kesadaran ini merupakan keinginan untuk terus belajar banyak hal dan mengembangkan diri untuk diri sendiri dan peserta didik.

Keimanan berpijak pada keyakinan demi melindungi diri dari sikap buruk dengan mencontohi teladan untuk menggerakan cara kita mendidik. Kebaikan tidak lain merupakan aktualisasi diri yang bersumber dari kesadaran dan keimanan akan panggilan.*

Artikel Terkait